"Sorry. Ini semua salah gue." ucap KennaldyKaramel mendudukkan dirinya di samping Kennaldy. Sudah satu jam menunggu namun, tak ada hasil yang didapat.
"Gue anter lo balik aja ya. Soalnya kalau ke sekolah ga mungkin yang ada nanti lo kena omel."
"Gimana sama anak itu? Mau ninggalin dia?"
Kennaldy menghela nafas, kedua tangannya menangkup pipi gadis itu.
"Gue ga sepengecut itu! Gue akan tanggung jawab. Biar gue yang nanggung semuanya. Jangan lo!"
Karamel terpaku akan ucapan itu. Ternyata Kennaldy tidak seburuk dengan apa yang ada difikirannya.
"Gue pesenin lo taxsi ya? Gue ga mau lo ikut susah dalam masalah ini."
"Ngga! Gue mau tetep disini. Gue mau nemenin lo. Gue juga mau tanggung jawab sama semuanya."
"Tapi--"
"Ga ada penolakan! Gue mau tetap disini. Ngerti?"
Terselip senyuman kecil dari sudut bibir Kennaldy. Ia senang bila gadis itu selalu berada di dekatnya. Entah apa yang membuatnya bisa seperti ini, bahkan ia rela melakukan apa pun untuk bisa selalu bersama gadis itu.
"Makasih ya." ucap Kennaldy tersenyum manis. Tangannya menggenggam erat tangan kiri milik Karamel
"Makasih? Doang?"
"Terus maunya apa?"
Karamel menyenderkan kepalanya di pundak Kennaldy. Memejamkan matanya dan membiarkan tangannya masih berada di genggaman Kennaldy.
"KARAMEL KEN."
Terdengar suara perempuan berteriak menyebut nama mereka. Reflek Kennaldy dan Karamel menoleh ke arah sumber suara.
"Andien." panggil Kennaldy
"Agatha!" gumam Karamel.
Karamel berusaha menetralkan emosinya saat melihat gadis yang berdiri di samping Andien.
"Andien."
"Kara Ken. Lo berdua kenapa sih? Kenapa bisa gini." Tanya Andien menatap panik Kedua temannya
"Ya gitu deh." ucap Karamel tersenyum lemah
"Tadi gue lagi asik ngobrol sama Kara sampe ga fokus sama jalanan. Dan akhirnya gue nyerempet anak kecil deh."
"Tapi anak itu--"
"Lagi ditanganin dokter."
"Ya ampun. Karamel yang sabar ya. Next time kalau lagi nyetir, hati - hati. Jangan kebanyakan ngobrol." ucap Agatha memeluk erat Karamel
"Ga usah sok peduli!" bisik Karamel tajam
"Sayangnya gue emang peduli sama lo! Dan gue udah susun rencana SECANTIK mungkin. Untuk MANTAN sahabat gue."
Mata Karamel menatap lurus kedua mata hazel milik Agatha. Tak lama seorang dokter keluar dengan jas putih melekat ditubuhnya.
"Apakah anda keluarga Amel?"
"Saya kakaknya, Dok. Gimana kondisi Amel?" ujar Kennaldy
"Kondisi Amel saat ini sudah pulih. Ia sudah tidak terlalu kaget seperti tadi. Tapi--"
"Tapi apa, Dok?" tanya Karamel
"Amel mengalami patah tulang dikakinya."
"Ya ampun Amel. Kasihan sekali dirimu." ucap Agatha bersedih
Kenapa gue ngerasa aneh sama Agatha ya? - Batin Andien
"Boleh saya lihat Amel?" tanya Karamel
"Boleh. Kalau gitu saya permisi dulu."
"Terimakasih ya, Dok."
***
"Haii Amel." ucap Karamel tersenyum getir
Terlihat jelas luka dikaki anak yang diketahui bernama Amel dari dokter yang memeriksanya tadi. Kakinya terpasang gips yang membuatnya menjadi sulit bergerak. Wajah putih pasi terlihat jelas disana serta mata bengkak karena habis menangis menambah rasa bersalah Karamel kepada anak itu.
"Amel gimana keadaan kamu?"
"Udah baikkan, Ka." Jawabnya menunduk takut
"Kenalin aku Karamel."
"Aku Ken."
"Aku Andien."
"Agatha." ucap Agatha jutek
"AKU MAU PULANG. AKU MAU KETEMU BUNDA. AKU TAKUTTT." teriak Amel
"Amel kamu tenang ya. Ada kakak disini. Kamu jangan takut. Nanti kita ketemu Bunda. Kamu sabar ya." ucap Karamel menenangkan.
Karamel memeluk Amel sangat erat. Mengusap pucuk kepala gadis kecil itu dan mencium hangat keningnya.
Tak disangka. Amel membalas pelukan itu lebih erat dari Karamel. Karamel merasakan hal yang aneh pada dirinya.
Kenapa gue ngerasa kayak udah deket sama Amel? Apa sebelumnya gue pernah kenal Amel? - Batin Karamel
"Amel mau sama kakak. Kakak jangan tinggalin Amel. Amel takut." ucap Amel menatap mohon pada Karamel
"Amel tenang aja ya. Kakak akan temenin Amel. Jadi, Amel ga perlu takut."
Amel tersenyum senang.
"Kara Ken.. Amel kan udah sadar. Jadi, sorry kalau gue tinggal nyokap gue barusan nelfon nyuruh gue pulang." Ucap Andien tak enak hati
"Thanks ya udah kesini."
"Makasi ya, Din."
"Adik manis Kakak pulang dulu ya. Kamu cepet sembuh."
"Kalau gitu gue juga balik deh. Kebetulan gue udah dijemput sama supir." ujar Agatha
Setelah Andien dan Agatha keluar dari ruangan Amel. Kennaldy dan Karamel merawat bocah itu dengan telaten.
Tanpa kamu sadari, setiap langkah yang kamu jalani itu adalah atas perintah sang Pencipta. Setiap makhluk berhak atas bahagia, biarkan semuanya mengalir sesuai skenario-Nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karamel [Completed]
Fiksi RemajaKeluh kesah yang mungkin di alami Karamel juga mungkin di alami oleh remaja seusia kalian. Seorang anak yang hanya ingin memiliki bahagia. Tapi begitu sulit untuk diraih. Seorang anak yang hanya minta diperhatikan justru malah diacuhkan. Seorang ana...