Kepercayaan

2.1K 95 6
                                    

Agatha sudah menyusun cara agar dirinya bisa kembali dekat dengan Kennaldy. Tidak semudah itu Agatha melupakan sakit hatinya pada Karamel. Jari - jari Agatha dengan lincah menari di papan keyboard ponsel miliknya. Agatha mengirim pesan singkat untuk Karamel.

Agatha : Hari ini gue nginep di rumah lo ya.

Agatha : Gue otw

Setelah dirasa cukup menyiapkan keperluannya selama menginap di rumah Karamel. Agatha pergi menggunakan mobilnya menuju rumah Karamel.

Sampai di rumah Karamel.
Agatha menekan bel yang terdapat dirumah itu. Sang pemilik pun menampakkan dirinya dari balik pintu.

"Haaii.. Karamel." sapa Agatha ceria

"Agatha? Ngapain kesini? Bawa koper segala. Lo mau pindahan?" tanya Karamel yang menatap agatha dengan koper disampingnya

"Gue mau nginep dirumah lo. Kan gue udah sms lo. Emang lo ngga baca?"

"Hp gue mati. Ya udah masuk gih."

"Thank you."

Karena hari sudah larut. Karamel menyuruh Agatha untuk tidur di kamar tamu, sedangkan Karamel tidur dikamarnya.

Karamel memilih untuk berdiam diri di balkon, menatap jendela kamar Kennaldy.

"Bosen banget ih! Ken mana ya? Biasanya dia selalu nongol dibalkon. Tapi sekarang kenapa ngga ada?" gumam Karamel

Kedua mata Karamel melirik menelusup ke dalam kamar Kennaldy mencari sosok yang kini mulai ia rindukan. Namun, nihil Karamel tidak menemukan sosok itu.

Karamel menatap langit. Terlihat banyak sekali bintang - bintang yang bersinar.

“Ekhem, keliatannya ada yang lagi kangen sama aku nih.” Ucap kennaldy berdeham

Karamel terlonjak kaget mendengar suara yang ia rindukan. Kennaldy. Lelaki itu kini bersebrangan dengannya. Kennaldy datang berdiri di balkon kamarnya menatap hangat kedua bola mata Karamel.

“Ken? Aku kira kamu pergi.” Balas Karamel lesu

Kennaldy tersenyum samar, langkahnya mulai mendekati Karamel.
“Segitu takutnya aku pergi?”

“Kalau misalnya kita berjodoh, sejauh apa pun aku pergi. Tuhan pasti punya seribu satu cara untuk mempertemukan kita kembali.” Lanjut Kennaldy menatap lembut Karamel

"Iya-in aja sih.” Cecar Karamel memutar kedua matanya malas

"Sayang?" panggil Kennaldy

"Paan?" jawab Karamel tanpa menatap Kennaldy

"Itu pipi kamu kenapa merah gitu? Kayak kepiting rebus.. Cie salting ya?"

Kennaldy sengaja ingin menggoda gadisnya itu. Ia ingin melihat bagaimana jika Karamel berubah dari sikap dinginnya di sekolah. Karamel hanya terkekeh menahan tawa karena ulah Kennaldy.

“Ga salting kok” sahut Karamel membela diri

“Seriusan ga salting?”

“Iya—sayang.”

Kennaldy kaget dengan kata terakhir yang diucapkan Karamel. Kennaldy menggaruk tengkuknya, mencoba mengingat apa yang ia dengar tadi.

"Apa? Ta—tadi kamu bilang apa?"

"Apa? Aku ngga bilang apa apa." Elak Karamel

"Itu loh. Yang kata terakhir yang barusan kamu ucapin."

Karamel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang