LIMA PULUH ENAM

19.9K 682 48
                                    

Happy Reading :)

Author POV

"Kau terlihat cantik dengan gaun yang ku pilihkan." ucap Erland sambil mengulurkan satu tangannya. Eve memakai gaun pemberian Erland yang di khususkan hanya untuk menghadiri pesta nanti malam.

Eve hanya membalas dengan senyum yang tertahan, dan ia mengambil uluran tangan Erland dan bersikap seolah semua baik-baik saja, ia mulai memasang wajah seperti biasanya.

"Ayo kita berangkat." ungkap Erland.

"Baik."

Di dalam perjalanan, Eve kembali memasang wajah datar, padahal Erland menyetel lagu rock bukan lagu sedih.

Tidak beberapa lama kemudian mobil mereka sudah sampai di tempat tujuan, gedung hotel beetingkat dengan interior yang sangat mewah, bahkan lobby nya saja sudah seperti lapangan bola sangat luas dengan air mancur ditengahnya.

Eve hanya memandang kosong ke arah depan, entah apa yang ia pandang, padahal di luar sudah banyak tamu yang datang dengan berbagai pakaian serta perhiasan mewah.

Erland membuka sabuk yang dipakainya kemudian ia melihat Eve yang menatap kosonh ke arah depan. Erland mengarahkan tangan di depan wajah Eve, percuma saja tidak ada respon, wanita itu masih menatap kosong ke arah depan. "Eve... " panggil Erland.

Erland turun terlebih dahulu dari dalam mobil, kemudian ia membuka pintu mobil Eve.  "Eve... " panggl Erland yang sangat keras lalu membuat Eve menyadarinya.

"Erland.. Kau sudah di luar. Ah... Maafkan aku." ucap Eve kemudian ia keluar dari mobil.

"Kau terlihat sangat lelah. Kita pulang saja" ucap Erland.

Eve mencekal tangan Erland. "Tidak jangan, pasti mereka sedang menunggu."

Erland menghembuskan nafas pelan. "Baiklah, ayo kita masuk." ajak Erland.

Setelah pintu besar terbuka, sungguh sangat besar ballroom hotel itu, dengan tema gold dipadukan dengan white semua terkesan sangat elegan, tamu tamu yang datang juga pasti orang yang sangat kaya.

"Kau tunggu disini, aku akan mengambilkan minum untuk mu." ucap Erland lalu dibalas dengan anggukan kepala oleh Eve.

Karena ballroom itu sangat besar dan juga ramai, Eve tidak bisa melihat dengan siapa Devan menikah, ah sudahlah lupakan Eve lagi pula dia sudah bahagia dengan pangganti diri mu.

"Mommy... "  panggil anak kecil lalu berlari ke arah Eve dan memeluk kaki Eve.

"Nicho..." Eve berjongkok menyamai tinggi Nicho yang tingginya hanya seperut Eve.

"Aku rindu mommy... " ucap Nicholas lalu ia memeluk Eve dengan erat, seolah tidak mau kehilangannya lagi Eve pun sama, ia mememeluk Nicho dengan eratnya, karena memang sudah berbulan-bulan mereka tidak berjumpa.

"Mommy tunggu disini, aku akan membawa daddy " ucap Nicholas lalu berlari menjauh dari Eve.

"Dari dulu kau sama saja, tidak becus menjaga sesuatu, kau bahkan membiarkan anak sekecil Nathan berkeliaran di pesta seramai ini." ungkap Eve pelan.

"Ada apa Eve?" tanya Erland yang sudah berada di belakang Eve.

"Tidak. Memangnya aku berbicara apa?" keluh Eve berbohong.

Erland mengangkat kedua alisnya. "Ayo kita bertemu mempelainya." Erland mengandeng sebelah tangan Eve.

"Erland akhirnya kau datang juga." ucap sang mempelai wanita kepada Erland. Eve lebih baik menundukkan kepalanya, dari pada harus melihat Devan yanh sudah bahagian dengan pengganti dirinya.

"Siapa dia?"

"Dia Eve teman ku." ucap Erland.

"Dan Devan. Akhirnya kau menikah juga setelah sekian lama melajang." lanjut Erland. "Perkenalkan ini Eve, teman ku."

Dalam hati Eve berkata, kenapa Erland berbicara seperti itu, bukannya Devan sudah tahu semuanya. Eve masih menundukkan wajahnya, ia tidak mampu untuk bertatapan secara langsung dengan Devan, pria yang telah merebut segalanya darinya. Cinta, perasaan, kesedihan, kebahagiaan, atau bahkan perpisahan. Ia tidak kuat lagi untuk menatap bola mata milik Devan. 

Pria itu mengulurkan tangan untuk bersapa dengan Eve, awalnya Eve ragu ia teringat kembali Devan sudah masa lalunya, bukalah kembali masa depan mu Eve, jangan sampai masalah yang timbul berakibat rumit kembali.

Eve mengambil uluran tangan itu lalu ia menaikkan pandangannya, ia telah berhasil menatap mata pria itu.

"Cyntia anabella dan Andrean A Devano aku ucapkan kalian selalu bahagia." ucap Erland, lalu Eve menatap Erland dengan tanda tanya.

"Terima kasih, silahkan nikmati pestanya."

"Kami permisi dulu." ucap Erland lalu menggandeng kembali tangan Eve.

Eve kembali di selimuti rasa tanda tanya. Kenapa yang menjadi mempelainya bukan Devan suaminya.

Erland mengambilkan dua gelas minuman, yang satu berisikan wine hanya untuk dirinua dan yanh satu lagi hanya jus untuk Eve karena Erland tahu Eve trauman akan minum-minuman beralkohol.

"Ini untuk mu." ucap Erland sambil memberikan segelas jus kepada Eve.

"Yang menikah Devan... Aa.. Maksudku. "
"Andrean A Devano." cekal Erland. "Teman kerja ku. Bukan Devan mantan suami mu." lanjut Erland sambil menatap mata Eve.

Perasaan Eve entah mengapa sedikit lega ternyata ia sudah salah paham sejak tadi siang. "Oh.. Seperti itu." ucap Eve sambil mengigit bibir bawahnya ia merasa malu akan dirinya sendiri.

"Erland, bisa kita bicara sebentar." ucap seorang pria dibalik kemunculannya.

"Ya. Eve kau tunggu disini dulu." ucap Erland yang di balas anggukkan kepala oleh Eve.

Mungkin malam ini Eve bisa tidur dengan nyenyak, ia tidak bisa membayangkan kalau Devan yang menikah, baru beberapa bulan mereka berpisah apakah Devan setega itu melupakannya seharusnya kan ada fasenya.

"Mommy...  "

"Nicho, kau disini lagi? " tanya Eve lalu di balas anggukan kepala oleh Nicholas.  

"Mommy,  pulanglah ke rumah, setiap malam daddy selalu menangis. Apa mommy tidak tahu, daddy selalu memanggil nama mommy di setiap tidurnya dan memandangi foto mommy. Aku mau mommy pulang sekarang ya."

"Nicholas!!" panggil seseorang pria yang sangat Eve kenali suaranya. Seketika Eve dan Nicho pun melihat ke arah Devan yang berlari cepat ke arahnya.

Devan mendorong dengan kasar Eve dan Nicho. Seketika itu Devan tidak mempunyai waktu lagi, lampu besar yang sebelumnya bergerak akhirnya menimpa dirinya. Semua orang tampak terkejut dan bahkan beberapa diantaranya berteriak kencang, begitupula dengan Nicho dan Eve.

"Daddy!!!!!! " ucap Nicho keras disertai dengan tangisan yanh begitu mendalam.
Devan terbaring di tengah ruangan dengan lampu besar yang menimpa dirinya. Kelapanya terus mengeluarkan darah yang sangat banyak.

"Devan!!!" ucap Eve sambil berlari ke arah Devan dan mengambil kepala Devan dan meletakannya di pangkuannya. "Bangunlah Devan... " ucapnya sambil menangis, menahan air matanya agar tidak jatuh ke wajah Devan.

"Eve.. " panggil Erland "Kau baik-baik saja?" ucapan Erland hanya angin yang berlalu, Eve terus saja menangis.

"Kenapa kalian hanya diam saja? Cepat panggilkan ambulan." ucap Erland.

TBC

Don't forget for vote and comment.

***

Siapa yang setuju kalau cerita ini naik cetak? 😁😁😁

Bulan februari rencananya cerita Eve dan Devan akan naik cetak. Yey....  😊

So, ditunggu aja reader dan kalau udh naik cetak lalu dipasarkan jangan lupa di beli yaa...  😊😊

Terima kasih....

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang