Episod 22

977 25 0
                                    

Aku menyelimuti Shila dan Sofia sambil ku kucup dahi mereka. Shila sudah enak di buai mimpi. Sofia pula masih celik memandangku sambil tangan nya bermain dengan telinga teddy bearnya.

"Kenapa Sofia?" soalku sambil membelai rambutnya yang panjang itu.

"Mama, mama masih marah babah?" tanya Sofia.

Aku terdiam sebentar. Nda ku sangka Sofia akan menyoalku soalan begini. Aku akui Sofia memang agak bijak dari Shila. Dia akan cepat terasa. Dia akan bertanya kemana babahnya tidur selama ni? kenapa kami tinggal di rumah nininya. kenapa aku selalu menangis? Dan setiap kali ia bertanya aku hanya mampu mendiamkan diri.

"Mama, Kenapa babah nda tinggal sama kitani? Aunty Aisyah tu siapa ma? soal Sofia lagi.

Aku mengusap rambutnya sambil tersenyum.

" Sudah tah Sofia. Tidur tah esok sekolah" Aku mengubah topik perbualan.

"Mama, Sofia sayang babah sama mama"

"Mama pun sayang Sofia" lantas mengucup pipinya.

Kalau sebelum ini hati ku mudah tersentuh dengan kata-kata Sofia kemudian menangis mengenangkan nasib kami tiga beranak. Tapi kali ini aku lebih kuat, aku selalu berpesan kepada diriku yang aku mampu membesarkan mereka walaupun aku nda hidup bersama Farid. Lagipun setelah aku perhatikan Farid memang agak cekap bila memperdulikan keperluan anak-anaknya. Ia selalu ada untuk si kembar.

****
Malam minggu aku membawa si kembar ke Jerudong park, itu pun atas permintaan mereka berdua. Mereka hendak bermain waterpark. Aku pun layan kan sajalah janji mereka happy.

Aku ke kaunter membeli ticket sementara si kembar pula  berborak riang menunggu di pagar entrance. Dari jauh aku tersenyum melihat telatah mereka sambil aku membawa ticket yang sudah ku beli lalu menghampiri mereka dan melekatkan ticket yang ada  barcode di tangan mereka.

"Assalamualaikum,hai!" sapa seseorang di sebelah kami.

Aku menjenguk dan memandang hairan.

Mr. Daniel!

Dia tersenyum simpul sambil memegang tangan seorang budak lelaki agak tinggi sedikit dari si kembar mungkin mereka sebaya.

"Waalaikumsalam, Mr. Daniel" jawap ku terkejut.

"Nda sangka boleh terjumpa you disini" ucapnya sambil menggosok kepala budak lelaki yang di pegangnya itu.

Aku cuma tersenyum.

"your kids?" soalnya.

Aku cuma mengangguk.

"Twin?" Soalnya lagi sambil dahinya berkerut memerhatikan shila dan sofia.

Aku mengangguk dan tersenyum.

"This is my son, Danish Aidan"

"Hello Danish" sapa Shila sambil menghulurkan salam perkenalan.

Danish menyambut salamnya dan tersenyum.

Kami berjalan beriringan menuju ke waterpark kebetulan tujuan kami sama hendak ke situ.

"I'm sorry to ask, where's Danish mother?" Soal ku kepada Mr. Daniel setelah si kembar dan anaknya mula mencabur masuk ke dalam kolam sambil bermain girang.

"She died because of breast cancer"jawapnya tenang.

"I'm so sorry to hear that"

"Its okay. Well how about you, where's twins Daddy?"

"He married another woman" jawapku ringkas.

"You still love him?" Soalnya pula.

Aku membisu tanpa sepatah kata. Keliru dengan perasaan sendiri. Sukar soalan itu hendak ku jawap. Aku menarik nafas berat sambil mataku memandang si kembar yang asyik bermain dengan air.

"I'm sorry if this is a sensitive question" Mr. Daniel serba salah.

"I'm okay. I can handle by myself even without him"

"You pretending to be okay. But i know you're not" duganya.

"No.. i will be okay. I admit, i really miss how things used to be but i can also admit, that i've accepted the fact that things have change" jawap ku tanpa memandang Mr. Daniel yang masih memerhatikan ku.

"You strong enough to stand alone with the kids?" Soalnya.

"Yes, i will stay strong. Even it amazes  me how he can drop me out his life like i never existed after i shared everthing with him"ucapku dalam sendu.

"Allah knows what best for us. Facing the fact. Accept it, Pleased, resign. Behind these fact theres always happiness. We have to move on and live our life for the better. If theres a second chance go on and try to fixed it maybe your love will be more tight then before "ucapnya seolah memberi kata-kata semangat kepadaku.

"I've had enough. I'm tired of  disappointment. I hope it will never happen again in my life" Tekadku sambil mengesat air mata yang tiba-tiba mengalir.

Sejujurnya aku semakin keliru dengan perasaan ku kali ini. Hati ku dalam di lema...








Gila Talak (completed) Where stories live. Discover now