ENAM BELAS

38.3K 1.5K 19
                                    

"Eve... " sebuah suara pria memanggilnya. Pria itu membelai halus rambutnya sambil dihirup aromanya dalam - dalam. bau ini bau yang sama setelah kejadian lima tahun yang lalu.

"Ya..? " Tanya Eve.

"Kau adalah sesuatu yang tidak pernah bosan aku pikirkan." ucapnya lalu mengecup punggung tangan Eve.

"Kenapa bisa begitu?" Tanya Eve polos.

"Aku mencintaimu..." ucapnya setelah lima menit berlalu. Bukanya apa, ia hanya ingin mengumpulkan keberanian.

Mendengar itu Eve terdiam. Apa dirinya juga akan mencintai Devan? Ia tidak menduga kalau hidupnya sampai seperti ini. Dimulai dari pertemuan yang tidak direncanakan ketika Ia harus menggantikan Helana untuk mewawancarai seorang Miliyarder dan sampai seperti ini.
"Ak.. Aku.. Umm.. Kau boleh mencintaiku." ucapnya.

"Apa kau tidak mencintaiku? Apa ada pria lain yang berhasil mengisi hatimu. " ucap Devan

Dan seketika ia ingat, Erland. Apa mungkin hubungannya dengan Erland akan berlajan baik - baik saja. Erland sering menghilang begitu saja tanpa kabar. Dan sering pulang secara tiba - tiba.

Sepertinya Erland bukan orang yang tepat untuk mengisi hidupnya. "Hmm... Ti..tidak ada. Ya.. Tidak ada. "

Devan melihat itu semua, ada kebohongan pada diri Eve. "Lalu kenapa? " tanyanya lagi.

"Kurasa...kita harus saling mengenal terlebih dahulu." ucapnya.

"Baiklah.. Kalau begitu kau harus tinggal dirumahku."

"Apa? Ak.. Aku punya rumah sendiri, dan Ayahku sedang terbaring lemah. Aku tidak mungkin tinggal dirumahmu."

"Baiklah aku akan selalu mengunjungimu."

"Ya. Aku permisi ke kamar mandi sebentar. " ucap Eve lalu melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi.

Devan tampak mengeluarkan benda pipih itu, lalu dipencetnya nomor kemudian benda itu ia tempelkan di telinganya.

"Tuan... Devan. Ma.. Maaf, saya menusuk anda."

"Semua berlajan dengan lancar.  Aku tidak apa - apa.  Justru aku senang kau menusukku."

"Ta.. Tapi Tuan, anda terluka?"

"Aku baik - baik saja. Akan ku tambah bonus untuk kalian." ucapnya lalu mematikan ponselnya. Ia akan merasa senang walaupun ia harus terluka karena rencana yang dibuatnya. Ya..  Ia memang sengaja menyuruh orang untuk mendekati Eve dan pada sat itu penyelamat datang untuk membantu sang putri. Itu semua demi gadis yang bernama Eve. Lekuk bibirnya tertarik keatas menunjukan senyuman nya.

'''

Air hujan membasahi tanah gambus dimana seseorang telah dikebumikan disana. Sejak tadi pagi hujan rintik - rintik tidak berhentinya bagaikan ikut menangis. 

Kenapa ia bodoh sekali. Ia mengangap pertanda itu sebagai angin lalu saja. Dan sekarang orang yang paling berarti dalam hidupnya telah dikebumikan menyisakan berbagai kenangan - kenangan dari masa kecilnya.

Sudah setengah jam seorang wanita dengan pakaian serba putih dengan kerudung diatas kepalanya. Ia menangis tersedu - sedu, bagaimana bisa orang yang sangat berarti dalam hidupnya menginggalkannya dengan begitu cepat.

"Sebaiknya kita pulang. Kau bisa sakit." ucap seorang pria yang berada disampingnya lalu memegang erat pundaknya. Kemudian wanita itu mengangguk dan lebih memilih menuruti perkataan pria tersebut.
Mereka berjalan beriringan meninggalkan pemakaman dengan perasaan yang sangat amat sakit.

Didalam mobil tidak ada percakapan. Sungguh begitu hening. Devan melihat kesamping nya, dilihatnya Eve yang menatap kosong kearah depan dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Sudah jangan menangis. Mungkin ini sudah takdir Eve.. " ucap Devan. Eve hanya menatap Devan masih dalam pandangan kosong. Lalu Devan memakirkan mobilnya kearah pinggir jalan.

"Aku tidak bisa membiarkan wanitaku terus - terus saja menangis. " ucapnya lalu memeluk erat Eve. Eve tampak membalas pelukan erat Devan dan kembali menumpahkan air matanya.

Baru dua hari yang lalu ia melihat Ayahnya tersenyum sambil menghabiskan makanannya.  Tetapi kenapa semua berlalu begitu cepat. Ayahnya, orang yang paling berharga dalam hidupnya telah meninggalkannya.

'''

Ia masih termenung dengan kepala ditenggelamkan dikedua kakinya. Tampak suara pintu terbuka dan menampilkan Devan dengan baki yang berada ditangannya.

Devan menghampiri Eve yang sedang berada diatas ranjangnya. "Eve.. " panggil Devan sambil mesnepuk bahu Eve. Kemudian Eve tersadar dan mengangkat kepalanya dan langsung menatap Devan. "Ada apa? " tanya Eve.

"Ayo. Kau makan dulu, aku membawakan sup dan udang. Kau harus makan dari tadi siang kau belum memakan apapun. " ucap Devan. Lalu menyendokkan makanannya dan menyodorkan kepada Eve, dan dia melahapnya.

"Biar aku saja." ucapnya sambil memgambil alih sendok tersebut dari tangan Devan.

Setelah makan, Devan menaruh baki diatas nakas dan kembali menatap Eve. "Eve... tinggallah disini. " ucap Devan.

"Bersamaku... " lanjutnya

Tbc
Maaf ya untuk para reader, akhir-akhir ini ada sibuk dengan urusan dunia nyata hehe. Jadi baru update.

Terimakasih yang sudah baca, vote, dan commentnya.

Jangan lupa Vote, Koment,  dan Share ke teman-teman kalian ya... 

Follow juga IG aku : @yolan_dta

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang