SATU

63.7K 2.8K 30
                                    

Happy Reading...

"Kau cukup berani rupanya untuk melihat-lihat ruangan kerjaku. " ucap Devan Alexander, CEO perusahaan tersebut.

Mendengar itu Eve langsung tersentak.  Ia membalikkan tubuhnya dan matanya sudah bertatapan langsung dengan Devan. Cukup lama. Eve merasa canggung, ditatap tajam oleh Devan dengan tatapan dinginnya dan begitu mengintimidasi. Devan sangat tampan dengan mata hitam pekatnya dan rahang yang kokoh serta dada bidangnya membuat pelengkap. Mungkin Tuhan menciptakan dirinya sambil tersenyum.

Ia berdehem untuk mengalihkan tatapan Devan. "Saya.. Eve warren, saya yang akan mewawancarai Mr. Alexander. " ucap Eve.

"Saya Devan Alexander." ucapnya dengan nada begitu mengintimidasi. Tatapan Devan masih terfokus kepada Eve.

"Silahkan duduk. " ucap Devan mempersilahkan Eve duduk.

"Kukira Nona Tiara yang akan mewawancaraiku."

"Beliau sedang ada urusan. Jadi saya yang menggantikannya." ucap Eve.

Pintu diketuk setelah Devan mengizinkan masuk, kemudian masuklah lily dengan dua kopi ditanganya, lalu diletakan diatas meja. 

"Saya permisi." ucap lily.

"Terima Kasih Lily." balas Devan. Dan Lily hanya tersenyum manis ke atasannya tersebut.

Eve menundukkan kepalanya karena sedaritadi Devan hanya menatapnya. Beberapa detik kemudian. "Silahkan anda mulai wawancaranya Nona Eve.." ucap Devan.

"Baiklah.. " Eve tampak membuka Buku kecil tersebut lalu membaca pertanyaan pertama. Dan mulai merekamnya.

"Kapan Anda memulai bisnis Anda?"

"Saya memulainnya dari nol. Ketika saya berhasil lulus kuliah dengan hasil yang sangat memuaskan. Pada waktu itu Ayah saya meminta saya untuk melanjutkan usahanya dibidang properti. Tetapi saya menolaknya. Akhirnya seperti inilah jati diri saya."

"Apakah Ayah anda tidak memaksa untuk Anda? Umm.. Maksudku.."

"Ayah saya tidak memaksa sama sekali. Tetapi beberapa tahun kemudian ia mengalami sakit dan meminta saya untuk menggabungkan perusahaan Ayah saya dan saya menjadi satu dan saya menurutinya sebelum beliau tiada."

"Umm.. Maaf" ucap Eve

"Tidak apa-apa." ucap Devan sedikit nadanya pelan.

"Okay, pertanyaan berikutnya. Bagaimana anda bisa mengkrekrut para karyawan disini? Dan seperti saya lihat beberapa karyawan disini sangat santai bekerja. "

"Dimana ada waktu luang sedikit kami akan memanfaatkannya." ucap Devan menatap Eve dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

"Pertanyaan ini tentang diri anda. Apakah anda sudah menikah?"

"Hmm.. Kau bisa mengetahuinya sendiri. "

"Oh.. Tidak.  Saya tidak bisa mengetahuinya.  Pertanyaan ini tertulis disini.  Jadi saya hanya mengajukan kepada anda. " ucap Eve polos.

"Setelah apa yang kau lihat dikamarku tadi? "

"Umm... Soal itu,  maafkan Saya. Saya diselimuti rasa penasaran. "

"Baik. Pertanyaan selanjutnya." pinta Devan untuk mengalihakan pembicaraan. Lalu mengambil cangkir yang berisi kopi tadi lalu menyusupnya hingga setengah.

"Diminum dulu, kau pasti haus. " ucapnya kepada Eve.  Lalu Eve menganggukan kepalanya dan menyusup kopi tersebut kedalam mulutnya.

Setelah beberapa pertanyaan-pertanyaan dilontarkan kepada Devan. Eve mengucapkan terimakasih. Jantunya memompa begitu kencang, bagaimana tidak? Semua pertanyaan yang ia ajukan dan Devan menjawabnya tatapan Devan terus saja menatap Eve sampai Eve tidak mampu lagi untuk menatapnya kembali.

"Kau sendiri..?" tanya Devan

"Ak.. Aku..? " ucap Eve. Eve mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti apa yang Devan ucapkan dan ia merasa sangat canggung.

"Besikaplah biasa saja. Kita bisa memakai aku dan kamu.  Lagi pula kita sudah berkenalan kan? "

"Ya.. " jawab Eve singkat.

"Kau bekerja dimana?" tanya Devan.

"Di Mitra Insan Group. Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. " sejenak Eve ragu untuk membalas pertanyaan Devan. Lagi pula untuk apa Devan mengajukan pertanyaanya kepada Eve?

"Oh.. " jawab Devan singkat.

"Sepertinya kita cukupakan sampai disini. Sekali lagi terimakasih. " ucap Eve lalu mengulurkan tangan kearah Devan, lagi pula ia tidak ngin berlama-lama di ruangan Devan, ia merasa ter intimidasi. Devan membalasnya masih dengan tatapan tajamnya kearah Eve.

"Semoga harimu indah."

"Kau juga."

Setelah kepergian Eve dari ruangan tersebut. Devan masih dalam fikirannya lalu ia mengambil ponsel dan menekan nomor yang sangat dihafalnya. Kemudian terjadilah sebuah panggilan.

"Tolong kau cari tahu tentang biodata Eve warren yang bekerja di Mitra Insan group dan kalau perlu beli perusahaan itu."

"Nanti akan ku jelaskan. " ia menutup panggilan telpon tersebut. Lalu menghubungi orang kepercayaannya.

"Edo.. Keruangan ku sekarang. " lalu ia menutup kembali panggilannya.
Tak beberapa lama Edo masuk,  lelaki setengah baya itu bertanya-tanya. Tidak biasanya Tuannya memanggil saat-saat jam istirahat seperti ini.

Edo sudah lama menjadi pelayan pribadi sekaligus orang kepercayaan Devan, mengingat sewaktu Devan kecil, Edo sudah menjadi tangan kanan Ayahnya.

"Aku mau lukisan itu kau pindahkan saja kerumahku. " ucap Devan.
"Ada apa Tuan? "

"Sepertinya tempat ini sudah tidak aman. Mengingat ada seorang penyusup masuk keruangan itu. "

"Baiklah saya akan memindahkannya. Apa ada lagi tuan? " tanya Edo sopan.

"Tidak. Kau boleh pergi. " ucap Devan dengan nada halus.  Edo dia sudah anggap sebagai Ayahnya sendiri.

"Kalau begitu saya permisi. "




Tbc

Jangan lupa Vote, Koment,  dan Share ke teman-teman kalian ya... 

Follow juga IG aku : @yolan_dta

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang