Tercyduk

2.4K 109 4
                                    

Setelah kenyang memakan makanan yang telah Randy pesan, kini keduanya memilih untuk duduk di rooftop rumah Anna. Menikmati desiran angin yang menerpa  dan menatap bulan yang selalu setia ditemani bintang.

"Kara." Panggil Randy yang kini duduk disamping gadis itu

"Hm?"

"Ada sesuatu yang lo sembuyiin dari gue"

Damn! Karamel bingung dengan kata - kata yang terucap dari mulut Randy, ia sendiri pun tidak tau apakah itu suatu pertanyaan atau pernyataan karena Randy mengucapkannya dengan datar dan enggan menatap Karamel.

"Gue ga yakin kalo lo beneran amnesia?"

Deg! Dadanya terasa sesak, untuk kedua kalinya Randy melontarkan kata yang sungguh membuat jantungnya berdegup kencang.

"Hah? Ma--maksud lo?"

"Feeling gue bilang kalau lo baik - baik aja. Bukan otak lo yang sakit tapi hati lo." Randy menatap gadis yang mulai tersudut akibat ucapan yang tadi ia katakan.

"Sok tau!"

"Ck! Lo lupa? Selama ini feeling gue selalu tepat ga pernah meleset."

Karamel tertegun. Karamel lupa bahwa Randy memiliki Kekuatan batin yang ajaib dari apapun. Terkadang ia juga bisa membaca hati seseorang hanya dengan melihat ekspresi wajah orang tersebut.

Dan kini, Karamel salah karena mencoba untuk membohongi Randy dan mengajaknya kembali masuk kedalam kehidupannya yang baru saja ia mulai.

"Sesebenernya---"

Flashback On

Pada malam itu, ketika Anna dan Karamel berada di Rumah Sakit karena kondisi Karamel yang sangat kacau dengan lumuran darah yang membekas ditubuhnya.

Karamel bisa merasakan kekhawatiran dari wajah Anna, sebenarnya Karamel sudah sadar sejak Anna membopongnya menuju mobil. Tapi, Karamel masih merasa lemas dan tidak mampu membuka kedua matanya. 

"Suster, siapkan semua peralatannya! Kita akan coba untuk mengeluarkan serpihan kaca yang menancap dikulitnya dan memeriksa luka dikepalanya."

"Baik, Dok." Suster mengangguk patuh atas perintah Dokter yang sedang menangani Karamel dan melangkah keluar untuk mengambil segala perlengkapan

Gadis itu membuka matanya secara perlahan, merasakan perih yang sangat dalam akibat luka yang ia buat sendiri.

"Anda sudah sadar?"

Karamel hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Tunggu, biar saya periksa kondisi anda."

"Dok, saya boleh bicara sesuatu sama dokter?" ucap Karamel lemah

"Silahkan. Itu memang kewajiban saya membantu kamu saat ini."

"Sa..ya mo..hon, siapa pun yang bertanya tentang kondisi saya tolong bilang kalau saya amnesia. Saya lupa ingatan dan saya lupa dengan kejadian dimasa lalu saya. Saya mohon, Dok." Suara Karamel parau, ia berusaha menahan rasa lemas dan perih

"Maaf, saya tidak bisa. Saya tidak bisa memalsukan data - data pasien."

"Tapi, saya mohon. Saya mohon. Saat ini Cuma Dokter yang bisa bantu saya. Saya mohon, Dok” Karamel meneteskan air mata dan beberapa kali memohon pada Dokter, berharap bahwa permintaannya bisa dikabulkan

"Saya mohon, Dok. Tolong saya." 

Tangisnya mulai terisak dan terasa sangat pilu

Dengan berat hati, Sang Dokter mengangguk setuju dengan permintaan gadis itu. Ia tak tega melihat gadis serapuh Karamel. Karamel pun berjanji tidak ada kejadian yang akan membahayakan profesi Dokter itu, jika suatu saat semua orang akan tau kalau Karamel yang merencanakan kebohongan itu.

Karamel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang