Ketika

4.1K 204 2
                                    

"Untuk sementara kamu harus bantu tante untuk membereskan rumah dan belanja keperluan dapur." Tegas Anna

Malam hari di rumah Anna.

Baru saja Karamel turun dari kamarnya, tujuannya keluar kamar adalah untuk makan malam. Tapi, Anna menghilangkan mood nya yang sedang baik.

"Tante kan orang KA.YA. Pemilik butik dimana - mana.  Kenapa ga nyewa pembantu?"  ucap Karamel dengan penekanan

"Buat apa tante punya keponakan kalo ga ada gunanya?" Anna menatap sinis Karamel

Damn!

"Sekarang kamu belikan tante makan malam yang enak. Tante laper, Cepetan. Kamu punya uang dari papa kamu kan?"

"Kara baru pulang, Tan. Karamel juga belum hafal Jakarta."

"YA BELAJAR BUAT HAFALLAH. KALO KAMU DIRUMAH TERUS, GIMANA CARANYA BISA HAFAL?“ teriak Anna

"Iya, Okey.. Karamel beli sekarang!!"

Karamel pergi dengan wajah memerah menahan amarah

"Nah gitu dong. GPL ga pake lama ya."

Bodo amat - Batin Karamel

Karamel keluar dari rumah itu. Rasa lelah sungguh menggerogoti tubuhnya.

Bagaimana tidak,  pukul 06.00 sore Karamel  baru sampai dirumah karena ia lupa jalan pulang dan tidak menemukan taxsi satu pun.

Lalu sekarang  karamel harus berjalan kaki LAGI untuk mencari makanan.

Karamel melihat sebuah kaleng tepat didepan kakinya dengan sengaja Karamel menendang kaleng itu untuk melampiaskan kekesalannya.

"Ah! BENCII---" teriak Karamel sembari menendang kaleng dihadapannya

Tanpa Karamel sadari bahwa di depannya ada seorang  laki - laki yang berjarak tak jauh darinya.

"Au!! Anjir.. Kampret! Siapa yang berani nya nimpuk gue."  Lelaki itu menatap sekeliling, mencari pelaku yang telah menyakiti kepalanya

"Hah? Ya ampun, Kena orang? Aduh! Mati gue."

Karamel berbalik badan dan berlari, menghindar dari kejaran laki - laki itu.

Walaupun Karamel manusia kuat. Namanya wanita tetap wanita, Karamel tidak bisa berlari menghindar dari laki  laki itu.

Karamel merasa bahwa pergelangan tangannya telah dicengkram oleh seseorang.

"Heh! Mau lari kemana lo?! Tanggung jawab dulu!" ucap Kennaldy

Yap. Laki - laki itu adalah KENNALDY anak SMA Bhakti Dharma kelas XI Ipa 2 , teman sekelas Karamel.

Loh? Ini kan anak baru. Pindahan dari London - Batin Kennaldy menatap lekat wajah Karamel

Karamel memperhatikan wajah pria itu. Mumpung dia lagi bengong, Karamel mengambil kesempatan untuk lari.

Karamel melepas genggaman tangan itu dan berlari sekuat tenaga kembali menuju rumah  Anna.

"Hufttt..."

Karamel menutup keras pintu rumah itu. Menyeka peluh yang ada di keningnya, nafasnya tidak teratur karena lelah berlari.

"Mana makanannya?"

Ya ampun? Punya tante satu tapi ga peduli sedikit pun sama gue - batin Karamel

"Belom beli, Tan."

"Loh? Kenapa belum dibeli sih?!"

"Kara dikejar sama preman, Tan. Karamel takut."

"Preman? Di perumahan ini ga ada preman. Ngaco aja kamu!"

"Tan. Karamel capek! Kara bukan pembantu, Kara bukan asisten tante, Kara bukan anak tiri, Kara bukan boneka!! Tapi kenapa tante memperlakukan Kara seperti layaknya BUKAN MANUSIA?!" bulir air telah menetes dipipi gadis itu

Karamel berlari menaikki tangga menuju kamar. Berlari sekuat tenaga yang tersisa.

Duarrr!!!

Karamel menutup  pintu kamarnya dengan kasar. Hingga Anna tersentak kaget mendengar suara itu.

Drtt.. Drtt

Ponsel  Karamel berbunyi. Terukir dengan indah tulisan PAPA dilayar hp itu.

Tanpa ada niat sedikit pun Karamel enggan mengangkat telfon itu.

"Buat apa Papa telfon Kara? Masih peduli sama Kara? Masih inget Kara? Masih anggap Kara ada? Percuma Pa, Karamel udah capek sama semuanya."

Karamel tersenyum kecut menatap ponsel di genggamannya. Ia melempar benda pipih berwarna silver itu kesembarang arah.

Karamel menatap langit  langit kamaranya, fikirannya sudah kacau, wajahnya memerah karena masih menahan amarah, penampilannya kini sangat kacau.

"Karamel udah mati! Karamel mati!!" rancau Karamel dengan mata terpejam

Jangan lupa vomment ya❤❤

Karamel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang