Chapter 1
Seorang gadis yang tengah duduk itu menyesap greentea milk, minuman favoritnya. Minuman ini memang menjadi minuman favoritnya jika berkunjung ke cafe dekat tempat bekerjanya. Dihirupnya aroma yang khas bercampur dengan aroma susu vanila dengan pucuk daun teh yang memang diambil dari tanaman yang segar.
Sudah lebih dari setengah jam ia duduk sendiri dimeja yang memang ditempatkan oleh dua orang, sambil sesekali menengok sisi pintu dari café menunggu seseorang datang.
Tak lama tampak seseorang datang dengan pakaian merah maroon yang sangat menarik perhatian beberapa orang. Perempuan itu menuju meja yang ditempatkan gadis itu dan menempatkan bokongnya dikursi. "Maafkan aku Eve membuatmu menunggu lama." ucap Tiara.
"Tidak apa-apa. Ada apa, tidak biasanya kau memanggil ku. " Tanya Eve.
Tiara mengela nafas panjang "Aku ingin meminta bantuanmu. Kemarin aku baru saja menikah dan besok Sam mengajakku untuk berbulan madu. Tapi, bos ku memintaku mewawancarai salah satu pembisnis muda yang sukses. Dan itu sangat bertepatan."
"Jadi maksudmu?"
"Aku ingin kau yang mewawancarai Mr. Alexander." ucapnya lalu menyusup kopi dengan cream yang baru saja diantarkan oleh pelayan, yang sebelumnya dipesankan oleh Eve.
Eve mengerutkan dahinya. Kenapa Tiara meminta untuk mewawancarai seseorang padahal Eve sangatlah pemalu, Tiara pasti tahu akan hal itu. "Aku tidak bisa. Aku tidak punya keahlian untuk mewawancarai seseorang." ucap Eve.
"Kau bisa. Kau hanya membaca pertanyaan yang aku tulis, lalu kemudian kau tanyakan kepadannya. Aku baru saja menikah dan bulan madu akan menjadi dambaan setiap wanita yang habis menikah. Jadi bagaimana? " tanya Tiara . "Aku mohon Eve, bantulah aku." Lanjutnya.
Tampak Eve mengela nafas panjang dan menatap kembali Tiara yang berharap Eve akan menyetujuinya.
"Ya.. Aku tidak keberatan." Ucap Eve pasrah. Tapi mungkin dengan begini, ia bisa menambah pengalamannya dan mengurangi rasa pemalunya.
"Sepulang dari Itali, aku akan membelikanmu gaun malam. Sekali lagi terimakasi Eve kau memang sahabat yang baik." Ucap Tiara sambil menyunggingkan senyuman.
"Ya.. Sama-sama. Kurasa hari sudah semakin sore, aku harus pulang pasti Ayahku mencemaskanku."
"Tunggu dulu" ucap Tiara dan tampak mengeluarkan buku catatan kecil serta satu buah alat perekam "Kau pakai ini untuk mewawancarainnya. Besok jam sebelas."
"Baiklah..."
"Semoga harimu indah." ucap Tiara tersenyum kepada Eve.
"Kau juga" balas Eve dengan tak kalah senyum.
TTT
Eve tampak memoles make up sederhana diwajahnya dan juga lipstik berwarna peach dibibirnya. Hari ini ia harus mewawancarai pengusaha muda yang sukses, seperti kata Tiara kemarin. Pasti Wanita itu saat ini sedang asik bersenang-senang bersama suaminya.
Drttt drttt
Poselnya bergetar pertanda ada satu panggilan masuk. Ia menyernyit membaca siapa yang menelponya.
"Hallo" ucap sang penelpon diujung sebrang sana.
"Setelah lima hari kau baru menghubungiku lagi. Ada apa?" ucap Eve sedikit kesal.
"Eve... Maafkan aku. Lima hari ini aku sangat sibuk dan aku dipindah tugaskan didaerah Bali. Karena sibuk aku tidak bisa menghubungimu. " ucap seseorang di sebrang sana.
"Baik, Aku maafin kamu. Tapi lain kali jangan seperti itu. Oh iya.. Aku tutup dulu ya, aku sudah terlambat."
"Bukannya kau hari ini libur? "
"Aku membantu sahabatku, Tiara pergi berbulan madu dengan suaminya dan akhirnnya aku yang menggantikanya untuk mewawancarai salah satu pengusaha. "
"Kau.. Mewawancarai siapa? "
"Mr. Alexander. Sudah dulu ya. Aku sudah hampir telat." ucap Eve. Tanpa memberi waktu kepada Erland untuk membalas ia langsung menutup panggilan telepon tersebut.
Erland tampak mengerutkan dahinya. Ia tampak berfikir Mr. Alexander yang terkenal amat iblis itu? Bahkan dia bisa menandingi lawannya hanya sekali tebas.
TTT
Eve keluar dari mobil mini coopernya dan menatap gedung menjulang tinggi tersebut. Ia memasuki perusahaan tersebut dan berbicara kepada resepsionis wanita. "Selamat siang, saya Eve warren dari majalah Today, saya yang akan mewawancarai Mr. Alexander"
"Tunggu sebentar saya akan menghubungi sekertaris Mr. Alexander. " ucap resepsionis tersebut lalu memegang telpon dan memencetkan nomor.
"Anda sudah ditunggu. Ruangan Mr. Alexander ada di lantai 36. Silahkan..." ucapnya sambil tersenyum manis.
"Terimakasih..." Ucap Eve tak senyum.
Sampai dilantai 36 setelah menaiki lift ia melihat ada beberapa orang disana mungkin mereka adalah sekretaris Mr. Alexander karena lantai ini dikhususkan untuk CEO.
"Permisi...saya Eve dari majalah Today saya yang akan mewawancarai Mr. Alexander. "
"Setahu saya yang akan mewawancarai namannya NonaTiara. " ucap wanita yang mungkin dia adalah sekretaris Mr. Devan Alexander.
"Ya... Itu sahabat saya. Uum... Maksud saya, saya yang akan menggantikan dia. Karena dia ada keperluan" ucap Eve dengan terbata-bata. Sebelumnya dia tidak pernah melakukan wawancara akibatnya sikapnya masih canggung.
"Oh.. Begitu ya. Nama saya Lily Sekertaris Mr. Alexander, beliau saat ini masih diruang rapat. Mungkin limabelas menit lagi selesai. Kau bisa menunggu didalam ruanganya. Mari saya antarkan. " ucap wanita tersebut.
Eve mengikuti langkah kaki lily, tampak lily membuka pintu yang cukup besar dan mendorongnya. Betapa terpesonanya Eve melihat isi ruangan tersebut sangat mewah pasti barang-barangnya sangat mahal. Disana terdapat meja kerja yang cukup luas dan ada dua pintu sepertinya itu adalah kamar dan sebuah bar kecil. Sebegituh sibukkan Mr. Alex sehingga membuat sebuah ruang kamar didalam ruangan kantornya?
"Kau tunggu disini. Sebentar lagi dia datang. Oh.. Ya.. Kau mau minum apa?"
"Terserah kau saja. " ucap Eve sambil tersenyum ke arah Lily.
Setelah Lily keluar, Eve ingin sedikit tahu, ia bangkit dari duduknya lalu mendekati kaca besar yang mengarah pada pusat kota. Terlihat banyaknya kendaraan yang lalu lalang. Kemudian tatapannya tertuju pada meja kerja yang cukup besar tersebut. Dirabanya kursi kebesarannya tersebut.
Bagaimana sih rasanya duduk dikursi ini. Dengan hati-hati ia meletakan bokongnya dikursi tersebut, sebelum itu ia melihat kondisi sekitar kalau-kalau Mr. Alexander atau Lily masuk dengan tiba-tiba dan ternyata tidak ada yang masuk. Setelah berhasil ia menempati kursi tersebut. Pandangannya teralih lagi pada ruangan yang dia fikir itu adalah kamar karena pintu ruangan tersebut terbuka sedikit menampakkan sisi dari ranjang.
Ia melangkahkan kakinya menuju ruangan tersebut. Kemudian ia hanya mengintip sekilas kamar yang sangat besar dengan warna cream yang dipadukan dengan warna biru muda. Ada sebuah lukisan besar menggantung diatas kepala ranjang tersebut. Penglihatannya agak terganggu akibat lukisan itu cukup jauh, tapi ia yakin bahwa itu lukisan seorang wanita cantik yang mirip dengan dirinya.
Lama kemudian ia menjadi penasaran. Dibukanya pintu kamar tersebut hingga terbuka lebar. Ia melangkahkan kakinya, tapi ia mendengar sebuah suara bariton.
"Kau cukup berani rupanya untukmelihat-lihat ruangan kerjaku. " ucap Devan Alexander, CEO perusahaan tersebut.
Tbc
Jangan lupa Vote, Koment, dan Share ke teman-teman kalian ya...
Follow juga IG aku : @yolan_dta
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Billionaire [TERBIT]
RomanceEve warren, kehidupannya berubah setelah ia mewawancarai seorang miliyarder kaya. Setelah pertemuan itu, Devan alexander bersumpah pada dirinya sendiri akan memiliki Eve seutuhnya. Perasaan akan memilikinya tinggi. Apapun Devan akan lakukan de...