Happy Reading :')
Setelah sampai di rumah ku, aku membayar taksi lalu menyeret koper ku. Dari kejauhan aku sudah melihat bi Marie melambaikan tangannya sebelum berlari ke arah aku, aku memang sudah memberitahunya lewat ponsel.
"Non... Kau baik-baik saja, dan apa yang terjadi? " tanya bi Marie sambil mengambil koper ku untuk dibawakan masuk.
"Aku jelaskan di dalam ya bi."
Aku telah masuk ke dalam rumah ku, tidak ada yang berubah, aku jadi teringat akan masa kecil ku. Rasanya aku ingin kembali ke masa kecil saja, bebas dari semua masalah.
Bi Marie membuatkan aku minum. "Bi aku sudah tidak tahan lagi."
"Ada apa non, kenapa bisa seperti ini?" tanya Bi Marie sambil mengelus punggung ku, dan kemudian aku menceritakan semuanya. Bi Marie sama seperti ku, ia menangis mendengarnya.
"Yaampun, non... Yang sabar yaa, bibi bisa ngertiin ini sungguh berat buat kamu."
"Makasi ya bi." ucapku sesegukkan dan langsung memeluk bi Marie.
Hanya bi Marie yang aku punya saat ini, bi Marie sudah ku anggap sebagai ibu ku, karena saat aku kecil bi Marie yang mengasuh ku saat ibu ku bekerja dan pulang malam.
***
Enam Bulan kemudian...
Hari ini mungkin hari yang sangat sibuk untuk ku. Syukurlah toko kue ku sangat ramai pengunjung beberapa bulan ini. Dan hari ini toko kue ku mendapatkan pesanan yang sangat banyak untuk acara pernikahan. Aku juga telah mempunyai lima karyawan, tidak sia-sia bisnis ku berjalan dengan lancar.
"Kau tidak pergi untuk mengantarnya sendirian kan? " tanya Erland, beberapa minggu yang lalu, aku bertemu dengannya. Erland kaget saat melihat depan rumah ku sudah menjadi toko, ia mengira hanya ada bi Marie saja, tetapi ia sangat terkejut melihat ku pula. Dan aku langsung dibanjiri oleh beribu-ribu pertanyaan olehnya. Aku juga sudah memaafkan Erland saat ia dulu berlaku yang tidak-tidak terhadap ku.
Semua pertanyaan Erland, hanya ku balas setengahnya saja, aku tidak mau memutar-mutarkan kejadian, itu sangat sakit jika ku dengarkan kembali dan kembali.
"Tidak, kau gila. Pesanan sebanyak ini aku antar sendiri?" jawab ku sambil memasukkan kue-kue itu ke dalam mobil dan Erland hanya tertawa.
"Kau langsung mengegas saja." ucapnya dan aku hanya diam.
"Biar ku bantu."
Tidak terasa usaha ku sudah lumayan cukup lama, dan sejak saat itu pula aku tidak lagi bertemu dengan Devan dan Nicholas lagi, ya walaupun Devan suka mengirimakan uang atau bahkan bahan makanan dan Nicholas pun sangat merindukan ku. Setiap kali Devan memberikan sesuatu, aku selalu menolaknya. Aku berusaha untuk melupakannya dengan menyibuki diriku di toko. Karena memang aku tidak mau larut akan masalah, biarlah waktu yang akan menjawab semua.
"Kenapa tidak aku yang membantu mu?" ucapan Erland membuyarkan pikiran ku.
"Terserah kau sajalah." ucapku menyerah, karena Erland memang sangat keras kepala.
Erland membantu ku untuk membawakan kue-kue yang terbungkus kotak untuk memasukkannya ke dalam mobil.
"Erland, apa itu? Aku melihatnya jatuh dari kantung jas mu." ucap ku setelah melihat selembar kartu tebal yang terjatuh dari dalam jas Erland.
"Itu.... " ucap Erland sambil menggaruk kepalanya tanda bingung.
Bunyi ponsel ku mengalihkan pikiran tentang benda yang terjatuh dari kantung jas Erland.
"Oke baiklah bu, pesanan sebentar lagi sampai. Kami sedang di jalan." ucap ku kepada costumer dan aku terpaksa berbohong kalau aku sedang di jalan, nyatanya aku masih memasukan pesanan ke dalam mobil.
"Erland, ayo bantu aku memasukannya." aku dan Erland berusaha bergerak secepat mungkin untuk mengirimkan pesanan.
***
Setelah sampai di rumah, Erland memilih untuk mengantar ku terlebih dahulu sebelum ia pulang. Langkah kaki ku terdiam, aku melihat benda yang jatuh dari kantung jas Erland tadi. "Mengapa ia sangat ceroboh" keluh ku tentang Erland.
Seperti undangan pernikahan, rasa penasaran ku sangat besar dan akhirnya aku membuka undangan itu.Alangkah terkejutnya aku setelah membuka undangan itu, seluruh badan ku bergetar, entah rasa apa yang aku rasakan saat ini. Mungkin dia sudah melupakan semuanya, tapi aku belum. Aku masih egois terhadap perasaan ku, katakanlah aku bodoh, aku tidak bisa menginggalkan semua kenangan itu dengan hanya menyibuki diriku.
Sudah cukup!
Eve kau harus melupakannya
Kau harus ikhlas, dia telah mencampakan mu, bahkan dia telah membunuh bayi mu yang bahkan belum sempat terlahir ke dunia.
Pikiran ku berkata, namun hati ku terlalu egois untuk meluapkannya.
"Eve..."
Panggil seseorang yang sangat aku kenali. Tapi aku belum membalikkan tubuh ku, aku masih menghapus ait mata yang mengalir di pipi ku.
"Oh Tuhan... Aku lupa. Aku meninggalkan undangan pernikahan yang sangat penting, dimana ya?" ungkap Erland, pandangannya sambil mencari-cari.
Aku memutar kepalaku hingga menatapnya. "Ini undangan yang kau cari." aku memberikannya.
"Ah... Syukurlah, ternyata ada pada mu. Oh iya, sebenarnya pernikahannya berlangsung pagi tadi, dan nanti malam adalah pestanya. Aku berniat untuk mengajak mu ke acara pesta itu, dari pada aku sendiri nanti jadi bahas cemoan orang. Bagaimana?"
Aku termenung, apakah dia gila? Aku menghadiri pernikahan mantan suami ku sendiri. Aku rasa nanti aku tidak kuat untuk menahan air mata yang mengalir.
"Aku... Tidak bisa."
"Kenapa?" tanya Erland dengan mengerutkan dahinya. "Ayolah... Eve, temani aku, kau tidak ingin aku di pandang sebagai pria kesepian bukan, hem?" Lalu kemudian Erland membungkukkan tubuhnya dan memegang kaki ku. "Aku mohon... Kali ini saya."
"Erland please jangan seperti anak kecil." ucapku sambil melepaskan genggaman Erland di kaki ku. "Oh... Astaga, baiklah aku akan ikut. " ucapku.
Setidaknya aku akan memberikan ucapan selamat terakhir ku untuknya.
TBC..
Aku minta maaf banget sama kalian karena terlalu lama untuk Update, dikarenakan memang ada urusan dan pekerjaan yang gak boleh aku tingggalin.
Dan untuk reader reader ku yang telah mengikuti alur cerita Eve dan Devan terima kasih banyak....
Aku cinta kalian semuaa..... Mohon maaf sekali lagi dan jangan lupa vote & koment.
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Billionaire [TERBIT]
RomanceEve warren, kehidupannya berubah setelah ia mewawancarai seorang miliyarder kaya. Setelah pertemuan itu, Devan alexander bersumpah pada dirinya sendiri akan memiliki Eve seutuhnya. Perasaan akan memilikinya tinggi. Apapun Devan akan lakukan de...