LIMA PULUH EMPAT (Menuju END)

21.1K 795 96
                                    

Happy Reading :')

Follow My Instagram @yolan_dta

Eve POV

Entah sudah beberapa hari aku berada di rumah sakit ini, dan saat itu pula aku enggan membuka suara atau sekedar berbicara pada Devan. Pria itu hanya melihat aku sambil duduk di bangku pojok ruangan.

"Mommy... " 

Suara anak kecil itu menghiasi pendengaran ku. Nicholas, ia datang dengan Fifian dibelakangnya. Dan dia sepertinya sudah mulai memasuki taman kanak-kanak, ia terlihat gagah dengan seragam sekolahnya.

"Nicho..." panggilku.

"Mommy, Nicho kangen sama mommy." ucap Nicholas dengan raut wajah tertekuk dan berlari memeluk ku dengan erat.

"Nicho, jangan seperti itu. Mommy mu bisa sakit nanti." ucap suara yang sangat aku kenal, ternyata bukan hanya Nicholas dan Fifian saja yang datang, pria egois itu pun tidak tertinggal.

Nicholas menatap Devan tanpa melepaskan pelukannya dari ku. "Nicho kangen sama mommy."

"Kau terlalu erat memeluknya."

Nicho hanya menatap datar Devan dan memanyunkan bibirnya, anak itu memang sangat mirip dengan Devan.

"Mommy..... Huaaaa... " teriak seorang anak kecil, dan ternyata itu adalah Maxime, ia berlari kearah ku sambil menangis. Lalu kemudian Max memeluk ku kencang, sama kencangnya dengan pelukan Nicho.

"Max jangan kencang-kencang." ucap Flora, Max datang dengan Flora dan juga Darren.

"Mommy Eve, kau harus sembuh. Max berjanji tidak akan menjaili Nicho lagi, kita akan berdamai kan Nicho?" tanya Max kepada Nicho lalu Max memeluk Nicho, tapi sepertinya Max membisikan sesuatu kepada Nicho dan raut wajah anak itu menjadi marah.

Max dan Nicho memang tidak pernah akur. Bermula saat Nicho datang, Max menganggap jika Nicho lah yang mengambil aku darinya. Sikap Max menjadi pemarah saat ada Nicho, tapi Nicho menanggapinya biasa saja, ia sepertinya mempunyai sikap dewasa sebelum waktunya. Aku seraya membelai kedua rambut anak itu. "Iyaa... Mommy akan segera sembuh."

Max bermain mata dengan Nicho, seolah Max ingin mengusir Nicho, dan akhirnya Nicho melangkahkan kakinya ke arah Devan, ia mengumpat di balik Devan.

"Ada apa Nicho? Max menggalaki mu lagi?" tanya Darren yang hanya di balas anggukan oleh Nicho.

"Hahaha... Kau penakut sekali Nicho. " ucap Darren sambil tertawa.

Max naik ke atas ranjang tempat ku di rawat. Ia tampak mengeluarkan buku bergambar. "Lihat deh Mom,  bagus kan? Ini Max yang gambar loh." 

Aku menarik senyumanku. "Wah... Kau sangat pintar Max."

Max memeluk ku dengan erat. "Mom,  kenapa perut mommy menjadi kecil? Katanya Max akan mempunyai adik bayi." pertanyaan Max seolah-olah menghantam ku, aku melihat Flora dan Darren saling menatap.

Aku hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Max. Seketika air mata ku tak bisa ku bendung lagi, memang sulit kehilangan sesuatu yang berharga dari dalam diri kita, tapi kenyataan itu memang benar adanya. Aku kehilangan bayi ku, bayi yang bahkan aku tidak sempat melihatnya dan menggendongnya.

Max turun dari ranjang ku, ia berlari mendekati Nicho. "Semua ini pasti gara-gara kamu Nicho....." ucap Max sambil mendorong Nicho.

"Max!!!" bentak Darren dan membawa Max yang meronta-ronta ke luar kamar inap ku.

"Semua ini ulah Nicho dad. " Max berteriak dan meronta-ronta ingin di turunkan.

"Devan dan Eve maafkan kelakuan Max." ucap Flora lalu berlari menyusul Darren yang menggendong Max.

Terlihat Nicho berjalan ke arah ku lalu kemudian ia menggenggam tangan ku. "Maafkan Nicho mommy... " ucap Nicholas ia pun mengeluarkan air matanya.

Aku mengambil kedua wajahnya dan mengusap rambutnya yang begitu halus. "Tidak.. Tidak.. Ini bukan salah kamu sayang. Jangan nangis lagi yah." ucap ku sambil menghapus air mata Nicho yang berlinang di kedua pipinya.

Devan mengambil Max. "Nicho ayo kita pulang. Mommy butuh istirahat." ucapan Devan kepada Nicho seolah tahu apa yang aku rasakan saat ini,  aku ingin sendiri saja.

Max kemudian menganggukkan kepalanya, dan ia melambaikan tangan ke arah ku. "Dadah, mommy... " aku pun turut melambaikan tangan juga ke arah Nicho sambil tersenyum dan berusaha agar tangisan ini jangan pecah sebelum semua pergi.

Setelah Devan dan Nicho pergi, aku menangis sekeras-kerasnya dan meraung. Aku sungguh tidak bisa menahannya lagi, aku sudah sangat lelah. Kalau perlu, Tuhan menyabut nyawaku juga sama seperti bayi ku. Aku hanya ingin bersama bayi ku.

***

Tidak terasa hari ini aku diperbolehkan pulang, tapi aku tidak ingin pulang ke rumah itu lagi, aku ingin pulang ke rumah ku yang ditinggali oleh bibi Marie. Aku sudah bisa menggerakkan tubuhku, dan aku membereskan pakaian-pakaian yang aku masukkan ke dalam tas.

"Kau yakin akan pulang ke rumah mu?" tanya pria arogan itu lagi, aku hanya bergumam pelan dan aku masih malas untuk menanggapinya. Aku kembali memasukkan pakaian-pakaian yang selama ini aku pakai saat menjalani perawatan ke dalam tas.

Devan mengambil lengan tangan ku. "Eve..." seolah ia ingin aku menatap nya saat diajak bicara namun aku tetap lah aku, aku tidak mau menjadi orang lain.

Aku telah selesai membereskan semuanya saat kaki ku ingin melangkah, Devan lagi dan lagi menghalangi jalan ku. "Taksi ku sudah menunggu." ucap ku tanpa melihat ke arahnya.

Tak lama kemudian, aku merasakan adanya kelonggaran di lengan tangan ku, Devan melepaskannya. Segera aku melangkahkan kaki ku meninggalakan ruang perawatan, dan pulang kembali dimana asal ku berada. 

Aku telah masuk ke dalam taksi, dan menyebutkan alamat rumah orang tua ku. Di rumah itu mungkin aku akan memulai kehidupan baru, bebas dari segala-galanya, bebas dari pria dengan sifat egois serta arogan itu. Beberapa hari yang lalu, aku pun telah mengurusi surat perceraian, aku menyewa pengacara yang dia sendiri adalah teman ayah ku. Akan ku kirimakan surat itu segera kepadanya.

Dan kini aku mulai menatap masa depan ku, untuk kehidupan sehari-hari mungkin aku bisa membuka usaha dengan bi Marie, aku tidak akan bekerja di perusahaan mana pun lagi.

Aku jadi teringat akan keahlian ku, aku sangat ahli dalam membuat kue semacam kue kering ataupun kue tart, aku akan membuka toko kue di depan rumah ku. Lagi pula jalanan depan rumah ku banyak orang yang berlalu lalang, pasti ramai pengunjung.

Vote and Comment

Follow My Instagram : @yolan_dta

My Possessive Billionaire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang