TIGA PULUH ENAM

20.8K 568 3
                                    

Dua makhluk manusia yang sedang dilanda cinta itu kian kini sedang berlari-lari mengejar ombak di sisi pantai, sang pria tampak mengejar wanita yang berlari menjauh darinya dengan senyum dan tawanya.

Mereka menikmati detik per detik dipinggir pantai hanya berdua, berenang bersama, bermain pasir layaknya anak kecil bersama, dan bahkan menari bersama di dinginnya udara pantai.

Saat ini Devan sedang memandangi Angeline yang sedang dilukis oleh pelukis terkenal, dia memang sengaja memanggil pelukis itu untuk melukis Angeline. Dengan berlatarkan pantai yang sangat indah, dan wanita itu pun cantik, sungguh Devan tidak bisa membayangkan bagaimana kalau lukisan itu sudah selesai, pasti ia akan memajangnya di seluruh ruangan rumah dan bahkan di kantornya.

"Tahan senyuman mu sebentar nona." ucap sang pelukis kepada Angeline.
Angeline sudah berganti baju dengan gaun selutut berwarna putih gading begitupun Devan, ia memakai pakaian yang warnanya seraya dengan Angeline. 

Lukisan besar bergambar Angeline telah selesai dibuat, lukisan ini sangat indah, dan Devan harus merogoh kantung yang sangat tebal untuk membayarnya.

Apa sih yang tidak untuk Angeline? Bahkan ia rela untuk menukar dirinya demi keselamatan Angeline. Entah Angeline baru menyadari kenapa dirinya sangat ahli sekali dalam menguasai hati Devan, padahal dia tidak semenarik wanita-wanita yang pernah mengisi kehidupan Devan, dan satu hal yang harus kalian tahu, dia adalah seorang pelayan, ingat seorang pelayan yang bisa merebut hati tuannya.

***

Mereka memutuskan untuk ke restaurant yang dekat dengan pantai, menikmati hidangan sambil menyaksikan ombak bersaut-sautan.

"Entah mengapa aku sangat mencintaimu. Jangan pernah mencoba untuk pergi dari diriku, aku sudah menanamkan hatiku padamu, jika suatu saat nanti pada akhinya aku tidak bersama denganmu mungkin seluruh hidup ku terasa hambar, seperti makanan yang tidak diberi garam. Kau mengerti maksud ku bukan?" tanya Devan. Ia sebenarnya takut untuk mengucaokan ini, takut jika Angeline takut mendengar kata-katanya, ia melihat ketakutan di mata Angeline tapi nihil, Angeline tidak takut dengan kata-kata itu dan ia malah menyunggingkan senyuman.

Devan menggenggam erat tangannya, lalu mengecup punggung tangannya, Angeline hanya menunjukkan ekspresi senang. Bagaimana kedepannya nanti ia serahkan pada Tuhan, ia sangat-sangat berharap pria yang di depannya ini adalah jodohnya.

"Pesanan anda tuan." ucap pelayan sambil meletakan makanan berat dan beberapa makanan penutup serta sampage.

"Terima kasih."

Lalu kemudian mereka menikmati makanan dengan diam.

***

"Kita pulang sekarang, karena besok aku sepertinya ada perjalanan menyangkut masalah perusahaan yang berada di luar negri."

Angeline menyernyit. Bukankah pria ini kemarin sudah pergi? Dan sekarang pergi lagi? Sangat sibuk sekali.

"Kau mau pergi lagi?"

"Ya.. Hanya beberapa hari." ucap Devan datar, walaupun hanya beberapa hari, bagi Angeline waktu itu cukup lama. Angeline tidak bisa menahan rindu, itu sangat berat. Sepertinya ia sudah terbiasa akan kehadiran Devan disisinya.

"Kau takut aku jauh darimu?" ucap Devan sambil tersenyum nakal.

Angeline memekik, sungguh percaya diri sekali pria yang berada di depannya ini?

"Aku hanya bergurau. Mungkin." ucap Angeline lalu menyesap minumannya.

"Kita harus pulang." ucap Devan lalu menarik lengan tangan Angeline, padahal ia sedang menikmati rasa minuman yang begitu segar.

Devan membawanya menaikin mobil yang menuju ke bandara, ya.. Mungkin saja hanya beberapa jam kencan rasa rindu akan hilang.

Tbc
Vote and comment

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang