EMPAT PULUH .2

22K 809 31
                                    

Ditempat lain, seorang pria sedang duduk diatas kursi kebesarannya sambil mengacungkan satu kakinya dan mengelus benda yang menjadi kesayangannya yaitu pistol yang ia bawa setiap saat, bukan lain yaitu hanya untuk melindungi dirinya dan wanita kesayangannya yang saat ini pergi entah kemana.

"Alex apa kau sudah menemukannya?" tanyanya dengan bahasa khas negaranya, Prancis.

"Maaf tuan aku tidak bisa menemukannya. Semua dipenjuru negara ini sudah kami kunjungi tapi nihil tidak ada tanda-tanda keberadaannya." ungkap salah satu orang kepercayannya dengan reaksi takut.

Pria itu meletakan pistolnya kembali kedalam sakunya lalu menatap Alex, yang sudah bekerja dengannya selama bertahun-tahun. "Bodoh, kau hanya mencari dua orang saja tidak becus. Keluar kau!" perintahnya dengan suara meninggi siap menumpahkan amarahnya.

Setelah pengawal itu pergi, Pria itu menggenggam erat gelas yang beriai wine sambil menunjukkan ekspresi datarnya.

"Kau tidak bisa lari dariku. Salahkan aku karena dulu aku mengizinkanmu pergi meninggalkanku. Tapi, sekarang aku akan mencarimu dan mengikatmu agar kau tidak akan pergi lagi dari hidupku." ungkapnya, mata sebiru langit itu pun menatap lalang kedepan tanpa ekspresi.

Lalu kemudian pria pria itu bangun dari duduknya melangkah pergi dari ruangannya.

***

"Aku ingin membeli parfum." ungkap Eve pada Devan yang berjalan disampingnya.

"Kau tidak jijik. Parfum disini terbuat dari muntahan paus."

Eve berdecak kesal. "Kau norak sekali. Aku ingin membeli parfum seperti yang di iklankan di stasiun tv di Indonesia, katanya wanginya seharum Prancis."

"Oke baiklah.. Kalau perlu seisi toko aku akan belikan untukmu."

"Benarkah?" tanya Eve dengan mata berbinar.

"Ya..."

"Tapi aku tidak sedang ingin berjualan parfum."

"Terserah kau saja."

Devan merengguh pinggang Eve. "Kau tidak lelah? Kita berjalan sudah cukup jauh. Kenapa sih, kau tidak mau naik mobil saja?" tanya Devan.

Setelah meninggalkan hotel mereka berjalan-jalan menikmati wisata kota Paris, Eve meminta untuk tidak menggunakan kendaraan sekalinya mobil sekalipun. Ia ingin berjalan kaki saja, menurutnya jika naik mobil ia tidak bisa menikmati keindahan kota ini. Devan lebih memilih mengikuti kemauannya saja dari pada Eve merengek lagi.

"Sebenarnya aku lelah."

"Aku akan menelpon supirku untuk menjemput kita." ucap Devan lalu mengeluarkan ponselnya dibalik sakunya tapi tangan Eve mencekal pergerakan tangan Devan.

"Ada apa?" tanya Devan.

"Gendong aku saja, aku sangat lelah."
"Memangnya kau tidak berat?"

"Aku mendengar dulu waktu kau akan melakukan apa saja demi aku."

Devan berdecak kesal. Ia sudah lelah menanggapi sikap ibu hamil satu ini. Mood-nya sangat berubah-ubah. Sesekali ia menjadi wanita manja, acuh, ataupun cengeng seperti anak kecil.

"Baiklah ayo naik kepunggungku." perintah Devan dan seketika Eve menaiki punggung Devan.

"Kita pergi ke toko parfume? " tanya Devan.

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang