Happy Reading :)
Devan telah memulai rapatnya dengan para klien. Rapat yang sangat penting karena rapat ini membahas tentang anak cabang perusahaannya yang berada di Bangkok dan hampir delapan puluh persen telah selesai.
"Bagaimana dengan cabang kita yang berada di Bangkok?" tanya salah satu klien Devan yang bekerja sama dengan perusahaan Alexander Group.
"Kita bisa memulai-" ucapan Devan terpotong oleh bunyi ponsel yang berada diatas meja.
"Saya permisi sebentar." ucapnya pada semua klien yang hadir saat rapat itu berlangsung. Ia langsung pergi ke bilik ruangan.
"APA?" Devan hampir berteriak sehingga para klien menatap satu sama lain.
Setelah beberapa saat berlangsung, Devan langsung mengambil kunci mobilnya, tak ada satupun kata yang ia lontarkan untuk meninggalkan rapat itu dan ia langsung melangkahkan kakinya lebar-lebar demi sampai ke tempat tujuan.
Ditempat lain, tepatnya di rumah sakit Eve mengalami pendarahan yang cukup hebat, ia terjatuh dari atas pohon yang tinggi belum lagi posisi Nicolas yang berada di atas perutnya, seketika Eve mengalami sakit di rahimnya dan tak lama ia kehilangan kesadarannya.
Fifian dan satu supir serta Nicholas sedang menunggu di depan pintu UGD dengan perasaan yang cemas dan khawatir takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. "Fifian...aku takut, mommy... dia berdarah." ucap Nicholas dengan air matanya yang mengalir deras.
"Tidak Nicho, mommy mu pasti baik-baik saja."
"Aku sangat takut Fifian. Mommy...." ucap Nicholas lalu ia berlari kearah pintu UGD dan menggedornya. "Mommy.... " Nicholas menangis dan meraung, ia kini berada di pangkuan Fifian dengan menutupi wajahnya dengan tangan sambil menangis pelan.
Di lobi rumah sakit, setelah turun dari mobil, ia langsung berlarian menuju ruang UGD yang kebetulan berada di lantai dasar. Langkah kakinya sangat lebar sesekali ia berlarian ada perasaan khawatir yang menyerang dirinya. Sangat cepat ia berlari sampai semua pikiran buruk pun merasuki dirinya. Ia tidak bisa membayangkan kalau Eve terluka dan sesuatu yang buruk terjadi, cukup ia kehilangan Angeline saja, tetapi jangan Eve.
Devan sudah lama mencintai Eve karena memang dia Eve dan tidak ada bayang-bayang Angeline, wanita yang dicintainya dulu. Entah kapan ia mulai mencintai Eve, tetapi rasa cinta itu muncul saat Devan kehilangan Eve dan Eve pun mengandung anaknya.
Seminggu lalu, Eve masih marah padanya entah mungkin sampai sekarang pun Eve masih membenci dirinya. Mungkin Eve sudah tahu semuanya, Devan hanya menganggapnya sebagai Angeline, karena wajah dan sikap baiknya sangat mirip. Tapi sekarang, Devan ingin memperbaiki semuanya, ia telah melupakan Angeline, wanita masa lalunya dan sekarang ia akan fokus kepada Eve dan Nicholas.
Devan telah sampai di depan ruangan UGD, ia menemukan Nicholas yang sedang tertidur dengan wajah yang sembab dipangkuan Fifian.
"Fifian, apa yang terjadi?" Devan melontarkan pertanyaan kepada Fifian yang terlihat ketakutan karena wajah Devan benar benar khawatir serta marah. Fifian kemudian menceritakan semuanya, dari awal hingga sampai Eve terjatuh dan mengeluarkan banyak darah. Setelah diceritakan oleh Fifian, Devan mengepalkan tangannya lalu menonjok dinding rumah sakit.
Setelah sepuluh menit berlalu, dokter akhirnya keluar. "Bagaimana kondisi istri saya dok?" tanya Devan.
"Maaf pak, saya tidak bisa menyelamatkan bayinya dan-" belum sempat dokter tua itu berbicara Devan langsung menarik kerah kemeja dokter itu.
"Apa kau bilang? Dokter macam apa kau? Kau tidak bisa menyelamatkan anakku" Dokter itu mendapat tatapan mematikan dari Devan, begitu pun dengan para suster di belakangnya mereka tampak ketakutan.
"Lepaskan saya pak, dokter juga manusia. Maafkan saya, semua ini adalah takdir Tuhan, kami sudah berusaha semampu kami. Dan istri anda dalam keadaan kritis karena kehilangan banyak darah. Sekali lagi, kami minta maaf, permisi." setelah dokter dan suster itu pergi, Devan memasuki ruangan Eve. Pupus harapannya mempunyai bayi yang mungil bersama Eve.
Devan berjalan pelan menuju tempat tidur dimana Eve sedang tertidur lelap diatasnya sambil ditunjang beberapa alat medis dan tranfusi darah. Devan menarik kursi yang menjadi incarannya, ia menatap wajah Eve yang sangat pucat sambil memegang tangan Eve.
"Kenapa semua ini terjadi? Kita bahkan belum sempat menggendongnya dan kau pun belum sempat menyusuinya." Devan tampak mengeluarkan air matanya yang sudah lama ia tahan.
"Kau pernah bermimpi akan hari yang cerah dimana hanya ada aku dan bayi mungil kita di dalamnya. Tapi, semua berakhir dengan sia-sia. Maafkan aku, aku yang terlalu egois dan membuat mu telah terjatuh lebih dalam ke dalam kehidupan ku." ucap Devan, seketika Billionaire yang begiru kejam, arogan meneteskan air matanya hingga mengenai telapak tangan Eve yang begitu dingin serta pucat.
Devan kembali membayangkan pertemuan pertamanya dengan Eve. Ia menggantikan sahabatnya untuk mewawancarainya. Dan saat pertemuan itu terjadi, Devan berjanji mengikatnya ke dalam pelukannya. "Mengapa kau yang mewawancarai ku pada waktu itu? " Devan bergumam kecil.
"Maafkan aku yang telah menganggap mu sebagai Angeline ku yang dulu. Aku memang pria brengsek, aku hanya memperdulikan keegoisan ku." Tangisan Devan pun pecah dan diikuti oleh Nicholas yang menangis di pintu ruangan.
TBC 😊😊😊
Jangan lupa di vote beserta komennya ya..
Follow juga akun IG aku :') @yolan_dta
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Billionaire [TERBIT]
RomanceEve warren, kehidupannya berubah setelah ia mewawancarai seorang miliyarder kaya. Setelah pertemuan itu, Devan alexander bersumpah pada dirinya sendiri akan memiliki Eve seutuhnya. Perasaan akan memilikinya tinggi. Apapun Devan akan lakukan de...