LIMA PULUH

21K 835 84
                                    

Happy Reading :)

Hujan turun deras menyirami tanah basah itu, matahari sudah terbenam karena mungkin sudah memasuki malam hari. Dua orang pria menatap tak percaya apa yang di depannya.

"Nicholas, ayo kita pulang." ajak sang pria sambil memegang pundak anak itu yang bergetar hebat.

"Hiks..."

"Aku tidak akan pulang sebelum melihat Ibu kembali dia sudah terlalu lama di dalam sana." ucaonya sambil menahan isak tangis.

"Dia tidak akan kembali."

"Apa Daddy bilang dia tidak akan kembali? Kenapa?" Nicholas menatap Devan dengan air mata yang membasahi wajahnya. Devan mengusap punggung Nicholas berusaha menenanginya dan juga menenangi hatinya, beberapa jam setelah pernikahan itu ia benar-bener kehilangannya. Angeline mati saat masih menggunakan gaun pernikahan sederhananya.

Tidak ada kenangan indah saat setelah menikah, justru kenangan pahitlah yang dirasakan Devan dan juga Nicholas.

Saat ini pukul tujuh pagi, mereka masih berada di atas makan Angeline yang masih basah. Sudah sekitar dua jam mereka berada disana menangisi kepergian orang yang sangat disayanginya.

"Kita pulang sekarang." ungkap Nicholas pada Devan.

"Kau yakin?"

"Yakin. Lagi pula untuk apa aku menangisi orang yang sudah tiada, itu tidak akan membuat ia hidup kembali bukan? Hiks.." Nicholas tak kuasa menahan tangisannya, dan memeluk Devan hingga air matanya membasahi kemeja Devan.

"Baiklah kita pulang sekarang." ucap Devan lalu kemudian menaru rangkaian bunga diatas makam Angeline.

Mereka pulang bersamaan ditengah derasnya hujan yang mengguyur.

***

"Untung saja anda sudah pulang tuan." ucap Edo pengawal pribadi Devan.

"Ada apa?" tanya Devan masih dengan memeluk Nicholas yang tertidur. "Aku akan menaru Nicholas dulu." ucap Devan kembali dan langsung mendapat anggukan dari Edo.

Tak beberapa lama setelah menaru Nicholas di kamarnya dan menggantikan pakaiannya ia kembali ke ruangan kerjanya disana sudah ada Edo dengan raut wajah yang sangat heran.

"Ada apa Edo, apa terjadi masalah?"
"Maaf tuan sepertinya Fran tidak jadi untuk mengadakan pesta yang akan diselenggarakan dua hari lagi."
"Apa? Bagaimana dengan Eve? Dan kenapa dia bisa membatalkan pesta itu?"

"Menurut orang yang kami jadikan pelayan disana, Fran mempunyai kepribadian ganda yang mungkin salah satu pribadinya mencerminkan sifat tidak baik dan akan menjadi bahaya untuk nona Eve."

"Aku tidak mau terjadi sesuatu yang tidak baik kepada dirinya." ucap Devan dengan suara bentakan keras dan memukul kaca yang berada disampingnya.

"Aku akan mencarinya sendiri!"

"Tidak perlu." teriak suara seseorang di dekat pintu ruang kerja Devan. Wanita itu masih memakai baju hangat serta syal dilehernya.

Seketika Devan dan Edo memutar balikkan pandangannya hingga menatap seseorang yang berhasil mencuri pendengarannya.

"Eve..." ucap Devan dibuat terkejut atas kedatangan tiba-tiba Eve. Devan berlari ke arah Eve gerakan itu jika di film akan menjadi gerakan slow motion. Devan telah sampai tepat di depan Eve, ia memperhatikan dan menatap Eve lebih dalam meyakini bahwa di depannya adalah istrinya yang sedang mengandung anaknya.

Devan dengan gerakan cepat kemudian memeluk erat tubuh Eve hingga membuatnya hampir sesak nafas, tapi Eve enggan membalasnya ia lebih memilih diam merasakan kembali sentuhan hangat serta sentuhan rindunya pada pria yang kini telah menjadi suaminya.

Devan berkali-kali menciumi Eve hingga ia lupa bahwa masih ada Edo yang memperhatikannya. "Kau kembali Eve... Aku sangat merindukan mu." ucap Devan kepada Eve dan langsung memeluknya kembali seraya menciumi aroma rambut Eve yang sangat dicumbuinya.

"Sebaiknya kita ke kamar. Ku lihat kau sangat lelah." lagi lagi tidak ada jawaban dari Eve, ia mengikuti saja apa yang akan diucapkan oleh Devan hingga saat ini Devan malah membopongnya pergi ke kamar.

***

Devan meletakan tubuh Eve perlahan diatas ranjangnya. Eve juga merasakan aroma kerinduan pada semua ini terutama kamar ini.

"Jujur aku harus mulai dari mana untuk menanyakan semua ini padamu." ucap Devan sambil mengelus telapak tangan Eve.

"Aku tidak ingin bercerita sekarang. Aku sangat lelah, kau boleh pergi." ucap Evd sambil menarik kembali tangannya dan membalikkan tubuhnya hingga membelakangi Devan.

"Baiklah... Setelah ini turunlah kebawah untuk makan siang." Devan memilih mengikuti perkataan Eve. Ia juga tahu bahwa Eve pasti sangat lelah terlihat dari bawah matanya menghitam itu mungkin karena kurang tidur.

Devan membenarkan selimut yang akan digunakan Eve sebelum dirinya pergi meninggalkan Eve untuk beristirahat. Sekarang hatinya sudah tenang, akhirnya Tuhan mempertemukan mereka kembali, sejujurnya Devan masih dalam kondisi berduka ia kehilangan Angeline yang meninggal karena penyakitnya. Entahlah sekarang perasaannya sangat campur aduk.

Devan menutup kembali kamarnya lalu berjalan menuju tangga, ia melihat Nicholas yang sedang duduk ditangga sambil memegang selembar kertas.

"Nicho, kenapa kau disini?" tanya Devan kemudian ia ikut duduk di anakan tangga.

"Dad. Ibuku kemana ia pergi sangat lama sekali aku ingin memberikan gambar ini padanya." ucap Nicholas sambil memberikan selembar kertas itu kepada Devan.

"Ini ibu lihat dia sangat cantik bukan?" ucap Nicholas sambil menunjuk satu persatu gambarnya.

"Ini Daddy"

"Dan ini aku."

Devan memperhatikan kembali gamar yang Nicholas buat, disini ada gambar bayi yang digendong seorang wanita yang Nicholas sebut sebagai ibunya.

"Lalu ini siapa?"

"Itu adik perempuan ku. Aku ingin sekali mempunyai adik perempuan. Maka dari itu aku membuat gambarnya juga." ucap Nicholas lalu mengambil selembar kertas itu dan berlari menuju kamarnya meninggalkan Devan yang masih duduk di atas tangga.

TBC

Maaf kelamaan karena aku sibuk hehe....

Jangan lupa di kommen dan di bintangin ya... 

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang