DUA PULUH DUA

32.6K 1.2K 8
                                    

Devan sibuk dengan benda-benda kerjanya dari seluruh map ia baca, ada beberapa masalah di kantornya sehingga ia harus turun tangan untuk memastikannya. 

Ia mengela nafas panjang, masalah ini sangat rumit yang pernah ia hadapi di kantornya. Seorang Pria dengan balutan jas hitam masuk ke ruangannya dengan santai dan Devan tidak menyadari itu. 

"Pengantin baru seharusnya tidak disini" ucap pria itu. 

Devan tampak mendongakan wajahnya dan menghela nafas. "Kau selalu saja mengganggu pekerjaanku."

Pria itu tanpa sopan santun langsung mendaratkan bokongnya ke sofa lalu mengambil segelas wine yang disediakan disana. "Aku hanya mau memberikan ini padamu."

Devan tampak mengambil benda itu yang dilemparkannya di atas meja kerjanya. Keningnya menyernyit "Sebuah undangan?" tanyanya untuk memastikan.

"Ya... Nanti malam akan ada pesta dirumahku. Memperingati peresmian gedung baru."

"Oh.. Please. Tidak sekarang. " ucap Devan

"Aku tidak menyuruhmu datang sekarang, tapi nanti malam." selah Efra salah satu sahabat dekat Devan sejak mereka masih tingkat sekolah dasar. 

"Aku sibuk dengan urusanku."

"Maksudmu dengan rencana bulan madu mu itu kan? Please kau harus datang,  karena kau sangat berpengaruh. Kau bisa mengajak istrimu."

"Oke baiklah aku akan datang."

Akhirnya dengan perdebatan mereka, Devan memilih untuk mengikuti ajakan Efra. Dari dulu memang Efra selalu menang jika soal perdebatan. Bukanya Devan tidak mau melakukan perdebatan dengan dia tapi karena sifat Efra yang tidak pernah mau kalah.

***

"Bagaimana dengan gaun ini? " tanya Devan kepada Eve

"Kau sebenarnya ingin mengajakku kemana? Dari tadi sepertinya aku salah memakai kostum." ucap Eve. Sudah 5 Gaun yang ia coba tapi dimata Devan semuanya salah sepertinya? 

"Oke.. Ini yang terakhir." Devan memberikan gaun biru laut dengan pernak pernik yang sedaya."

Setelah Eve selesai, ia keluar dari ruang ganti.

Devan menatapnya dari bawah hingga atas. "Perfect" ucapnya. 

"Kita sebenarnya mau kemana?"

"Acara pesta temanku."

"Acara pesta seperti apa?"

"Hanya pesta kecil-kecilan."

Setelah bersiap akhirnya mereka pergi menuju pesta yang di adakan Damian. Perjalanan itu ditempuh sekitar 20 menit dengan menggunkan mobil.

“Kenapa kau memilih untuk menyetir sendiri?” Tanya Eve membuka percakapan, karena memang sedari tadi hanya hening yang terdengar, Devan pun enggan untuk memulai percakapan.

Devan menatap Eve sekilas sambil berbicara “Karena aku ingin berdua saja bersama mu.”

“Oh, jadi seperti itu.”

“Iya.”

Yang keluar dari mulut Devan hanya ‘Iya’ apa pria ini sedang bosan? Entah Eve harus membuka percakapan apa lagi sungguh ia sangat bosan dalam keadaan hening seperti ini.

Tidak terasa akhirnya mereka sudah sampai tepat diacara pesta Damian, tempat itu diadakan di hotel berbintang dengan tema yang sangat romantis, padahal ini adalah acara pesta peresmian bukan acara pesta memperingati aniverssary pernikahan.

Damian tampak menggandeng seorang wanita cantik bertubuh kecil.

"Itu pasti temanmu." ucap Eve yang meliat Damian berbeda dari yang lain. Eve bisa mengenalinya dari berpuluh puluh orang disini karena penampilan Damian dan wanitanya sangat mencolok. 

Devan dan Eve menghampiri Damian.
"Kau datang rupanya." ucap Damian.

"Nona apa kau baik-baik saja? Apakah teman ku ini menyakitimu atau memaksamu?" ucap Devan kepada wanita yang di gandeng oleh Damian. 

"Dia hanya lelah, sudahlah nikmati saja pestanya." Ucap Damian.

Eve mendekati meja yang berisi minuman, etah minuman apalagi itu dengan warna keemasan yang mencolok. "Kau tidak meminum itu Eve, jika kau tidak mau membuat susah suamimu ini."

"Aku tidak akan meminumnya."Ucapnya seketika ia mengingat pertama kali Devan mengajaknya ke pesta, akibat minuman beralkohol yang ia minum ia hampir saja mempermalukan diriya sendiri. Ia kemudian bergendik geli jika mengingat kejadian itu lagi.

Eve berencana untuk pergi ke ruang perpustakaan Devan. Seperti ucapan Devan disini memang banyak sekali jenis buku buku yang berjejer rapi. Ia mengambil sebuah novel romantis, tanganya mengambil buku itu tetapi ada buku besar yang ikut terambil dan kemudian jatuh, buku itu setebal mantra sihir atau apalah itu Eve tidak tahu. 
Ia mengambil buku tebal itu yang jatuh, ia sangat tertarik isi dari buku itu. Dengan sampul yang bertuliskan 'kamu adalah hidup dan matiku'.

Ia menempatkan bokongnya di sofa itu. Lalu ia membuka lembaran demi lembaran sebuah kata-kata cinta yang memotivasi dan ia menemukan sebuah foto Devan dengan bersama seseorang sepertinya itu adalah dirinya. Ralat tidak mungkin itu adalah dirinya, di dalam foto itu tertulis 5 tahun yang lalu, jelas itu bukan dirinya tapi orang lain. 

Wajahnya sangat mirip dengan dirinya, ia membuka kembali lembaran demi lembaran dan sangat banyak sekali foto wanita itu dengan Devan dan dari semua foto itu sepertinya Devan sudah mengklaim wanita itu. 

Eve dapat menyimpulkan bahwa Eve hanya dianggap bayang-bayang  wanita itu. Ia membuka lembaran terakhir dan ada nama seorang wanita 'Angelina' mungkin itu nama wanita itu. Eve mengerti sekarang bahwa ia hanya dianggap Angelina oleh Devan, pikirannya berkecambuk mengingat Devan pernah memanggilnya dengan sebutan Angel tapi ia dulu tidak menanggapinya.

Matanya berkaca-kaca, Devan hanya menganggapnya sebagai bayang-bayang wanitanya saja. Air matanya tak mampu membendung rasa kekecewaannya, segera ia melangkahkan kakinya dan meninggalkan perpustakaan yang membawa kesedihan baginya. 

Hari sudah larut malam, dan Eve memilih tertidur dengan mata bengapnya. Sebenarnya ia setengah tertidur, lampu kamarnya kemudian menyala dan ia melihat Devan tepat di depannya sambil melepas pakaian kantornya.

Devan meliriknya. "Ku kira kau sudah tidur." kemudian Devan mendekati Eve, sontak Eve bangun dari tidurnya dan memilih untuk duduk.

"Aku punya sesuatu untukmu."

Devan tampak mengeluarkan kalung berlapiskan emas dan liontin yang sangat indah, dan langka. Mungkin di dunia ini baru ada 6 buah dan kalung itu pun Devan pakaikan ke leher isterinya.

“Sangat indah.” Ucap Devan setelah mengalungkan kalung itu lalu ia mengecup leher Eve dengan kecupan-kecupan kecil.

“Ada yang ingin aku bicarakan.”
Ucapan Eve berhasil menghentikan kegiatan Devan.

“Katakan saja.”

“Apa kau mencintai ku?” Tanya Eve.

***

Tbc
Vote and comment

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang