Typo!!!!
----
"Apa?!"
Elysia terkejut dengan apa yang baru di dengarnya. Galang yang melihat Elysia terkejut hanya mengernyitkan dahi bingung.
"Saya segera kesana," ucap Elysia dan langsung memutuskan sambungan telponnya.
Elysia berbalik, dia mengambil tas gitarnya lalu menatap Galang lagi. Perubahan wajah Galang sangat cepat. Tadinya dia terlihat lesu tapi dingin, sedangkan sekarang dia terlihat ceria dan juga hangat.
"Aku harus pergi," ucap Elysia dengan pandangan sayu. Dia tidak ingin mengakhiri waktu ini dengan cepat, tapi keadaan yang memaksanya. Elysia melangkah menjauhi Galang. Tapi baru dua langkah, langkahnya terhenti karena Galang.
Galang mendekap tubuh Elysia lagi, kali ini dari belakang. Galang menyandarkan kepalanya di bahu Elysia, dan Elysia hanya diam mematung. Elysia tersentak kaget saat merasakan bahunya basah.
Galang menangis? Elysia tidak habis pikir bahwah Galang menangis. Elysia ingin membalikkan badan, tapi tidak bisa karena Galang menahannya.
"Jangan pergi. Jangan tinggalin aku lagi. Aku mohon," lirih Galang dan pelukannya semakin erat.
Galang tidak ingin Elysia pergi darinya lagi, juga dia takut bahwa semuanya adalah mimpi. Galang takut, besok dia akan terbangun hanya dengan banyang-banyang Elysia. Seperti selama ini.
Biarlah orang beranggapan Galang sudah tidak waras atau sebagainya. Yang Galang mau hanya Elysia, hanya Elysia. Jika Galang hanya bisa bertemu Elysia di dalam mimpi, Galang lebih memilih tertidur sampai akhir hanyatnya. Dan jika dengan berkhayal dia bisa bersama Elysia, Galang akan berkhayal sampai khayalannya menjadi kenyataan.
Entah ini mimpi, halusinasi, atau hanya bayangan. Elysia ada di depannya, di dekapannya. Dan Galang tidak akan melepaskannya lagi, tidak akan.
Elysia membalikkan badan, lalu menangkup pipi Galang. Matanya memerah dan bulu matanya basah. Hati Elysia terasa tersayat saat melihat Galang meneteskan air mata. Dia sakit saat Galang sakit, begitu pula Galang.
Elysia tidak ingin pria yang di sayanginya ini menangis, Elysia tidak ingin melihat pria di depannya ini terlihat lemah. Elysia akan mendekap tubuhnya dan menjadi tempatnya bersandar saat pahitnya kehidupan membuat jiwanya rapuh, seperti yang di lakukan Galang dulu.
"I'm here Galang," ucap Elysia dengan sangat lembut. Bibir Galang terangkat menjadi senyuman manis saat mendegar suara lembut itu. Hanya dengan suara itu mempu membuat hatinya menghangat.
"Don't leave me again, please." Ucap Galang dengan pandangan memohon. Galang mengecup kening Elysia lama dan dalam. Menyalurkan segala perasaannya lewat kecupan itu. Elysia memejamkan mata menikamti setiap detik yang di laluinya dengan Galang.
"Galang aku ada keperluan. Aku harus pergi ini penting banget." Ucap Elysia yang sudah mengingat perkataan orang yang menelponnya tadi.
"Kamu nggak boleh keman-mana." Ucap Galang dengan pandangan yang sulit di artikan. Elysia memeluk tubuh Galang lagi, dan Galang balas memeluk Elysia dengan erat.
Elysia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Elysia terlalu merindukan pria di depannya itu. Pria yang mampu membuatnya bertahan sampai sekarang. Pria yang menjadi harapannya supaya dia sembuh.
Drtt...drt...drt....
Elysia mengambil ponselnya dan segera menggeser tombol hijau. Galang yang melihat Elysia cemas hanya bisa mengernyitkan dahi bingung. Tapi Galang tidak ingin Elysia pergi ke mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard life [Completed] #Wattys2017
Fiksi Remaja[TAHAP REVISI, PERLAHAN] Hidup itu melelahkan, kadang menyakitkan, dan butuh perjuangan. Elysia Gallena Gadis yang murah senyum dan ceria. Tapi di balik senyum dan sikap cerianya. Tersimpan banyak rahasia dan rasa sakit. Bertemu dengan Badboy sekola...