Lima belas menit yang lalu.Baru saja ingin ku katakan.
Bahwa hati ini memilihmu.
Raga ini nyaman bila bersamamu.
Jiwa ini bahagia bila didekatmu.
Tapi, lima belas menit yang lalu juga.
Aku merasa sirna.
Aku seperti hilang.
Kamu mengagum ku hingga aku melayang ke udara.
Namun, sedetik kemudian kamu juga yang menjatuhkan ku dari atas udara itu.
Bukan hanya hatiku.
Bahkan jiwaku ikut remuk.
Jika memang tak cinta, jangan beri harapan!
Jika memang tak suka, jangan terus mendekat!
Jika hanya kagum, jangan mengagumi terlalu dalam!
Karena itu, hanya akan membuat ku luka.
Luka lama saja belum sembuh.
Kamu? Orang baru, sudah berani melukai ku.
Karamel berbaring diranjang king size miliknya. Ia memilih pulang ke rumah karena Kennaldy, laki - laki itu meninggalkan Karamel seorang diri di taman dan pergi bersama Agatha.
Gadis itu mengambil benda pipih berwarna silver lalu jari - jarinya menari diatas keyboard untuk mengirim pesan singat pada Randy.
Karamel : Kerumah aku SEKARANG! [send]
Randy : Maaf. Aku udah ada janji sama temen..
Karamel : Gue ga mau tau. 5 menit lagi lo harus udah ada di rumah gue. Kalo ga gue BENCI sama lo![send]
Randy : Okey, ini otw! Dasar tukang paksa :(
Pukul 19.00 WIB
Semenjak kepulangan Karamel dari taman tadi sore, Anna sama sekali tidak terlihat. Sepertinya, malam ini Anna tidak pulang ke rumah karena sibuk dengan bisnis yang sedang ia jalani.
Bukannya Karamel tidak peduli sehingga ia tidak mau menghubungi Anna, tapi Karamel malas bila harus ikut campur kehidupan orang lain. Kini, ia hanya ingin fokus untuk memperbaiki semua kehidupannya.
Tak lama kemudian terdengar suara deru mobil yang berhenti tepat di depan rumah Anna. Ia yakin bahwa itu adalah Randy, orang yang sudah ditunggu kedatangannya.
"RANDYYYY.." teriak Karamel dari balkon kamarnya
Randy yang baru saja turun dari mobil sport miliknya menoleh ke arah sumber suara.
Randy hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah laku sahabatnya itu
"Dasar kaleng rombeng!" gumam Randy
Randy baru saja mengingat sesuatu. Dengan segera ia mengambil ponsel miliknya disaku celana. Jarinya menari diatas papan ketik itu.
Randy mengirim pesan singkat untuk Kennaldy, laki - laki yang hendak ia temui malam ini namun, gagal karena ulah Karamel.
Randy : Sorry. Malam ini batal. Gue dirumah Karamel. Dia ga mau gue tinggal [send]
Randy berhasil mengirim pesan singkat pada Kennaldy, tepat saat Karamel membukakan pintu untuknya.
"Lo ngapain berdiri disitu?" tanya Karamel menatap curiga pada Randy
"Suka suka gue lah! Kaki kaki gue, kenapa lo yang kepo?"
Karamel hanya diam, melangkahkan kaki untuk masuk kedalam rumah dan duduk di soffa ruang tamu.
Randy menatap sekeliling rumah itu seperti tidak ada tanda - tanda makhluk lain selain Karamel disana.
"Lo sendirian?" tanya Randy mengangkat sebelah alisnya menatap Karamel
"Keliatannya?" Karamel mengangkat acuh kedua pundaknya
"Dasar jomblo!"
"Mirror pliszz."
"Ngapain nyuruh gue kesini?" Randy mengusap pucuk kepala Karamel
"Gue laper mau makan."
"Jadi! Lo nyuruh gue kesini cuma mau bilang laper? Ck!"
"Lagian lo ga peka! Kalo kesini bawa makanan kek. Ini malah tangan kosong alias ga bawa apa apa."
"Heh. Kampret. Lo nyuruh gue harus udah sampe disini dalam waktu lima menit, mana sempet gue beli makanan."
"Kan gue bercanda." Karamel terkekeh memperlihatkan deretan giginya
Sebenarnya bukan itu alasan Karamel menyuruh Randy datang ke rumahnya. Karamel membutuhkan Randy karena ia takut berada di rumah sebesar ini sendirian. Memang Karamel suka menyendiri, tapi Karamel takut kegelapan.
"Gimana kalo pesen makanan aja. Biar gue yang pesen, lo mau makan apa?" tanya Randy mengambil ponselnya dan membuka aplikasi untuk mengorder makanan.
"Gue mau makan nasi padang, ayam bakar, sate ayam, bakso, nasi goreng. Em, apa lagi ya?
"Ett... Stop! Lo laver apa baver? Makanan lo kayak orang lagi stress abis putus cinta!.. Bejibun. Bangkrut gue. Ogah ah. Satu macem aja!" kesal Randy
"Tadi lo nanya. Mau pesen apa? Ya, gue jawab lah."
"Ck!ck! Dikasih hati minta jantung."
Randy melempar bantal soffa tepat di wajah Karamel. Membuat Karamel merintih kesakitan, namun sedetik kemudian ia tertawa seperti mengejek Randy yang kini menahan amarah diwajahnya karena perbuatan Karamel.
Tanpa gadis itu sadari, sedari tadi Randy menatap dalam kedua bola mata milik Karamel. Mencoba mencari celah kebohongan dimata gadis itu. Randy yakin dengan perasaannya bahwa Karamel menyimpan rahasia yang sengaja disembunyikan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karamel [Completed]
Teen FictionKeluh kesah yang mungkin di alami Karamel juga mungkin di alami oleh remaja seusia kalian. Seorang anak yang hanya ingin memiliki bahagia. Tapi begitu sulit untuk diraih. Seorang anak yang hanya minta diperhatikan justru malah diacuhkan. Seorang ana...