DUA PULUH SATU

35.5K 1.2K 11
                                    

Pengucapan janji berlangsung secara hikmat. Eve tadi terlihat gugup saat membacakan janji pernikahan, bagaimana tidak gugup? Semua orang tertuju padanya. 

Pesta ini masih dilanjutkan dengan pesta malam. Terlihat Flora dan Max menghampiri Eve dan Devan. Max sangatlah tampan dengan pakaian setelan tuksedo hitam nya serta dipadukan dengan dasi kupu-kupunya. 

"Eve... Kau sangat cantik. " puji Max.

"Kau juga Daddy,  kau sangat tampan." ucapnya lagi.  Eve dan Devan tersenyum kearahnya. Devan mengelus rambut Max dengan sebelah tangannya. 

"Kau juga Max, sangatlah tampan." ucap Eve. Seketika Flora tersenyum ke arah Eve dan mereka saling berpelukan "Selamat ya.. Akhirnya adik iparku mendapatkan gadis yang dia inginkan." ucap Flora. 

"Aku juga punya hadiah untuk mu dan juga Max." ucap Devan. 

Flora menyernyit, hadiah apa yang ingin Devan berikan, seharusnya Devan yang menerima hadiah bukan? 

Tak lama seorang pria dengan pakaian tuksedo hitamnya muncul tepat dibelakang Flora. "Dibelakangmu" ucap Devan.

Flora membalikan tubuhnya dan seketika mata nya bertemu dengan mata hitam pekat milik Darren. Ia terkejut atas apa yang saat ini berada didepannya.  Suaminya yang telah meninggalkannya lima tahun silam. 

Darren memajukan tubuhnya yang merengkuh tubuh Flora. Dan membisikan kata-kata di telinganya "Aku sangat merindukanmu." Flora melepaskan rengkuhan Darren. 

"Tidak mungkin, Darren sudah tiada sejak lima tahun yang lalu. Kau bukan Darren. " ucap Flora dengan wajah yang masih bingung.

"Aku Darren, suamimu." ucap Darren. Darren memegang lengan tangan Flora dan membawanya menjauhi acara pesta tersebut.

Dia menceritakan semuanya kepada Flora, dan pada saat itu juga Flora mengeluarkan isakan tangisnya.  Tak menyangka kejadian yang dialami Darren sampai seperti ini. 

Ia pikir Darren sudah tidak ada, karena sangatlah mustahil orang yang kecelakaan pesawat bisa hidup kembali. Darren menghapus air mata Flora dengan jari nya. Lalu memeluk Flora dengan eratnya, seolah tidak mau kejadian yang ia alami terulang kembali. Flora pun membalas pelukkan Darren.
*

**


Eve dan Devan sampai pada kamar mereka. Kamar ini di dominasi dengan warna putih serta bunga-bunga yang indah di sisi ranjang dengan lilin-lilin aromatherapi menambah indah nya kamar ini. 

Pikiran Eve kembali saat Erland berusaha untuk mengambil harta yang paling berharga. Apakah ia masih perawan? Eve takut kalau sampai Devan, suaminya ini mengetahui kejadian itu. 

"Aku akan mandi dulu." ucap Eve kepada Devan yang sedang memainkan ponselnya. Tanpa menunggu balasan dari Devan ia bergegas masuk kedalam kamar mandi. 

Ini adalah hotel yang mewah, kamar mandinya pun sangat besar dengan tema putih serta dihiasi batu-batu marmer kecil yang menempel pada dindingnya. 

***

"Kau tidak mandi?" tanya Eve setelah keluar dari kamar mandi.

"Tidak. Kau suka bukan bau badanku?" tanya Devan dengan senyuman mesumnya."Kemarilah" ucapnya lagi sambil membuka satu demi satu kancing kemeja nya.  Ah tidak-tidak seharusnya ia meminta Eve untuk membukakannya. Dikancingkan kembali kancing yang sempat ia buka.

"Eve... Apa aku harus mengulang perkataan ku lagi? Kemarilah dan bukakanlah kancing ini. Aku sudah sangat gerah." ucap Devan. Eve datang menghampiri Devan dengan memakai hanya handuk putih saja.

Eve mendekat ke arah Devan. Devan memandang takjub pemandangan didepannya. Eve seputih susu dan sehalus kapas. Disentuhnya bahu sampai tangan Eve yang membuat dia bergendik geli.  Devan mendudukan Eve disisi ranjang. "Cepat Eve" ucap Devan. 

Eve menuruti perintah suaminya itu. Jemari lentiknya memegang kancing kemeja Devan lalu mulai membukanya satu persatu. 

Dengan cepat Devan mengambil alih Eve. Mendorong Eve sampai wanita itu terlentang diatas ranjang, lalu Devan mulai berada diatasnya dan malam malam indah pun mereka nikmati. Dua pasang manusia yang saling membutuhkan satu sama lain untuk mencapai titik yang sangat nikmat. 

***

Pagi ini Eve menemukan dirinya sendirian diatas ranjang, seluruh tubuhnya sudah ditutupi dengan selimut putih tebal mengingat hari ini musim dingin. Dan diluar hujan masih berjatuhan walaupun tidak deras. 

Ia duduk dan menyenderkan kepalanya pada kepala ranjang. Tubuhnya terasa pegal. Ia mengedarkan penglihatan dan melihat sebuat note kecil yang ditempelkan diatas meja. Ia mengambilnya dan membaca note itu. 

Maaf aku harus meninggalkanmu sendiri. Dikantor ada sedikit masalah. Jika kau butuh sesuatu. Suruh saja pelayan untuk membantumu.

Begitu yang ia baca. Lalu ia berniat untuk mandi dan mengelilingi rumah ini. Ini adalah rumah yang sangat luas.

Selesai mandi, ia memilih gaun putih gading selutut yang sangat pas dengan tubuhnya. Eve berniat untuk pergi ke dapur dahulu meningat perutnya sangat berisik dan meminta untuk di isi.

"Selamat pagi nyonya." sapaan yang pertama kali ia masuk ke dapur. Tampak seorang pelayan yang masih muda menghampirinya. Di dalam dapur banyak sekali pelayan yang bekerja sesuai tugasnya.

"Eh.. Hm.. Pagi." Ucap Eve canggung karena baru pertana kali ia memasuki dapur.

"Nama saya Ema pelayan disini dan sarapan pagi sudah saya buatkan. Tuan Devan yang menyuruh untuk memasakn menu itu. Mari saya antarkan ke ruang makan." ucap pelayan tersebut.

Eve dengan Ema tidak beda jauh usianya mungkin. Eve diatas Ema dua atau tiga tahun. Dan begitupula Ema dia lumayan cantik untuk menjadi seorang pelayan. 


TBC.
Jangan lupa vote dan koment

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang