Mencoba

3.2K 154 5
                                    

Sebenarnya aku menahan rasa. Rasa yang sudah mulai kusimpan rapat di dalam hati. Rasa yang mulai mematikan setiap benih kebaikan yang muncul. Rasa yang meruntuhkan ketika hati berkata untuk berpura - pura jika aku merasakan bahagia.

Aku bingung dengan semuanya
Aku bingung dengan ini
Aku bingung dengan rencana tuhan
Aku bingung dengan takdir tuhan

Kenapa tuhan menciptakan bahagia kalau akhirnya aku akan terluka?

Kenapa tuhan menciptakan cinta kalau akhirnya aku harus merasakan kehilangan?

Kenapa tuhan memberikan kesenangan kalau akhirnya harus berakhir dengan luka?

Apa tuhan mendengar doa ku?

Orang bilang jika tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.

Tapi kenapa aku merasakan beban yang sangat berat pada saat ini?

Flashback On

"Kamu gimana sih Karamel?! Cuma nyetrika baju aja ga bisa!! Kamu tuh perempuan, anak gadis! Mana ada laki - laki yang mau sama kamu kalau kerja seperti ini aja ga bisa!!"

"Maaf Tante. Tapi Karamel capek. Karamel ga bisa tidur semaleman jadi Kara---"

"Alah! Alasan kamu bulshit. Kamu fikir Tante peduli! Cepet lanjutin! Yang bener. Awas kalau baju tante ada yang rusak! Itu harganya mahal - mahal."

~~~

"Ya ampum Karamel! Kamu jadi anak ga usah MANJA.. Kamu hidup sama Tante bukan sama MAMA  kamu. Jadi kamu harus nurutin keinginan Tante. Ngerti?!"

"Tapi Tante.. Karamel belum ngerjain tugas sekolah nanti Kara dihukum. Lagipula tadi Kara udah beberes rumah. Karamel capek mau---"

"KARAMEL!!!!!!!!! Tante pusing ngurusin kamuuu!!! Mending kamu cari Tante yang lain aja deh! Jangan tinggal sama Tante. Tante ga suka sama anak yang ngebantah!!"

"Tapi Tante.. Bukan maksud Kara---"

"Udahlah! Tante capek dengerin alasan kamu terus!!"

~~~

"Miko. Mending kamu urus anak kamu!"

"Loh? Ada apa dengan Kara?"

"Anak kamu susah banget di aturnya! Aku pusing tau ga?!"

"Tapi selama ini Karamel selalu nurut sama aku."

"Kalau didepan kamu dia selalu bersikap baik. Tapi kalau sama aku dia selalu ngebantah ucapanku!"

Flashback Off

Karamel menatap lurus langit senja yang akan berubah menjadi malam. Ia terduduk di kursi balkon seperti biasa.

Fikirannya menerawang kehidupan lalu yang sangat membuatnya kecewa.

"Apa Tante ga bisa berubah sedikit buat Karamel?" gumam Karamel

"Bisa! Bisa banget malah.." ucap seseorang yang tiba - tiba muncul.

Siapa lagi kalau bukan Kennaldy. Lelaki yang beberapa hari ini mencoba dekat dengan Karamel.

Karamel mengernyitkat dahinya menatap Kennaldy "Lo kenapa sih?! Selalu muncul tiba - tiba."

"Ya biarin lah! Suka - suka gue."

Karamel hanya diam dan kembali menatap langit.

"Mau gue bantuin ga? Biar Tante lo bisa berubah." Tawar Kennaldy

"Emang lo tau apa permasalahannya?"

"Ya ngga sih.."

Kennaldy menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia tak tau apapun tentang kehidupan Karamel. Mana mungkin ia masuk begitu saja dan ikut campur dengan permasalahan Karamel.

"Makanya ga usah sok tau!"

"Biarin aja! Yang penting gue ada niat buat bantu lo."

"Kenapa lo niat buat bantuin gue? Gue bukan saudara lo dan gue juga bukan keluarga lo." Ucap Karamel berdiri dari duduknya lalu menatap lekat kedua mata milik Kennaldy

"Saling menolong bukan hanya dengan keluarga atau pun saudara melainkan saling menolong antar seluruh makhluk hidup."

"Apa lo tulus ngelakuin itu?"

"Selama itu membuat gue bahagia dan orang yang gue bantu juga bahagia. Gue tulus ngelakuin itu."

Karamel menatap lekat wajah laki -laki itu mencari setitik kebohongan melalui kedua matanya, tapi nihil Karamel justru menikmati tatapan itu.

"Apa masih ada orang yang tulus di kehidupan sekarang?"

"Kehidupan sekarang memang berbeda dengan yang dulu. Zaman sekarang banyak penghianat dan busuk. Banyak juga yang two face. Bermuka dua."

Kennaldy melihat ekspresi wajah Karamel yang mulai berubah dari sebelumnya. Ia seperti menahan rasa takut. Entah apa itu.

"Mulai sekarang kita sahabatan. Lo bisa percaya sama gue. Gue akan bantu apapun masalah lo. Jangan takut."

Kennaldy mengacungkan jari kelingkingnya di depan wajah dan tersenyum tulus kepada gadis itu.

Karamel ragu pada lelaki dihadapannya kini.

Apa dia benar - benar tulus? - Batin Karamel

"Apa gue bisa percaya sama lo?" ucap Karamel takut. Ia menundukan kepalanya menatap kebawah ke lantai tepat ia berpijak saat ini, Karamel enggan menatap Kennaldy

"Lo ga perlu percaya sama gue sekarang. Tapi mungkin lo bisa belajar untuk percaya dengan seseorang."

Karamel mengangguk ragu, namun kini dihatinya ada sedikit rasa ketenangan jika ia bersama dengan Kennaldy.

Karamel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang