Sudah lebih dari satu jam Eve, Nicholas dan juga Erland menunggu di depan ruang IGD. Lagi dan lagi Devan menyelamatkannya, entah Eve harus bersikap apa sekarang. Ia tampak mengeluarkan sedikit air mata berbeda dengan Nicholas yang terus-terusan menangis dipangkuannya.
Eve mengusap rambut halus Nicholas, walaupun anak itu bukanlah anaknya tapi ia sudah menganggap Nicholas sebagai anak kandungnya sendiri. Dan ia sudah menerima bahwa Nicholas adalah anak kandung Devan dan juga Angelina. Saat mengetahui itu semua, ia sangat terkejut. Setidaknya saat kandungan Eve gugur, Devan mempunyai Nicholas jadi tidak ada alasan apapun untuknya meningggalkan Devan. Dan saat ini ia merasa bersalah, Devan menyelamatkannya.
"Akan aku belikan makanan untuk kalian berdua." Ucap Erland lalu ia bangun dari duduknya dan melangkahkan kakinya.
Kenapa Devan harus menyelamatkannya lagi saat Eve sudah mulai melupakannya, Eve kembali mengingat kenangannya bersama dengan Devan ada kenangan manis dan pahit. Sedari tadi Nicholas hanya menangis dan tidak mau berhenti sampai dokter keluar ruangan langsung saja Eve menghampirinya.
"Bagaimana dok?" Tanya Eve.
Dokter menghela nafas pelan, "Kondisinya sangat menghawatirkan, karena lampu besar itu menimpa kakinya dan berakibat fatal pada kakinya, maka beliau harus mengamputasi satu kakinya bu." Terang dokter itu.
"Astaga..." ucap Eve sambil menutup mulutnya. Nicholas hanya diam disamping Eve, ia tidak mengerti pembicaraan yang dilakukan Eve dan dokter itu. "Apa tidak ada cara lain dok?" Tanya Eve kembali.
"Hanya itu yang bisa kami lakukan bu."
"Maka lakukanlah, lakukan yang terbaik untuknya." Ucap Erland yang tiba-tiba muncul sambil membawa sekantung yang berisi makanan.
Eve memandang Erland. "Erland, dia harus di amputasi."
"Memangnya kenapa Eve? Dokter bilang hanya itu yang bisa mereka lakukan. "
Setelah mendengar perkataan Erland, Eve akhirnya memeluk Nicholas dan menumpahkan segala tangisannya ke bahu Nicholas. Anak itupun sama, Nicholas menangis sejadinya di pelukan Eve.
"Saya permisi pak." Ucap dokter kepada Erland yang dibalas dengan anggukkan oleh Erland.
|||Setelah beberapa jam operasi tersebut, akhirnya Devan sudah dipindahkan ke ruangan perawatan dan dirinya sudah sadar.
"Pasien sudah sadar, jika keluarga ada yang mau menengoknya silahkan, saya permisi."
"Terima kasih dok." Ucap Erland kepada dokter tersebut bdan langsung dibalas dengan angggukan kepada, kemudian dokter tersebut pergi meninggalkan mereka.
"Eve, sebaiknya kau masuk terlebih dahulu untuk melihat kondisinya." Ucap Erland kepada Eve yang sedari tadi hanya menatap datar kearah depan.
"Eve." Panggil Erland sambil menyentuh bahunya.
Eve tersadar akan itu, "Ada apa?"
Erland menghembuskan nafas pelan. "Devan sudah sadar, kurasa kau yang pertama kali melihat kondisinya."
"Aku akan ke dalam."
'Ya."
Eve mulai membuka pintu ruang perawatan tersebut, ia melangkahkan kakinya dengan sangat pelan lalu menutup kembali pintu tersebut. Ia mengedarkan matanya dan melihat Devan sedang menatap langit-langit kamar dengan tatapan datar.
Kaki Eve terasa berat untuk menghampiri Devan, sampai kemudian Devan melihat kehadirannya.
"Eve." Ucap Devan dengan suara seraknya.
Eve mengambil kursi dan menempatkan bokongnya disana.
"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Eve kepada Devan.
Devan menghembuskan nafas kencang. "Aku manusia yang sudah tidak berguna lagi Eve, aku sudah kehilangan satu kakiku, sekarang aku sudah tidak bisa melakukan apapun lagi."
"Aku turut bersedih atas kejadian yang menimpa dirimu, hmm.. aku sangat berterima kasih kepada mu, kau telah menolong ku untuk yang kesekian kalinya."
"Itu memang sudah menjadi tugas ku Eve, melindungimu bagiku suatu hal terindah yang bisa ku perbuat."
Eve hanya diam sambil memperhatikan kaki Devan yang hanya tinggal sebuah.
"Eve mugkin aku tidak berhak untuk mengatakan ini." ucap Devan sambil memegang tangan kanan Eve. "Eve... aku mohon kepadamu, kembalilah kepadaku Eve, aku tidak bisa kehilanganmu lagi, dan aku sudah menjatuhkan hatiku padamu Eve kumohon." Lanjutnya.
Eve hanya diam menunduk dan tidak menatap Devan yang sedang memegang tangan kanannya.
"Eve, aku sudah kehilangan satu kakiku dan aku tidak mau kehilangan mu Eve, kumohon."
Eve mengambil tangannya yang berada di genggaman Devan, "Aku tidak bisa." Ucap Eve, matanya hampir mengeluarkan cairan bening, ia mendengarkan kata-kata Devan yang sangat tulus.
"Aku tidak bisa." Ucap Eve kembali.
"Baiklah Eve jika itu keputusan terakhirmu, aku tidak akan pernah menikah lagi, hanya kau yang berada dalam hatiku Eve."
Tumpah sudah air mata Eve ia menangis sejadinya, Eve sudah tidak kuat lagi berada di ruangan itu, ia akhirnya pergi dengan melangkahkan kakinya dengan cepat.
"Mommy menangis?" Tanya Nicholas yang berada di depan ruangan. Langsung saja Eve menghapus air matanya yang membendung.
"Tidak, kau ingin menemui Daddy mu?" Tanya Eve kepada Nicholas. Walaupun Eve mengatakan tidak tapi Erland bisa mengetahuinya.
"Ya Mom."
"Silahkan masuk, mommy tunggu diluar ya sayang."
|||
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Billionaire [TERBIT]
RomanceEve warren, kehidupannya berubah setelah ia mewawancarai seorang miliyarder kaya. Setelah pertemuan itu, Devan alexander bersumpah pada dirinya sendiri akan memiliki Eve seutuhnya. Perasaan akan memilikinya tinggi. Apapun Devan akan lakukan de...