"Pagii cantik.."
Pagi ini Kennaldy sengaja menunggu Karamel di depan rumah milik Anna. Bersama motor kesayangannya.
Kennaldy duduk menyamping di motornya sembari menatap Karamel yang hendak membuka pintu mobil.
"Berangkat bareng gue ya" ucap Kennaldy tersenyum manis, sangat manis dari biasanya
Karamel yang merasa diajak bicara menutup kembali pintu mobilnya dan meminta izin pada Pak Joko.
"Tunggu sebentar ya, Pak."
"Iya, Non."
Karamel berjalan menghampiri Kennaldy yang sedari tadi sudah menunggunya.
"Berangkat bareng gue ya" ucap Kennaldy, LAGI.
"Itu pertanyaan atau pernyataan?" tanya Karamel to the point
"Pernyataan! So, lo harus berangkat bareng gue pagi ini."
"Ga us---"
"Ga ada penolakan!"
Kennaldy mengambil helm yang sudah ia siapkan untuk Karamel. Dan memakaikannya ke kepala gadis itu. Karamel terpaku mendapat perlakuan manis dari orang yang belum ia kenal sepenuhnya.
"Dan ini jaket buat nutupin paha lo."
Kennaldy menyalakan motornya dan berpamitan dengan Pak Joko.
"Pak Joko, hari ini Karamel berangkat bareng saya ya. Karamel bakal aman tenang aja."
"Siap Den Ken. Titip Non Karamel ya."
"Siappppp pak." ucap Ken seraya memberi hormat pada Pak Joko
Mata Kennaldy mengisyaratkan bahwa Karamel harus naik motor nya. SEKARANG.
Dengan terpaksa Karamel menurut pada Kennaldy.
"Pegangan! Ntar nyungsep."
"Iya, ini udahh." ucap Karamel jutek
Kennaldy tertawa geli di dalam hati. Pasalnya Karamel malah berpegangan di pundaknya bukan di pinggangnya.
Lucu banget sihh ;) - Batin Kennaldy
"Lebih suka naik motor apa naik mobil?" tanya Kennaldy
Karamel sedikit memajukan tubuhnya. Suara Kennaldy tidak terdengar karena bisingnya suara kendaraan yang berlalu lalang dijalanan.
"Mau naik motor atau mobil sama aja ga ak---"
"Ga akan ngerubah kehidupan?"
Karamel menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Kennaldy. Bagaimana mungkin laki laki dapat mengetahui arah pembicaraan Karamel.
"Itu lo tau."
"Gue ga butuh pernyataan seperti itu!"
"Lo fikir--""Lo fikir gue peduli!" Kennaldy terkekeh
Kenapa dia bisa hafal sama ucapan gue? - Batin Karamel
Karamel hanya menghela nafas ketika motor sudah memasuki area parkir SMA Bhakti Dharma.
Banyak pasang mata yang menatap aneh pada Karamel.
Setelah Kennaldy mematikan motor miliknya yang sudah terparkir rapi. Karamel turun dari motor itu dan hendak melepas helm yang ia gunakan. Namun, ada tangan yang mencegahnya.
"Biar gue aja." ucap Kennaldy sembari membentuk seulas senyum di bibirnya
Mudah - mudahan jutek nya ilang. Amin! - Batin Kennaldy
Karamel sama sekali tidak membantah dengan perlakuan Kennaldy hingga laki - laki itu selesai melepas helm dari kepala Karamel.
"Lain kali gue bisa sendiri." ucap Karamel
Kennaldy mengacuhkan itu. Ia memilih untuk membuka helm yang masih berada di kepalanya. Dan memasukkan kunci motor ke dalam tas hitam miliknya.
"Nanti pulang sekolah sama gue aja."
"Gue bisa sen---"
"Ga ada penolakan!"
Tangan Kennaldy menggenggam erat tangan Karamel. Hal itu sungguh membuat perasaan aneh yang muncul dalam diri Karamel.
"Ayo ke kelas."
"Tapi Ken--" Karamel berusaha melepas genggaman itu, namun yang terjadi justru genggaman tangan Kennaldy menjadi lebih erat
"Ayo ah.."
Kini langkah mereka beriringan menuju kelas. Banyak tatapan kagum, iri, dan benci yang menghujani mereka.
Karamel sungguh tak peduli dengan itu. Berbeda dengan Kennaldy, ia justru tak enak hati melihat Karamel menjadi pusat perhatian bila selalu dekat dengan nya.
"Lo ga usah peduli sama tatapan mereka." ucap Kennaldy tersenyum
"Ngapain juga gue peduli sama mereka? Mereka aja ga peduli sama gue." ucap Karamel mantap. Tatapan nya lurus kedepan bukan tatapan senang tapi tatapan kosong yang menyiratkan luka.
Lo aneh!
Lo beda!
Gue bingung sama lo!
Tapi kenapa gue mau berada di deket lo?
Kenapa gue mau ikut masuk ke dalam hidup lo?
Hanya ada satu alasan :
Setiap kali gue liat senyum lo hati gue merasa senang tingkat dewa. Tapi, saat gue liat lo sakit entah kenapa hati gue ikut terluka.
Apa artinya?
Sampai sekarang pun gue ga tau!
KAMU SEDANG MEMBACA
Karamel [Completed]
Teen FictionKeluh kesah yang mungkin di alami Karamel juga mungkin di alami oleh remaja seusia kalian. Seorang anak yang hanya ingin memiliki bahagia. Tapi begitu sulit untuk diraih. Seorang anak yang hanya minta diperhatikan justru malah diacuhkan. Seorang ana...