Hujan

2.9K 150 3
                                    

Desir angin menerpa kedua insan yang sedang dilanda keraguan. Gemuruh hujan deras melanda Kota Jakarta sore ini.

Apa gue yakin untuk masuk kekehidupan gadis serapuh Karamel? Apa gue mampu menopang semua beban yang seandainya dia curahkan ke gua? Apa gue biasa membuat kepercayaan itu tumbuh? - Batin  Kennaldy

Apa aku bisa menumbuhkan kepercayaan itu? Apa semuanya akan berjalan baik ketika kamu datang? Atau aku akan semakin terluka saat kamu pergi menjadi penghianat - Batin Karamel

Kini Karamel dan Kennaldy sedang duduk di kursi balkon kamar masing - masing. Tidak seperti Kennaldy  yang biasanya.

Biasanya Kennaldy selalu menyapa atau bahkan mengagetkan Karamel ketika gadis itu sedang merenung di balkon.

Tapi tidak untuk sore ini, Kennaldy yang biasanya terlihat gembira. Kini juga merenung sama seperti Karamel.

Dengan keberanian penuh Karamel berjalan menghadap Kennaldy dari sebrang balkon kamar lelaki itu.

"Lo Kenapa?" tanya Karamel

"Em?" Kennaldy mengalihkan pandangannya pada Karamel

"Lagi ada masalah?"

"Ga ada."

Kenapa dia jadi jutek ke gue? Gue punya salah apa?  Batin Karamel

"Ga usah sok peduli sama gue!" ucap Kennaldy berjalan dan berdiri dihadapan Karamel, walaupun terisisa jarak yang sedikit jauh

"Lo kenapa sih? Perasaan tadi balik sekolah kita fine fine aja. Trus kenapa sekarang lo jadi jutek ke gue?" nada suara gadis sedikit lebih naik dari biasanya

"Ciee cieee... Lo khawatir sama gue ya??? Trus tadi lo ngomong apa? Kita?? Maksudnya?"

Kennaldy tertawa terbahak - bahak melihat ekspresi kesal milik Karamel.
Emosi Karamel sudah memuncak. Apa maksudnya? Ia sudah ketakutan setengah mati melihat perubahan sikap Kennaldy yang tadi mengacuhkan dirinya. Dan ternyata ia hanya bercanda.

"Lo tuh! Dasar resek!"

Karamel menadangkan tangannya untuk menampung air hujan lalu mencipratkannya kewajah Kennaldy.

"Ih! Basah tau. Gue udah mandi tadi."

"Bodo amat! Itu hukuman buat lo karena udah bikin gue panik"

Kedua tangan Karamel bergantian dengan lihai terus melempar air hujan ke arah Kennaldy.

Kennaldy pun tidak mau kalah! Ia tak tinggal diam, Kennaldy juga melakukan hal yang sama seperti Karamel.

"Awww!"

"Eh kenapa?"

"Airnya masuk ke mata, perih." ucap Karamel sembari mengucek mata nya

Kennaldy mulai panik. Tanpa fikir panjang Kennaldy loncat menuju balkon kamar Karamel.

"Sini biar gue tiupin."

Kennaldy menggenggam tangan Karamel yang masih mengucek matanya. Lalu ia fokus pada mata kiri milik Karamel.

"Udah?"

"Udah mendingan kok. Makasih ya." ucap Karamel tersenyum manis

Karamel menatap kedua tangannya dan menyadari bahwa tangannya berada di genggaman Kennaldy. Tatapan Kennaldy menuju ke arah pandangan Karamel.

"Sorry. Tadi kepegang." ucap Kennaldy tersenyum kikuk

"Kepegang atau sengaja DIPEGANG?" ucap Karamel menggoda dengan kedua alis yang dinaik turunkan

"Oh? Jadi mau nya dipegang aku terus nih?"

"Ih! Ge-er gue ga bilang gitu ya?!"

"Alah! Bilang aja itu kode kan? Aku lelaki yang mudah paham kok. Tenang aja."

"Ih! Ngaco. Ga jelas!"

Karamel mengalihkan pandangannya menatap langit , ia berjalan beberapa langkah membelakangi Kennaldy.

Entah bisikan setan dari mana. Kennaldy memeluk pinggang Karamel dari belakang. Membuat kaget gadis itu, bahkan kini lompatan jantungnya melambung tinggi seperti habis lari maratoon.

"Aku akan tunggu kamu sampai kepercayaan itu tumbuh. Dan semampunya aku akan selalu berada disampingmu. Jangan pernah takut untuk kedepan. TUHAN selalu ada disetiap langkah kita." Ucap Kennaldy mantap dan penuh penekannan.

Karamel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang