Matahari sudah nampak dari persembunyiannya. Banyak burung-burung yang berkicau dengan suara merduanya. Tampak seorang gadis cantik membuka kedua matanya akibat silau yang terpancar dari luar jendela.
Ia menyikap selimut yang menutupi tubuhnya lalu berjalan menuju ke kamar mandi.
Setelah selang beberapa menit, ia memakai pakaian kerjanya. Ia ingat sudah seminggu ia tidak masuk ke kantor. Tampak suara pintu kamarnya terbuka dan menampakkan Devan disana dengan kemeja berwarna putih serta dipadukan dengan tuksedo hitam.
Eve terbelangkak kaget, ia menatap Devan dengan tatapan malas. "Seharusnya kau ketuk pintu dahulu." ucapnya.
Devan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa harus? "
"Ya.. Kalau misal aku sedang berganti pakaian? "
Devan tampak tersenyum iblisnya. Dan mendekati Eve, menghapus jarak diantara mereka, lalu membelai halus rambut Eve. Eve hanya menunjukkan wajah bertanya-tanya saat diperlakukan seperti itu. "Itu adalah keuntunganku... " ucap Devan.
"Kau mau kemana dengan pakaiaan seformal itu? " lanjutnya.
"Bekerja"
"Tidak, kau tidak perlu bekerja."
Eve menghembusakan nafas panjang. "Kenapa? Aku sangat bosan disini. Terlebih Max sudah pulang." ucapnya lalu beranjak menuju kaca rias dan meraih polesan make up.
"Kau dipecat." ucap Devan. Seketika Eve menghentikan kegiatan mengrias wajahnya, dan menatap kembali Devan yang sedang duduk disisi ranjang.
"Hey.. Siapa kau?" tanya Eve.
"Aku atasan mu." ucap Devan.
"Baiklah... Lalu apa yang harus aku kerjakan? "
Devan tampak mengeluarkan kartu kecil dari sakunya. Lalu ia beranjak mendekati Eve kemudian memberikan kartu itu. "Datanglah ke alamat ini. Tepat jam sembilan malam. Aku akan menunggumu disana." ucapnya lalu ia langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar Eve, sebelum mendengar perkataan Eve.
"Devan..... Dasar pria aneh." gumam Eve. Dan seketika ia harus melepas kembali pakaian kerjanya. Dia mengumpat dalam hati. Enak saja lulusan Universitas ternama ini dipecat begitu saja, hanya karna bos nya tidak mau ia bekerja.
'''
"Sayang..." ucap Victoria sambil berlari ke arah meja kerja Devan. Devan melihat itu bertanya-tanya. "Kenapa kau disini? "
Kemudian Victoria bergelayut dilengan tangan Devan. "Aku... Rindu padamu.. " ucapannya membuat Devan menatap Victoria dengan tatapan tajam.
"Kau sebaiknya pergi dari sini."
"Kau mengusirku?"
"Victoria please.. Mulai sekarang kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Aku akan mengirimkan uang ke rekeningmu." ucap Devan setelah beranjak dari kursinya.
Mendengar itu, Victoria murka. "Jadi kau hanya menganggap ku sebagai bunga tidurmu?"
"Ya... "
"Tapi aku mencintaimu..."
"Aku sedang tidak bercanda. Cepat kau keluar dari ruanganku sekarang juga." ucap Devan.
Lalu Victoria berlari dengan mata yang berkaca-kaca. Hampir saja ia menabrak seseorang pria yang masuk ke ruangan Devan, tapi tangan pria itu memegang bahunya agar tidak jatuh.
Damian mendekati Devan. "Bukankan dia adalah teman tidurmu? "
Devan menengok ke arah Damian yang sedang berjalan mendekatinya. "Aku hanya menganggapnya itu. Tapi, dia bilang dia mencintaiku."
"Kau tidak tertarik dengannya? Dia begitu umm... Seksi." ucap Damian yang sedang membayangkan tubuh indah milik Victoria.
"Ku rasa, aku harus pergi. Ada seseorang yang ingin ku temui malam ini." ucap Devan sambil mengambil jas lalu dikenakannya.
"Ya.. Baiklah... "
'''
Hatinya bergetar padahal ini bukan lagi dinner pertamanya dengan seorang Devan. Eve memilih memakai gaun birunya semata kaki dengan bagian lengan tangan terbuka dilengkapi dengan aksesoris seperti kalung serta gelang pemberian Devan.
Ia hampir saja lupa, kalau cafe ini hanya ada dirinya seorang di cafe yang mewah dengan interior-interior mahal. Ia menatap sebuah meja yang sangat cantik serta dengan dua buah kursi di kiri dan kakan meja tersebut, lalu menarik salah satu kursi dan menempatkan bokonngnya dikursi itu.
Sudah hampir setengah jam ia termenung dikursi tersebut, tetapi tanda tanda kedatangan Devan masih tidak ada. Sampai dua buah tangan seorang pria menutup mata Eve. Dan itu Devan, dengan tuksedo hitamnya serta celana yang sedaya, lengkap dengan dasi kupu-kupunya.
Devan menurunkan tangannya, lalu ia menatap Eve dari bawah sampai atas. Sangatlah cantik, mirip seperti Angel saat mereka merayakan sebuah pesta pertunangan. Tanpa aba-aba Devan langsung mencium lembut bibir Eve. Setelah selesai akan ciumannya Devan kembali menatap Eve dengan kekagumannya. Begitupula dengan Eve, ia menatap Devan, sungguh tampannya makhluk yang saat ini berada didepannya.Seperdetik kemudian, Devan menarik kursi yang berada didepan Eve. Devan memanggil seorang pelayan, cafe ini memang ia sewa demi kelancaran rencananya.
'''
Didepannya sekarang sudah ada beberapa makanan Italia serta dua gelas wine. Eve sepertinya tidak akan meminum wine itu, mengingat kejadian waktu saat dipesta topeng.
Setelah selesai dengan makanannya,Devan mengambil wine tersebut, lalu diarahkannya ke Eve ia ingin bersulam sebelum meminumnya. Devan menyadari kalau wajah Eve terlihat ragu. "Kau bisa mengambil jusnya saja."
Dan kemudian Eve mengambil gelas yang berisi jus lalu bersulam dengan Devan.
Devan tampak mengambil sebuah benda yang berada disaku celananya. Ia mengeluarkan sebuah kotak berudu berwarna biru tua, dibukanya kotak tersebut. Sebuah cincin yang berhiaskan berlian yang sangat indah.
Kotak tersebut diarahkannya ke Eve. Eve tercengang melihat sebuah benda yang sangat indah. "Menikahlah denganku." ucap Devan.
Apakah ini adalah sebuah lamaran? Jika ya Wanita yang saat ini sedang bersama Devan adalah wanita yang sangat beruntung. Wanita mana yang menolak saat pria yang sangat dicintainya melamarnya.
Eve menunggu sepersekian detik sebelum mengakatan isi hatinya. "Aku mencintaimu... " ucap Eve
"Apa itu tandanya, kau mau menikah denganku? " tanya Devan
"Ya..." ucap Eve sambil menunjukan wajah tersenyumnya. Devan mengeluarkan cincin tersebut lalu ia mengambil tangan Eve dan memasangkannya dijari tangan Eve.
"Lusa kita akan melangsungkan pernikahan." ucap Devan, lalu Eve terbelangkak kaget. Cepat sekali, bahkan ia baru melamarnya malam ini. Apa ia sanggup mempersiapkan semuanya dalam waktu dua hari.
"Tidak perlu khawatir. Aku sudah mempersiapkan semuanya." ucap Devan.
TbcJangan lupa Vote, Koment, dan Share ke teman-teman kalian ya...
Follow juga IG aku : @yolan_dta
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Billionaire [TERBIT]
RomanceEve warren, kehidupannya berubah setelah ia mewawancarai seorang miliyarder kaya. Setelah pertemuan itu, Devan alexander bersumpah pada dirinya sendiri akan memiliki Eve seutuhnya. Perasaan akan memilikinya tinggi. Apapun Devan akan lakukan de...