EMPAT PULUH LIMA

20.9K 738 117
                                    

Vote dulu sebelum baca

Happy reading

"Apakah bisa kita mengambil Eve secepatnya? Aku terlalu lama untuk menunggu." ucap Devan pada orang kepercayaannya.

"Maaf tuan, saya rasa kita harus menunggu dua minggu lagi. Kalau kita secara terang-terangan menyerangnya dan mengambil nona Eve, kita pasti kalah, pengawal kita lebih sedikit dari mereka belum lagi senjata yang mereka miliki sangatlah banyak. Saya takut, kita tidak bisa membawa nona Eve dan kita yang akan menjadi korban." jelas Edo. Beberapa hari yang lalu, ia mencari tahu keberadaan Eve tentu dengan teknologi yang sekarang sudah sangat canggih ia dengan mudah mendapatkan informasi.

"Lalu apa maksudmu dua minggu lagi? Aku tidak bisa menunggu."

"Dipastikan dua minggu lagi, Francisco mengadakan pesta besar-besaran namun itu adalah pesta gelap, hanya kolega nya saja yang dapat hadir dipesta itu. Ia juga mengadakan acara pelelangan senjata dan juga wanita."

"Apa maksud mu pelelangan wanita?"
"Ia hanya melelang pelacur di bar-nya."

"Ia tidak melelang Eve bukan?"

"Tentu tidak tuan, karena mungkin ia masih menganggap Eve sebagai Angeline wanita yang sangat dicintainnya."

"Bagaimana kita masuk? Dan apa kau yakin, Eve akan hadir disana?"

"Saya sangat yakin tuan, kita harus melakukan penyamaran dengan cara itu, Fran tidak mengetahui adanya kita diantara pesta tersebut. Di dalam pesta itu, pasti ia sangat sibuk dan melupakan keberadaan Eve."

Devan menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Bagaimana kalau Fran tidak mengajak Eve kepesta itu.?"

"Kita akan melakukan penyerangan di mansionnya."

Angeline melangkahkan kakinya menuju ruangan Devan.

"Baiklah Edo, terimakasih atas infonya. Kau boleh pergi."

Edo menunduk patuh, lalu ia membuka daun pintu seketika ia melihat Angeline yang sedang berdiri didepan pintu dan ia melemparkan senyuman.

Angeline masuk dan berhadapan langsung dengan Devan.

"Ada apa?" tanya Devan.

"Hmm... Sebenarnya aku mendaftarkan Nicholas kesekoloh dan mengisi biodatanya, aku terhenti setelah membaca nama orang tuanya. Aku tidak bisa mengisi nama mu sebagai ayahnya."

"Kenapa? Bukannya aku ayahnya? Isi saja dengan namaku."

"Aku tidak bisa. Kita belum melakukan pernikahan secara resmi. Dan aku takut Nicholas menjadi bahan ejekan temannya karena dia dilahirkan diluar pernikahan, bahkan sampai sekarang pun ayah ibunya tidak melakukkan pernikahan layaknya pernikahan yang sesungguhnya."

"Baiklah... Kita akan melakukan pernikahan secepatnya."

"Bukan begitu maksud ku. Aku takut menyakiti perasaan istrimu."

"Dan aku bahkan tidak mengetahui kau mengandung anakku. Biarlah aku menebus semua kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu."

"Terimakasih." ucap Angeline lalu memeluk Devan dengan erat, ia menumpahkan segala keluh kesahnya yang selama ini ia tahan dan menangis dalam diam.

***

Devan melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuju dapur, kerongkongannya sangat kering, ia membutuhkan air untuk meredaknnya. Langkahnya terhenti saat ia melihat bayangan anak kecil sedang duduk diatas kursi meja makan.

"Nicholas... "

Mendengar panggilan itu, Nicholas membalikkan tubuhnya lalu menatap Devan.

"Kau sedang apa? Ini hampir tengah malam, kau tidak tidur?"

"Paman... Aku sangat lapar."

"Paman? Hey.. Kau boleh memanggilku daddy dan jangan panggil aku paman." ucap Devan, dan bahkan ia sampai lupa jika ia belum mengatakan kepada Nicholas bahwa ia adalah ayah kandungnya.

"Aku hanya mempunyai satu daddy,"
"Siapa? "

"Daddy Fran. Dia sangat baik kepadaku dan juga ibu."

"Sekarang, kau hanya mempunyai satu daddy, yaitu aku. Karena.. Kau memang anakku."

"Hmmm?..." Nicholas membuka mulutnya lebar-lebar mendengar perkataan Devan, yang ia tidak mengerti.

"Baiklah... Sekarang kau ingin membuat apa? Biar daddy yang membuatnya."

"Pizza please. "

"Daddy tidak bisa membuatnya. Bagaimana kalau campuran telur dan mie? Rasanya tak kalah lezat dengan pizza."

"A great idea"

Devan mulai berkutik dengan peralatan dapur, jujur saja ia tidak bisa memasak ia hanya bisa mengalahkan pesaing-pesaingnya dalam dunia bisnis dan mendapatkam gelar, masuk dalam jejeran orang terkaya negara.

Ia biasanya hanya menunggu dikursi meja makan sambil menatap Eve dengan kelincahannya membuatkan makanan untuknya sama seperti Nicholas yang saat ini sedang melihat dirinya berkutik dengan peralatan yang ia tidak tahu ini namanya apa.

Beberapa menit berlalu, Devan sudah selesai dengan satu menu ditangannya. "Selesai. Ini makananmu. Makanlah..." ucapnya lalu menaru piring yang berisikan makanan itu keatas meja.

"Rasanya asin. Daddy tidak bisa memasak ya? Tapi aku sangat lapar."
"Asin? Ah... Sebaiknya kau tidak memakannya. Akan ku bangunkan Fifian untuk memasak makanan untukmu." ucap Devan kemudian ia membuang masakan yang ia buat kedalam tempat sampah.

Angeline menuruni tangga dengan berlari, ia sebelumnya tidak menyadari kalau Nicholas sudah tidak ada disampinya. "Nicholas..."

Langkahnya terhenti ketika ia melihat Nicholas bersama dengan Devan. "Nicholas... " ucapnya setelah memasuki dapur dengan meja makan kecil didalamnya.

"Ah.. Ibu? Daddy ibuku bisa memasak, kenapa tidak dia saja?"

"Kau lapar Nicholas?" tanya Angeline, anak laki-laki itu pun langsung menganggukan kepalanya bersemangat.

"Baiklah biar ibu yang memasakannya."

Angeline yang masih menggunakan kimono tidurnya berkutik dengan beberapa peralatan dan bahan-bahan makanan. Nicholas memperhatikan ibunya yang sedang memasak begitupun dengan Devan. Ia teringat akan kenangan lima tahun lalu.

Biasannya Devan selalu memeluk pinggang Angeline dari belakang dan menempelkan dagunya ke bahu Angeline ketika Angeline masih menjadi pelayannya dan membuatkan makan malam untuknya.

TBC

Jangan lupa vote dan komment cerita ku.

Oh iya, ini part-part terakhir ya... Sebentar lagi mungkin akan menuju END.

Dan jangan lupa juga buat baca ceritaku "MARRIED WITH THE JERK"
SINOPSIS :

[Romance-Action] Buta, kata pertama yang aku dengar setelah kebangunan ku dari masa koma akibat kecelakaan, faktanya lagi seorang pria mengaku sebagai suamiku.

Setiap malam dia menyentuhku aku merasakan sentuhannya yang sangat lembut lalu berubah menjadi kasar. aku tidak bisa melihat wajahnya hanya bisa merasakan saja.

"Rasakanlah.. dan menangislah karena mungkin balas dendam ku tak cukup sampai disini." ucapnya saat aktivitas itu terhenti dan aku mulai memejamkan mataku.

Dan saat itulah aku tahu, dia menikahiku hanya karena balas dendamnya yang mengakibatkan seseorang yang ia sayangi telah berada ditempat gelap, sunyi, dan sempit.

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang