EMPAT PULUH .4

17.3K 734 31
                                    

Devan mengendarai mobilnya yang sebelumnya ia meminta supir untuk mengantarkannya, dengan kecepatan penuh seolah jalanan hanya dia yang menguasai. Bagaimana bisa ia meninggalkan Eve di tempat asing?

Fikirannya masih terfokus pada Angeline, ada rasa kasihan terhadap Angeline wanita itu sudah banyak menderita belum lagi sekarang penyakit yang dideritanya mengharuskan kapan saja dan dimana saja nyawa Angeline terenggut. Belum lagi Nicholas, darah dagingnya ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nicholas setelah ia tahu kalau Devan adalah ayah kandungnya yang bahkan selama ini Devan tidak tahu kalau ada benihnya didalam rahim Angeline.

Seketika Devan membayangkan hal-hal yang indah suatu saat nanti, ia akan mempunyai dua anak. Tapi membayangkan sekarang Eve tidak bisa ia jangkau ia merasa khawatir belum lagi ponselnya sangat sulit untuk dihubungi.

Devan membentur-benturkan stir mobilnya sambil menunjukkan raut wajah kekhawatirannya terhadap Eve.

Bagaimana bisa ia meninggalkan Eve sendirian di negara asing yang bahkan butuh berhari-hari untuk mengingat jalan menuju hotel mereka.

***

Wanita itu terdiam menatap danau yang berada didepannya, tatapnya kosong, karena fikirannya memutar pada kejadian beberapa menit lalu.

"Mereka seperti keluarga." gumamnya.

"Apa setelah ini aku akan dilupakan? Devan pasti lebih memilih cinta pertamanya dan wanita yang sudah berhasil mengisi hatinya." ucap Eve lirih seketika ia mengelus perutnya yang sudah membuncit.

"Kau tidak apa kan sayang jika suatu saat nanti papamu membagi rasa cintanya?"

"Kita harus kuat. Kita hanya orang kedua yang dibutuhkan saat orang pertama tidak ada." ucapnya seketika cairan bening itu keluar dari kelopak matanya turuh membasahi pipinya.

Ingatan berputar pada kejadian tadi, saat Devan bertemu dengan Angeline. Secara tidak sengaja Eve mendengar percakapan mereka. Ada rasa kasihan terhadap Angeline. Eve memperhatikan benar-benar wajah Angeline dan memang benar kata Devan mereka berdua sangat mirip.

Bahunya bergetar, seolah tangisan itu tidak mau berhenti sampai ia merasakan seseorang menyuntiknya dan semua pandangannya menjadi gelap.

***

"Dimana cucu mommy? Mommy ingin bertemu dengannya." ucap wanita tua dengan bahasa Prancis kepada anaknya. Wanita tua itu berumur sekitar 60 tahun dan sekarang sudah tercium bau tanah.

"Fran, kau dengar mommy?"

"Iya mom aku mendengarnya."

"Mommy sangat rindu pada Nicholas. Cepat kau temukan mereka. Orang suruhanmu tidak becus." ucapnya lagi lalu melakukan kegiatan yang hampir tertunda, meraja sebuah sweater mini.

Pria tampan itu hanya bisa menghela nafas panjang. Kemana lagi ia harus mencari Angeline dan Nicholas?

"Bersabarlah mom."

Deringan ponsel menyadarkan lamunan Francisco akan Angeline segera ia mengangkatnya.

"Katakan."

"Maaf tuan, kami telah berhasil menemukan nona Angeline dia ada didekat danau, tapi kami tidak menemukan tuan muda Nicholas."

"Bawa Angeline kesini. Dan lanjutkan pencarian Nicholas." lalu seketika Francisco menutup panggilan telponnya. Sekiranya ia bisa bernafas lega.

"Angeline sudah ditemukan?" tanya ibunya.

"Ya mom."

"Syukurlah. Lalu bagaimana dengan cucu ku?"

"Masih dalam pencarian."

***

Devan memberhentikan mobilnya tepat pinggir jalan, ia langsung melangkahkan lebar kakinya menuju kursi taman yang Eve tempati.

Ia telah berhasil sampai, tapi kursi itu telah terisi orang asing. Lalu dimana Eve? Devan menanyakan kepada orang yang saat ini duduk dikursi itu dengan bahasa Prancis, tapi mereka tidak tahu.

Devan akhirnya memutuskan untuk menelusuri taman dan pinggir danau yang terlihat dekat dengan taman, tapi nihil tidak ada keberadaan Eve disana. Perasaanya khawatir dan juga takut, kalau Eve hilang ia akan kehilangan dua orang yang sangat dicintainya sekaligus.

Devan menggerakan pengawalnya, ia harus menemukan Eve bagaimanapun caranya.

Tbc

Vote dan komment nya.. :)

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang