Happy Reading :')
Eve POV
Aku berjalan gontai diantara kerumunan orang banyak, entah seperti ada yang salah pada diriku. Rasanya abu-abu entah apa itu. Seperti sesuatu yang berharga hilang dalam diriku.
Aku terus berjalan di kerumunan banyak orang yang sedang melakukan aktifitas kesehariannya. Tiba-tiba aku mendengar suara tangisan bayi yang begitu nyaring terdengar oleh telingaku. Aku kemudian mencari asal suara bayi itu berada, namun tiba-tiba aku merasakan kram di kaki ku.
Aku tak bisa berjalan, walaupun aku tahu mungkin bayi itu tak jauh dari tempat ku berada, oh Tuhan bantulah hamba mu ini...
Aku mencoba berjalan pelan, sambil memegang dinding, dan hanya itu yang bisa menolongku untuk sampai ke asal suara bayi itu berada.
Tak lama kamudian, aku melihat seorang bayi sedang menangis diatas rerumputan hijau, dia sendirian... Tidak ada orang yang berlalu lalang di daerah sini.
Aku mencoba untuk mendekatinya, pelan pelan aku menyeret satu kaki ku yang terasa sulit untuk ku gerakan. Lama kelamaan saat ini posisi ku hanya beberapa langkah saja dari bayi itu, aku sempat terdiam memandangi betapa cantiknya bayi itu dengan pita di kepalanya serta gelang kaki yang begitu nyaring di pendengaran ku. Seketika aku tersenyum kepadanya, namun ia tetap menangis...
Aku kembali menyeret satu kaki ku, aku tidak lagi mendenger suara tangisan nya, ku dongakkan kepalaku. Oh tidak, bayi itu sudah tak lagi di ats rerumputan tadi. Ia dibawa oleh dua orang, dan pergi menjauh dari arah ku. Seketika air mataku membendung, aku menangisi bayi yang membuat ku tersenyum hanya beberapa detik.
Dia telah hilang...
Dia telah pergi...
Samar-samar aku melihat dua orang yang berjalan di depan ku, dan itu adalah Devan ia merangkul erat seseorang wanita yang mirip dengan ku.
Aku terbangun
Ternyata itu hanyalah mimpi. Aku melihat langit langit kamar, tapi sangat berbeda dari kamar ku. Dan tiba-tiba aku merasakan sakit di bawah perut ku, apa yang ku rasakan, kenapa aku bisa seperti ini? Beribu-ribu pertanyaan ingin ku ungkapkan, tapi sakit ini menghalangi ku untuk mengungkapkannya. "Sakit...." lirih ku pelan.
Tanpa sadar, seseorang menggenggam tanganku. Dan itu adalah Devan, sepertinya dia habir tertidur aku melihat rambutnya yang berantakan. Entah mengapa aku teringat akan mimpi itu lagi, mimpi yang begitu nyata dan diakhiri saat Devan pergi dengan Angeline, dan meninggalkan ku sendiri.
"Akan ku panggilakan dokter." ucapnya, dengan raut wajah khawatir dan bergerak gusar.
Tak lama kemudian, dokter selesai memeriksa ku, dokter itu hanya berbicara pada Devan diruangannya.
Aku memengang kembali bawah perut ku yang sangat sakit, seperti ada sesuatu yang hilang. "Perut ku... Kenapa.. Kenapa bisa mengecil. Aku sedang mengandung seorang bayi, kenapa bisa seperti ini." Aku meraung, tangisan ku pecah tak terdamai kan. Aku melepas infusan yang berada di punggung tangan ku. Apa gunanya aku hidup, jika aku kehilangan bayi ku.
Aku bangun dari tempat tidur ku. Aku tidak bisa berjalan, kaki ku terasa kram dan akhirnya aku terjatuh ke atas lantai yang begitu dingin. "Sakit sekali..." gumamku pelan.
"Eve....!!" Aku mendongakan kepala ku, dan melihat Devan dengan raut wajah cemas menatapku.
"Bayi ku...." ucap ku sambil menangis. "Bayi ku kenapa? Apa yang terjadi pada bayi ku?" Aku menarik kencang kerah kemeja Devan.
"Eve tenang lah.." Devan mengusap pundakku, dan merangkul ku untuk membawa ku ke atas ranjang. Tapi aku menempis tangannya. "Aku ingin bayi ku kembali..!!!" teriak ku tepat di depan wajahnya.
"Eve tenang lah, ini akan menyakiti mu."
Aku memberontakkan tubuh ku, "Aku ingin mati saja, aku ingin bersama bayi ku." ucapku sambil meraung dan menguras persediaan air mataku.
Aku melepaskan tangan Devan yang akan menggendong ku naik ke atas ranjang. "Lepaskan aku, aku ingin bayi ku."
"EVE..!!!!" bentaknya keras, yang membuat aku terdiam, ada raut kemarahan dalam wajahnya yang kini menatap ku dengan datar. Perlahan Devan menggendong ku naik ke atas ranjang, tanpa pembicaraan yang ku lontarkan. Aku memilih untuk diam.
Devan memanggil suster untuk memasangkan infusan yang ku lepas. Sakitnya tidak seberapa dibanding seseorang ibu yang kehilangan bayi nya yang bahkan aku belum pernah melihat wajahnya seperti apa, apakah mirip dengan ku atau dengan Devan?
Setelah selesai dengan tugasnya, suster itu kemudian pergi. Devan duduk di bangku samping ranjang ku menatap ku datar, aku hanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Ku usap kembali perut ku, tidak ada makhluk hidup lagi di dalamnya, aku sungguh tidak percaya.
Aku teringat akan kejadian kemarin, aku mengambil Nicholas dari atas pohon, lalu tangga itu goyang, aku dan Nicholas pun akhirnya terjatuh dengan posisi Nicholas menindih ku dan pada saat itu aku menyadari ada darah yang mengalir deras yang membuat ku akhirnya memejamkan mata.
"Eve... " ucapan Devan mengiringi gendang telinga ku, gerakannya mengusap rambut ku dengan halus, tapi aku enggan untuk menatapnya. Ku baringkan posisi tidur ku membelakanginya.
"Maafkan aku." ucapnya kembali.
"Maafkan aku yang bersikap egois, maafkan aku yang tak bisa menjaga mu dengan baik, aku memang pria berengsek yang tidak pantas untuk wanita secantik dan sebaik diri mu."
Aku tahu ucapannya hanya bagai angin berlalu saja. Ia tidak bisa bersungguh-sungguh, ia memang egois.
"Maafkan aku atas semua perlakuan ku kepada mu dulu. Aku hanya menganggap mu sebagai bayang-bayang Angeline. Tapi percayalah, aku sudah sadar aku tak lagi memikirkan Angeline."
Pertahanan ku mulai goyah, hanya karena sebuah janji-janji manis yang di keluarkan oleh pria berengsek itu.
"Eve... Mungkin aku terlalu memaksa mu. Aku... Aku... Aku akan melepas mu Eve... Aku tidak ingin menahan mu, aku tidak ingin membuat mu terluka hanya karena sikap ku ini. Maafkan aku Eve.. Maafkan aku."
Pecah sudah tangisan ku mengiasi ruangan ini, aku menangis dengan tersedu-sedu membayangkan akan hal indah yang akan ku alami nanti.
TBC
Jangan lupa Vote dan Kommen yaa...
Huhuhu.... Sebentar lagi MPB akan habiss, 😣
Siapa yang setuju jika MPB di bukukan? 😊 ada penerbit yang sudah menanjai aku loh, cuma aku mau tanya iseng-iseng sama reader ku.
Setuju ga yaa??? 😊
Lihat kelanjutan nya aja ya.. Oh iya kalian juga jangan lupa untuk follow akun IG aku @yolan_dta
Bye bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Billionaire [TERBIT]
RomantizmEve warren, kehidupannya berubah setelah ia mewawancarai seorang miliyarder kaya. Setelah pertemuan itu, Devan alexander bersumpah pada dirinya sendiri akan memiliki Eve seutuhnya. Perasaan akan memilikinya tinggi. Apapun Devan akan lakukan de...