25. Dreaming

33.8K 1.4K 122
                                    

Jangan lupa untuk cek gambar di atas judul ya. Beberapa adalah cast utama dan sisanya ilustrasi dari latar tempat yang ada di cerita itu. Terimakasih untuk dukungan kalian semua !

Don't forget to give ur vote and comment guys. Happy reading !

*

25

"Tenanglah Alana."

Alana mengusap setetes air matanya yang berhasil jatuh dengan sendirinya "Peduli apa mereka dengan diriku ? Tentang perasaanku ? Apa peduli mereka ?!" teriaknya yang tak lagi bisa membendung kesedihannya. Sisa-sisa sakit hatinya semalam langsung mencuat ke permukaan, air matanya mengalir deras.

Kata-kata yang diucapkan oleh kekasihnya semalam [ah, ralat. Maksudnya mantan kekasih] masih berhasil membuat dadanya sedikit sesak, hatinya ngilu, dan perasaannya sakit. Entah berapa banyak air mata yang ia punya karena lihatlah sekarang ia masih bisa menangis dengan derasnya.

Davin segera berdiri dan menenangkan Alana "Duduklah." ucapnya sambil memegangi kedua lengan wanita itu dan menggiringnya kembali menuju sofa. Ia segera mengeluarkan sapu tangan biru dongker miliknya dan menyapukannya pada wajah Alana "Kau bisa ceritakan semuanya padaku." tuturnya lembut. Tangan kanan Alana segera mengambil sapu tangan yang ada di wajahnya lalu menyeka air matanya sendiri, membuat pria di sebelahnya langsung menghela napas panjang.

"Aku—" Alana kembali menyeka air matanya sebelum melanjutkan kata-katanya "Aku tidak merasa memperdulikan diriku Dav. Mereka hanya— hanya mementingkan keinginan mereka yang egois." tuturnya yang lebih terdengar seperti bisikan di telinga Davin. Ia terus mengarahkan matanya untuk memandangi wanita di sebelahnya dengan iba, rasanya ia sendiri bisa merasakan apa yang sedang dirasakan Alana sekarang.

"Aku masih muda dan aku bisa mengatur masa depanku sendiri." tambahnya lagi lalu menyeka sisa air matanya yang jatuh "Bagaimana mungkin mereka bisa sekejam itu padaku ? Benar-benar egois."

"Lalu— bagaimana hubunganmu dengan Jullian ?" tanyanya saat ia melihat tangis wanita di sebelahnya mulai mereda. Tidak disangka, air matanya malah turun lebih banyak lagi "Dia memutuskan hubungan kami. Padahal—" bahunya berguncang kencang "Aku tidak menginginkan ini terjadi, aku tidak mau !"

Davin menggerakkan tangannya untuk mengusap punggung Alana lembut, mencoba menenangkannya. Ia tidak menyangka kalau semua hal ini pada akhirnya akan terjadi juga "Kau bisa katakan langsung padanya mengenai perasaanmu."

Alana menggeleng lesu "Dia akan pindah dari New York. Dia akan pergi." ucapnya putus asa, air matanya yang kembali jatuh dibiarkan turun begitu saja.

Davin mengambil beberapa lembar tisu yang ada di atas meja lalu menyeka air mata yang jatuh itu. Sejujurnya ia juga sangat terkejut mendengar kabar yang sangat tiba-tiba ini, ia tidak menyangka bahwa pada akhirnya Jullian sendirilah yang akan menyerah dan melepaskan wanita pujaannya.

Benarkah dia akan pergi ? dari New York ?

"Apa lagi yang dia katakan padamu ?"

Jeda beberapa detik sebelum jawaban diberikan "Dia akan atur pertemuan terakhir kami sebelum dia pergi." jawabnya dengan tatap mata sayu, Davin bahkan bisa melihat kekosongan di dalam sana. Ia menghela napas berat "Aku akan coba bicara padanya jika kau mengijinkan aku."

Alana yang mendengarnya langsung menoleh dengan tatap sayu "Dia tidak akan mendengarkanmu lagi Davin." tuturnya lalu kembali mengalihkan pandangannya "Dia sudah menjadikanmu musuhnya." jawaban itu terasa menohok perasaan Davin yang juga langsung mengalihkan pandangannya. Bayangan mengenai pertengkaran di hari itu kembali terlintas dalam benaknya, lalu kemudian ia kembali memandangi Alana yang terlihat gamang "Apa yang bisa aku lakukan untukmu. Katakanlah."

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang