06. What?!

71.7K 2.7K 107
                                    

Jika kalian menemukam cerita yang sangat mirip dengan ini, bisa bilang ke aku di PM ya :) Makasih untuk semua support kalian :)

HAPPY READING AND ENJOY 🌠


*

06

"Bagaimana?"

Davin tersenyum senang memandangi rangkaian bunga yang dilihatnya. Ia kembali mengangkat kepalanya dan memandangi wanita di hadapannya, "Ini sangat cantik. Kau benar-benar berbakat membuatnya."


Alana tersenyum senang mendengar itu "Bagus kalau kau menyukainya."

"Berapa aku harus membayarnya?"

"Tidak mahal."

"Berapa?" tanya Davin lagi lalu mengeluarkan dompet coklat berbahan kulit miliknya.

"2110 dollar."

Davin terbelalak mendengar itu "A— apa?" tanyanya tak percaya.

"Ada apa?" tanya Alana balik dengan wajah datar, seakan tak peduli dengan ekspresi pria di hadapannya. Lagipula, apa yang salah dengan jawaban itu?

"Kenapa harganya bisa semahal itu?" tanya Davin curiga. Ia benar-benar tidak menyangka kalau sebuah rangkaian bunga sederhana juga bisa sangat menguras isi dompetnya.

"Ayolah Dav, kau yang memaksaku waktu itu. Kau mengambil waktu photoshoot ku yang sangat mahal. Lagipula—" Alana menyilangkan tangannya di depan dada "Harga itu sudah sangat aku kurangi."

Davin memutar bola matanya kesal mendengar itu "Ayolah Nona, kau sedang menjual karangan bunga padaku. Bukan sebuah kalung liontin ataupun cinci emas."

"Hanya 2110 dollar Dav, apa kau tidak sanggup membayarnya?" ejek Alana acuh. Membuat lawan bicaranya berdecak sebal mendengar itu. Davin memalingkan wajahnya dan segera mengeluarkan beberapa lembar dollar dari dalam dompetnya lalu meletakkannya ke atas meja.


"Ambil itu."

Alana mengambil beberapa lembar dollar yang berada di atas meja lalu menghitungnya "Jumlahnya pas." ucapnya senang.

Davin segera mengambil karangan bunga yang jadi miliknya menuju meja kerjanya dan meletakkannya disitu. Ia mengambil ponselnya dan langsung mengetik pesan untuk seseorang.

"Sekarang pergilah, masih banyak yang harus aku kerjakan."

"Kau mengusirku." tuding Alana yang langsung bangkit dari posisinya.

"Ya, pergilah." Alana berdecak kesal mendengarnya, padahal aku baru saja memujinya tadi. Untung saja aku tidak masuk dalam perangkapnya, ck—payah

"Aku kira seorang CEO sepertimu memiliki attitude yang baik, sopan, dan tau bagaimana cara menghargai wanita. Ternyata— tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak sekolah." sindir Alana tanpa beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri. Ia memutuskan untuk meletakkan tas nya kembali dan duduk pada sofa di belakangnya.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang