"Hai" Kennaldy tersenyum getir melihat tubuh Karamel yang terbaring lemah.
"Gue kira lo balik ke London. Ternyata lo tidur disini"
"Gue takut kalau lo balik lagi ke London karena gue ga mau kehilangan lo. Tapi ternyata lo---"
"Lo ga ke London dan masih stay di Jakarta. Dengan keadaan lemah kayak gini."
Kennaldy mencoba melakukan interaksi dengan Karamel, membayangkan jika gadis itu bisa mendengar keluh kesah yang telah dialaminya selama satu minggu.
"Lo tau ga? Satu minggu ini gue selalu cariin lo. Gue ke rumah lo dan hampir keliling Jakarta buat ketemu sama lo."
Kennaldy tidak bisa lagi membendung air mata yang terus memaksa keluar, tangisnya pecah begitu saja. Ia bingung harus berkata apalagi ketika melihat kondisi Karamel yang diluar batas fikirannya.
Anna dan Jullia hanya menatap Kennaldy yang terlihat sangat terpukul akan kondisi Karamel.
Semakin lama sikap Kennaldy seperti orang yang kerasukan, ia terus saja menepuk pipi Karamel dan memaksa agar gadis dihadapannya kini harus sadar sekarang juga.
"Kenapa lo jadi gini?" tanya Kennaldy dengan suara serak karena menahan tangis
"Kenapa?"
"Karamel. Lo bisa denger gue kan?" ucap Kennaldy penuh penekanan
"Bangun pliss bangun gue kangen sama lo."
"Gue kangen jutek lo."
"Gue kangen omelan lo."
"Plisss bangun."
"Ken! Stop. Jangan seperti itu kasihan Karamel." lerai Jullia mendekati anaknya dan menarik Kennaldy sedikit menjauh dari Karamel
"Tapi Bun---"
"Sudah."
"Ini semua salah aku. Harusnya saya bisa jaga Karamel." sesal Anna
"Tidak ada yang salah. Kita doakan agar Karamel bisa sembuh dan melewati masa koma ini."
"Tante.." panggil Kennaldy pelan
"Kenapa?"
"Kenapa Karamel bisa seperti ini?"
Anna menceritakan semua kejadian yang ia alami saat melihat Karamel sudah terbaring lemah di lantai.
Air mata Anna tumpah seketika, fikirannya menerawang kejadian itu bersama Karamel. Kejadian yang sangat membuatnya terpukul dan menyesal.
"Kemungkinan kecil jika Karamel bisa melewati masa komanya. Tapi, kalau Karamel sadar maka---"
"Maka?"
"98 persen Karamel mengalami amnesia."
"Apa?! Itu ga mungkin tan.. Ga mungkin Karamel amnesia. Ga mungkin!!!"
Kennaldy mengacak rambutnya frustasi, ia berusaha menormalkan nafasnya lalu menatap Karamel. Matanya seakan memberikan kekuatan akan tubuh mungil gadis itu.
Kennaldy mengambil ponsel di saku celananya, hendak memberi kabar kepada sahabat - sahabatnya.
"Halo Son, Karamel di Rumah Sakit Permata. Tolong kasih tau yang lain ya."
Tutt.. Tutt
Kennaldy memutuskan sambungan telfonnya. Ia menghembuskan nafasnya pelan, mencoba menenangkan diri.
Rasa itu muncul ketika pandangan pertama. Rasa itu muncul karena Tuhan yang menitipkan. Rasa ingin memiliki, rasa takut kehilangan, rasa ingin selalu bersama dan menjaga.
Aku memiliki rasa itu, rasa untukmu. Aku mencintaimu, sangat mencintai..Aku berharap bahwa Tuhan memberikan kesempatan untuk aku dan kamu bersatu menjadi kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karamel [Completed]
Novela JuvenilKeluh kesah yang mungkin di alami Karamel juga mungkin di alami oleh remaja seusia kalian. Seorang anak yang hanya ingin memiliki bahagia. Tapi begitu sulit untuk diraih. Seorang anak yang hanya minta diperhatikan justru malah diacuhkan. Seorang ana...