1. The First Time

11.7K 467 40
                                    

🌹🌹🌹


Jangan biarkan sebuah pertemuan berlalu dengan membawa luka dalam hidupmu

🌹🌹🌹

Hari ini kakak tersayang Asma akan melangsungkan pernikahan dengan seorang pengusaha muda, Gilang Adiaksa Raspati. Sebagai saudari satu-satunya, Asma tentu akan menyaksikan acara sakral kakak tersayangnya tersebut. Walaupun, dirinya baru saja tiba dini hari tadi.

"Mbak cantik banget! Jadi pangling aku," goda Asma kepada Ismi yang sedang berdiri menatap pantulan dirinya di depan cermin di kamarnya yang telah disulap bak istana puteri.

"Udah! Jangan bikin Mbak tambah gugup aja. Terus, kapan kamu mau nyusul Mbak, nih?" tanya Ismi masih menatap pantulan dirinya dan juga menatap adiknya yang sedang duduk di sisi ranjang miliknya melalui cermin.

"Aku keluar dulu, ya, Mbak. Umi pasti lagi butuh banyak bantuan di luar."

Asma paling tidak tahan jika ada yang membahas topik sensitif itu, apalagi yang membahasnya adalah Ismi. Kakaknya pasti akan bersikeras mempromosikan beberapa calon kepada dirinya.

Setelah keluar dari kamar kakaknya, Asma beranjak menuju dapur. Dia tidak berbohong mengenai alasan untuk membantu ibunya pada kakaknya tadi.

Di dapur, semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak tahu harus melakukan apa, karena Asma baru tiba ketika hari-H acara dilaksanakan. Oleh karena itu, dia tidak mendapat tugas apapun dari ibunya dan hanya bertugas sebagai seksi dokumenter sepanjang acara nanti.

"Bi Onah, ada yang bisa Ama bantu, nggak?" tawar Asma ketika melihat asisten rumah tangga di rumahnya sedang repot dengan banyak pekerjaan.

"Kebetulan Mbak Ama nawarin bantuan sama Bibi. Tolong bawain cemilan ini ke taman belakang, ya, Mbak. Bibi lagi repot banget ini, mana harus balik lagi ke dapur," ujar Bi Onah kerepotan.

"Bukan buat tamu di ruang tamu depan, Bi?" Asma sedikit bingung dalam menempatkan fungsi setiap spot rumahnya, karena dia baru tiba dan tidak tahu apapun terkait rencana jalan acara pernikahan kakaknya.

"Mbak Ama pasti belum tahu. Jadi gini, untuk tamu yang di taman belakang itu khusus teman-temannya Mas Gilang."

Bi Onah sepertinya sudah tahu banyak tentang Gilang, calon kakak ipar Asma. Bahkan, Asma sendiri belum pernah melihat wajah sosok calon suami kakaknya itu. Maklum, Ismi saja menikah setelah perkenalan singkat.

"Bi Onah stalker-nya Mas Gilang, ya?" goda Asma kepada sosok yang sudah bekerja bersama keluarganya sejak dia masih dalam buaian ibunya.

"Apaan saker, Mbak? Sudah jangan godain Bibi terus. Cepetan bawa cemilannya ke taman belakang. Nanti takut sudah pada datang," ucap Bi Onah menghentikan godaan Asma yang mengganggu waktunya untuk melanjutkan pekerjaan.

"Apa temannya Mas Gilang yang datang itu laki-laki semua, Bi?" tanya Asma lagi menjeda niat Bi Onah untuk melanjutkan pekerjaan yang lain.

"Ya Allah, Mbak. Pokoknya cuma satu kali lagi nanya, ya. Temannya Mas Gilang emang laki-laki semua, tapi mereka ada yang bawa istrinya juga," papar Bi Onah menjelaskan kepada Asma yang sepertinya masih penasaran.

"Ini Mbak Ama! Awas jangan sampai jatuh nampannya, ya!" Bi Onah menyodorkan nampan yang berisi beberapa macam kue dan minuman ke tangan Asma.

"Kayak ke anak kecil aja! Masa bawa ginian aja jatuh," ujar Asma merasa diragukan.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang