Karena banyak yang minta panjang, nih aku panjangin chapter ini ya.
***
Devan tidak mengerti kenapa Eve berubah 180 derajat saat bersama dengannya berbeda dengan bersama Erland, wanita itu bahkan kemarin sempat tertawa karena Erland. Devan tidak mau seperti ini. Eve harus tertawa dan memanyunkan wajahnya karena dirinya. Sempat berfikir apa yang diperbuat Erland sehingga membuat istrinya menjadi seperti ini? Mungkin saja karena kejadian malam itu ia tidak bisa mengontrol nafsu dan keegoisannya.
Sekarang, Devan menatap Eve dengan blouse putih dan rok biru muda selutut ia melihat Eve dengan gerakan menyisir rambutnya diatas tempat tidur kamar inapnya. Eve sudah diperbolehkan pulang dan Devan juga sudah membayar administrasinya.
"Kau membuat ku kesal Eve." ucap Devan mengacak-ngacak rambutnya frustasi, akibat apa yang Eve ucapkan kedirinya barusan. Devan tidak rela bahkan sangat tidak rela.
"Kalau kau benci dengan kamar kita. Aku akan menggantinya dengan kamar yang berada dilantai satu bahkan seprai, cat dinding, ranjang semua akan ku ganti. Tapi please aku ini suami mu, aku tidak bisa meng-iyakan kemaumanmu."
Eve tampak mendengus kesal. "Baiklah kali ini aku mengalah."
"Ayo kita pulang Eve." ucap Devan.
"Aku tidak mau dengan kursi roda itu. " ucap Eve sambil menunjuk ke arah kursi roda.
Devan berdecak sebal. "Ayolah hanya sampai masuk kedalam mobil. Setelah itu sudah."
Eve menggretakan kaki kesal seperti anak kecil yang meminta mainan kepada ibunya. Ia tidak mau menuruti perintah Devan lagi, dulu ia menjadi istri yang penurut mematuhi suami. Sekarang, ia harus menjadi istri yang pembangkang.
***
Setelah sampai dirumah Devan, Devan menggandeng Eve dengan jalan berbarengan dibelakanya terdapat pelayan.
Devan mengajak Eve ke kamar tidur yang berada di lantai satu. "Kenapa kau mengajak ku kesini? " tanya Eve, Eve hanya mau kamar yang dulu ia tempati bukan kamar baru.
Devan menatap Eve. "Kau kan tidak suka kamar yang dulu." ucapnya pernyataan. Eve mengerutkan dahinya sejak kapan dia bilang seperti itu?
"Aku tidak bilang seperti itu. Aku ingin kamar yang dulu saja." ucapnya lalu melangkahkan kakinya naik keatas melewati beberapa anak tangga. Devan menatap itu ngeri, Eve langsung berlari menghindarinya naik keatas tangga. Ia takut jika Eve terpeleset atau mengalami kram, segera Devan menyusul dengan langkah cepat.
Eve sudah sampai lantai dua dan dia membuka pintu kamarnya lalu menguncinya kembali. Dia tidak mau hari ini terus berdebat dengan Devan tapi dia ingin mendengar cerita Devan tentang Angeline. Devan mengetok-ngerok pintu lalu memukulnya dengan lutut kakinya. "Eve.. Bukalah.. Aku ingin masuk." ucap Devan dengan suara lantang. Lama kemudian tidak ada balasan dari Eve. "Eve... "
"Evee.. Kau tak bisa menghindar dariku." ucap Devan lalu ia memanggil pelayan pribadinya.
"Lory... "
"Lory..."
Lory datang tepat di hadapan Devan. "Carikan aku kunci ganda kamarku."
"Baik tuan. " ucap Lory menunduk lalu ia pergi dari hadapan Devan. Lory adalah salah satu pelayan pribadi Devan yang baru diperkerjakaan dua minggu yang lalu.
Setelah sebentar menunggu, Devan akhirnya mendapatkan kunci gandanya segera ia menuju kamarnya dan membuka pintu itu. Terbuka. Ada seyum melintang dibibirnya.
Eve yang hanya menggunakan bra hitam dan underwear hitam saja terkejut segera ia mencari handuk yang ia bawa dan menutupi tubuhnya. "Devan...! " teriaknya.
"Kenapa kau kesini?"
"Ini kamarku juga bukan? " tanyanya berjalan menghampiri Eve.
Eve menatap kesal Devan. "Kau seharusnya ketuk dulu. Aku sedang berganti baju."
Devan menempatkan duduknya di samping Eve diatas sofa panjang. "Ku kira kau marah padaku."
"Ya.. Aku marah padamu. Cepat keluar. Aku mau ganti baju."
"Kau bisa menggunakan ruang pakaian untuk berganti baju." ucap Devan dan menunjuknya ke daun pintu bercat putih. Kenapa ruang pakaian itu tidak terfikir oleh Eve sejak tadi? Eve langsung menuju kesana dengan terbirit-birit.
Eve telah selesai berganti baju dengan baju santainya. "Ayo kita keruang makan. Sejak tadi kau belum makan."
"Ada satu syarat." ucap Eve.
Devan melebarkan bola matanya. "Apa? " tanyanya.
"Tadi Erland mengajakku makan di luar. Tapi aku fikir-fikir kau sudah menyiapakan makanan." ucap Eve sambil menyisir didepan meja rias.
Devan merasa senang Eve lebih memilih untuk makan dengannya. "Jadi kita makan dirumah saja ya? Kita berdua."
"Bertiga. Erland akan kesini. " ucapan Eve membuat Devan kesal. Bagaimana tidak kesal mantan istrinya itu datang untuk merusak acara makan-makannya yang bahkan sudah disusun di taman rumahnya dekat air mancur dengan lagu romantic yang mengalun merdu. Dan dengan mudahnya Erland datang untuk merusak?
"Aku tidak mau ada dia Eve."
"Yasudah aku pergi makan bersamanya diluar."
"Ya.. Ya.. Baik-baik, Erland boleh makan bersama kita." ucap Devan pasrah.
***
Makan malam itu terasa sepi bahkan tidak ada obrolan sama sekali. Devan duduk dikepala meja makan dengan Eve yang berada di sisi kanan dan Erland yang berada di sisi kiri. Erland sebenarnya tidak mau jika makan malam bersama dengan Devan. Ia bukanya takut dengan pengawal yang berjejer di belakangnya hanya saja pasti ia tidak leluasa untuk mengobrol dengan Eve bahkan sekedar memegangi tangannya.
Sejak kuliah dulu Erland pasti memegangi tangan kiri Eve dengan tangan kirinya jika sedang makan. Itu memang kebiasaanya saat masih menjalin hubungan dengan Eve.
"Eve.. Aku punya sesuatu untukmu." ucap Devan sambil memberikan kotak yang berisi anting mutiara bersinar. "Ini indah sekali." ucap Eve lalu Devan tersenyum kearahnya dan melirik Erland sekilas.
Erland berhenti dari memasukan makanan kedalam mulutnya. "Aku juga punya sesuatu untukmu. Regal... " panggil Erland kepada pengawalnya. Lalu pengawalnya memberikan kotak besar dengan gambar bayi.
"Ini untukmu." ucap Devan memberikan kotak itu pada Eve.
"Pakaian bayi? " tanya Eve.
"Ya.. "
Devan menatap Eve. "Kita bahkan tidak mengetahui jenis kelaminnya Eve."
"Itu sudah aku pilihkan warna yang bisa dipakai oleh laki-laki dan perempuan." ucap Erland lalu menyendokan kembali makanan ke dalam mulutnya. Devan semakin geram.
"Terima kasih Erland." ucap Eve lalu tersenyum kearah Erland, Erland membalasnya dengan senyuman.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Billionaire [TERBIT]
RomanceEve warren, kehidupannya berubah setelah ia mewawancarai seorang miliyarder kaya. Setelah pertemuan itu, Devan alexander bersumpah pada dirinya sendiri akan memiliki Eve seutuhnya. Perasaan akan memilikinya tinggi. Apapun Devan akan lakukan de...