二十九

721 77 0
                                    

MIN GI

Aku sangat menikmati memakan buah jeruk yang sangat manis ini pemberian dari Il, makanan di rumah sakit sungguh tidak enak.

Entah bagaimana ceritanya, ketika aku terbangun Il sudah berada di samping ku.

Ia mengatakan bahwa aku sudah tidak sadar sejak sehari yang lalu dan ia mendapatkan telephone dari seorang pria mengenai keadaan ku.

Keadaan ku sekarang cukup menyedihkan. Namun, yang paking membuat aku sedih adalah orang yang terbaring disamping ku. Sahabat ku yang paling aku sayangi terbaring di sana.

Sampai sekarang ia masih belum sadarkan diri dan dokter berkata kemungkinan ia mengalami koma. Eomma Min Ha terus berada di samping Min Ha dan saat malam hari appa nya akan datang. Itu lah yang dikatakan oleh Il.

"Tolong jangan beritahu Won Soo." Ucap ku memecahkan keheningan kami.

"Baiklah, sajangnim." Jawab Il.

"Kamu bisa berhenti memanggilku sajangnim, cukup panggil aku Nona atau apa pun. Aku merasa seperti pria saat kamu memanggilku seperti itu." Aku tertawa kecil, berusaha mengurangi tekanan di antara kami.

Il membalas dengan tersenyum kecil. "Siap, nona!"

Kami kembali terdiam beberapa saat. Dan selama terdiam itu lah sebuah pikiran terbesit di kepala ku.

Aku menoleh ke arah Il lalu memberitahu hal tersebut. "Il, coba kamu cari tahu siapa pembunuh orang tua ku."

Mendengar itu Il segera menoleh ke arah ku dan terlihat terkejut. "Kenapa kamu mengubah pikiran mu?"

Aku menggeleng pelan. "Entah lah, tiba-tiba aku jadi sangat penasaran dengan hal itu."

Il mengangguk paham, ia pun mulai bangkit berdiri dari kursinya dan segera menunduk ke arah ku.

"Aku akan mencari informasinya sekarang. Apa kamu tidak apa-apa sendirian Nona?" Tanya Il sedikit ragu.

"Tidak apa-apa. Pergilah sekarang, aku akan butuh informasi itu secepatnya."

"Baiklah, jika kamu merasa sakit atau tidak nyaman kamu bisa tekan tombol merah ini, nanti akan ada suster yang datang." Ucap Il sambil menunjuk ke arah tombol merah di atas ranjangku. Aku pun mengangguk.

"Aku mengerti. Cepatlah kamu pergi." Aku mendorong pelan badan Il dan ia pun mulai melangkah pergi sambil melambaikan tangannya. Syukurlah, aku masih ada dia yang dapat ku andalkan. Ya, meskipun memang aku membayar dia agar dia menemani ku.

Mengaburkan pikiran ku itu, aku pun meraih novel yang dibawa oleh Il yang berada tepat di meja sebelah ranjangku.

Sebenarnya aku sangat ingin melakukan pekerjaan ku tapi dokter melarang ku melakukan aktivitas yang terlalu berat untuk otak dan harus beristirahat selama satu bulan penuh. Aku harus dirawat di rumah sakit ini selama seminggu.

Pikiran ku terbuyarkan ketika seseorang datang dan memanggil nama ku. Aku menolehkan pandangan ku ke arah orang tersebut, aku sangat terkejut. Bagaimana ia bisa datang ke sini? Lebih tepatnya, bagaimana ia bisa tahu aku berada di sini?

LUCKY | K.THTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang