TIGA PULUH EMPAT

22.5K 691 11
                                    

Keesokan harinya setelah Devan pergi, semua menjalani aktivitas seperti biasa. Sebenarnya Angline tidak rela melihat Devan pergi, entah mengapa ia menjadi seperti ini? Atau mungkin hatinya sudah terbuka dan Angeline juga menyukai Devan?

Angeline tampak membereskan kamar tidur Flora yang kini wanita itu sedang bersantai di ruang perpustakaan pribadi, membaca buku-buku kesukaannya. Kadang Angeline perhatikan Flora suka menyendiri dan menjadi suka membaca buku setelah kepergian suaminya, entah kemana.

Angeline mengganti seprai biru laut dengan warna hijau muda yang sangat indah, pandangannya teralih jatuh pada sebuah foto dengan bingkainya yang berada di atas nakas, itu adalah foto Flora dan Darren, mereka sangat cocok.

Angeline membersihkan kaca bingkai itu dengan sapu tangannya, dan tidak lupa juga ia membersihkan nakas.

Semuanya sudah beres, tinggal ia yang harus mandi dan menghilangkan keringat yang pasti sangat lengket dan menjijikan.

Selesai mandi, ia kembali ke dapur untuk memasakan makanan untuknya, tadi pagi Flora menyuruhnya makan sarapan bersama tapi Angeline menolak hanya karena ia belum menyelesaikan pekerjaannya, dan sekarang cacingnya berdemo ingin diisi.

Ia hanya memasak omlete, makanan favoritnya dengan telor setengah matang, kebanyakan orang tidak menyukai telur setengah matang karena memang baunya sangat amis, berbeda dengan Angeline ia sangat menyukainya.

Flora tampak memasuki dapur dan ingin mengambil cemilannya lagi, ia melihat Angeline sedang sibuk meracik menu masakan. "Kau membuat apa?" tanya Flora , seketika Angeline bereaksi kaget.

"Um.. Maaf aku mengagetkan mu."

Angeline membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan wanita itu, "Maaf aku menggunakan dapur, aku sedang memasak makanan untuk ku." ucapnya lalu menindukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa. Anggap saja, semua barang disini milikmu, termaksud Devan. Aku senang jika dia bersama denganmu."

Angeline menatap Flora, kenapa pembicarannya berujung ke Devan? Satu kalimat yang ia dengar, Flora senang jika ia bersama Devan? Tapi itu rasa tidak mungkin, ia hanyalah pelayan yang berasal dari keluarga tidak jelas. Mana mungkin bersanding dengan Devan, pengusaha muda yang pasti namanya banyak dikenal banyak orang. Kalau ia tetap memaksakan kehendak bersama dengan Devan, pasti ia akan membuat Devan malu dan diejek banyak orang, ia tidak mau itu terjadi.

"Mana mungkin, hmm.. Tuan Devan menyukai saya."

"Dia pasti menyukaimu, aku sudah tau bagaimana sikapnya terhadapmu. Dan aku yakin kau pun juga menyukainya." ucap Flora lalu menyunggingkan senyum.

Angeline membalas kembali senyuman Flora, ia hanya butuh waktu untuk menjawab semua.

***

Setelah tiga hari berlalu, Devan kembali ke Indonesia, ia melangkah lebar memasuki rumahnya sambil tersenyum lebar, ia membawa kotak berwarna biru tua untuk diberikannya kepada Angeline.

Ia sudah tahu, jika jam-jam seperti ini pasti Angeline berada di dapur untuk masak makanan untuk nanti malam. Dan benar saja wanita itu dan beberapa pelayan sedang memasak makanan. "Angeline..." ucap Devan kepadanya.

Angeline mengangkat kepalanya dari menatap makanan yang baru saja matang beralih ke Devan, yang dengan setelah kemeja yang tergulung berantakan, entah mengapa hatinya saat ini senang bisa melihat Devan  kembali.

"Kau sudah kembali? Ada apa tuan?" tanyanya.

"Ya.. Hmm.. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan, ayo ikut aku." ucap Devan lalu melangkahkan kakinya pergi dari dapur, diikuti Angeline yang melangkah ragu-ragu. Ayana yang sedari tadi mengaduk sup hanya bisa bereaksi kesal sambil menghentakan kakinya.

"Kau bisa menghancurkan rasa sup mu. Fokuslah bekerja." ucap Rani, kepala pelayan yang sudah berumur.
Sesampainya di ruang perpustakaan, Devan langsung menutup pintunya kembali dan ia membawa Angeline untuk duduk di sofa sambil merengguh pinggangnya. Mereka duduk bersebelahan, "Aku menyukai semua yang ada pada dirimu. Kau telah berhasil merenggut hatiku untuk tidak berpaling kepada siapapun. Aku.. Mencintaimu..." ucap Devan.

Sedari tadi, Angeline hanya diam tunggu sampai Devan menyelesaikan pembicaraannya, dan apa yang ia dengar tadi? Devan mencintainya? Ahh tidak mungkin, mungkin saja ia salah dengar, tapi sepertinya yang ia dengar seperti itu, Devan menyukainya bahkan sampai mencintainya.

Sikap apa yang harus ia ambil saat-saat seperti ini? Apa ia langsung mengabaikannya? Atau mungkin ia harus menolaknya atau bahkan ia juga mencintainya? Sebenarnya hatinya sudah menunjukkan bahwa ia mencintai Devan sejak Devan membawanya ke pacuan kuda, ia melihat pria itu seperti pangeran hatinya.

"Aku...." ucapnya terbata-bata, detak jantungnya sungguh tidak bisa dikendalikan saat dekat dengan Devan seperti ini apalagi Devan memegangi tangannya.

"Tidak perlu dijawab sekarang."

"Aku juga mempunyai rasa yang sama, tapi aku hanyalah seorang pelayan, aku tidak pantas mencintaimu dan kau juga tidak pantas mencintaiku."

"Aku melihat mu bukan seperti seorang pelayan, aku melihatmu seperti seorang malaikat." terang Devan.

"Tapi aku bisa merusak reputasimu." sanggah Angeline kembali.

"Reputasiku tidak penting, aku ingin memiliki wanita yang setia bersama ku sampai aku tua dan menutup mata nanti."

Angeline hanya diam. "Aku akan mengorbankan apa saja asal bisa bersama denganmu." ucap Devan. Pupus sudah pertahanan Angeline, ia mengeluarkan air matanya ia terbawa suasana akan ucapan Devan. "Aku mencintaimu... Ya.. Aku sudah mencintaimu sejak kau membawa ku ke pacuan kuda." terang Angeline.

Devan menyinggungkan senyuman dan mengusap air mata Angeline yang membasahi pipinya. "Aku punya sesuatu untukmu." diambilnya kotak biru tua yang ia bawa, lalu membuka kotak itu, sebuah kalung dengan hiasan batu turki yang sangat indah telah mengisi kelopak mata Angeline.

"Untukmu." ucap Devan, lalu mengambil kalung itu dari tempatnya dan memasangkannya di leher Angeline. 

"Ini indah sekali." ucap Angeline sambil mengagumi kalung itu. "Terimakasi." lanjutnya.

Lalu kemudian Devan mendaratkan bibirnya di atas bibir Angeline lalu bermain disana, ini adalah ciuman pertama yang mereka lakukan. Ada perasaan saling memiliki dan takut kehilangan, itu adalah sebuah bentuk rasa CINTA. 

TBC


My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang