19. Mad

37K 1.7K 85
                                    

Cerita ini adalah murni buah pikiranku sendiri. Jika ada cerita yang mirip atau menjiplak dengan cerita ini bisa sampaikan langsung ke aku. Stay healthy everyone, i love you !!

Enjoy and happy reading y'all 💞

*

"Kau sudah bangun ?"

Alana mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Hanya melihat sekelilingnya yang berbayang saja ia tahu ini bukan di rumah ataupun apartment miliknya. Ia mengalihkan pandangannya ke samping, matanya terbuka sempurna saat melihat pria yang juga sedang menatapnya dengan khawatir.

"Davin ?!" pekiknya kaget. Ia segera bangun dari posisinya dan menutup tubuhnya dengan selimut. Davin yang melihatnya jadi gelagapan sendiri

"T-tenanglah Alana."

Alana segera memeriksa tubuh di balik selimutnya. Wajahnya memanas saat ia sadar piyama siapa yang sedang dipakainya sekarang, ia menghujamkan tatapan tajamnya pada Davin.

"Pelayanku yang mengganti bajumu, bukan aku." ujar Davin seakan tahu dengan pertanyaan yang akan dilontarkan oleh wanita di hadapannya saat ini. Mendengar itu, wajah Alana melunak. Ia melemparkan pandangannya pada tempat lain

"Kenapa kau tidak pulangkan aku ke rumahku ?" tanyanya ketus

Davin menghela napas pelan sebelum memulai penjelasannya "Kau pingsan semalam saat di club, kau ingat ?"

Ada jeda beberapa detik sebelum sebuah gelengan diberikan oleh Alana "Apa yang terjadi ?"

"Kau pingsan. Dan- karena jarak club menuju rumah sakit lumayan jauh, aku membawamu kesini dan memanggil dokter ku untuk datang." jawab Davin "Aku tidak tahu dimana rumahmu, jadi-"

Alana manggut-manggut mendengarnya lalu mengalihkan pandangannya pada Davin. Cahaya matahari yang membelakangi pria itu, dan perawakan tubuhnya yang teelihat jelas dalam balutan kaus putih menjadi pemandangan yang memanja mata bagi Alana. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya lagi untuk memulihkan kesadarannya, kepala yang berat dan ia yakin sedang berhalusinasi.

"Jam berapa sekarang ?"

Davin melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya "9 pagi."

"Kau tidak pergi ke kantor ?"

"Aku tunda semua untuk besok. Tidak mungkin aku meninggalkanmu sendiri disini, kan ?"

Alana tertawa pelan "Terima kasih untuk bantuanmu, aku akan pulang setelah ini."

Davin meletakkan pembatas buku pada bagian tengah bukunya "Kau yakin baik-baik saja ? Lebih baik periksakan dirimu ke rumah sakit." buku ditutup dan ia meletakkannya pada sebuah nakas kecil di dekat kasur. Alana menggeleng "Aku hanya butuh istirahat." ucapnya singkat.

"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Ayo."

Alana kembali membuka selimutnya dan berdiri dengan sangat perlahan. Ia tidak mau terlihat lemah lagi hari ini. Davin yang sudah berdiri, menunggu wanita itu berjalan mendahuluinya. Ia takut jika tiba-tiba wanita itu terjatuh tanpa sepengetahuannya "Kau bisa ?"

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang