48. No, Thanks.

13.7K 565 52
                                    

Seneng banget bacain komen kalian yang super antusias ngikutin alur cerita ini :( makasih banyak yaa !! Stay safe, healthy, dan jaga imunitas tubuh kalian. ILY !

Happy reading everyone 💫

*

48

"Davin belum pulang ?"

"Aku malah berharap dia tidak kembali." suara tawa terbahak-bahak Brianna di seberang sana terdengar jelas pada telinga Alana. Ia menghembuskan asap putih dari mulutnya "Rasanya aku ingin cepat-cepat pergi dari sini Brinn. Bekerja seperti biasa dan tidak harus bertemu dengannya."

"Semua baik-baik saja ? Kalian pasti menghabiskan waktu dengan sangat baik."

Alana mendengus "Terserah padamu. Tapi aku benar-benar sudah tidak sabar untuk segera pergi dari sini." sebelah tangannya kembali mengantuk-antukkan batang tembakaunya di dalam asbak lalu menghisapnya kembali.

"Kau tahu ? Lucu rasanya saat membaca majalah dimana dirimu dipotret dengan wajah cemberut sementara Davin terus menggodamu. Kalian benar-benar serasi." mendengar itu, Alana jadi menggeliat geli membayangkan bagaimana orang banyak mulai menelisik kehidupan pribadinya yang memalukan itu.

"Aku pasti terlihat memalukan disana." tidak berapa lama, Alana langsung terkejut begitu pintu kamarnya didobrak tiba-tiba. Matanya terbelalak begitu Davin, dalam setelan jas mahalnya melangkah masuk dan merampas batang tembakau yang ada di mulutnya "Tidak boleh ada asap di rumah ini." tangannya yang lain mengambil bungkus rokok milik Alana lalu meremasnya hingga hancur "Davin ! Apa yang kau—" ia membulatkan mulutnya begitu melihat rokok-rokoknya diinjak tak tersisa oleh Davin.

"Apa kau tidak tahu ini berbahaya ?" tanya Davin lalu menggeleng-gelengkan kepalanya "Berhenti merokok Alana. Ini buruk untuk kesehatanmu." Alana menghentakkan tubuhnya kesal "Lalu apa urusannya denganmu ?!"

"Denganku ? Tentu ada." pria itu memajukan sedikit tubuhnya "Aku mau rahimmu tetap sehat Alana, agar bisa melahirkan banyak anak untuk kita." wajah Alana merah padam mendengar itu "Anak ?! Jangan sinting ! Aku tidak akan mau punya anak denganmu !" Davin hanya menyeringai tipis dibalik wajah kakunya "Kau pasti mau Alana. Aku akan pastikan itu.

"Tidak !" tangannya hendak meraih puntung rokoknya yang terinjak namun langsung ditahan oleh Davin yang mendorongnya kembali ke kasur "Davin !"

Davin berdecak pelan sebelum akhirnya mengambil semua rokok itu lalu membawanya keluar, menyisakan Alana dalam wajah marahnya "Pria gila !" umpatnya kencang yang hanya membuat Davib menggelengkan kepalanya kembali sambil menuruni anak tangga. Suara tawa yang sayup-sayup terdengar dari ponsel membuat wajah Alana kembali merah padam. Ya, Brianna masih disana "Ha—halo."

"Kalian benar-benar lucu. Bukankah sudah kukatakan dulu ? Davin akan jadi suami yang baik untukmu. Lihat ? Bahkan dia sudah mulai menginginkan yang lain."

Mendengar suara tawa wanita itu yang seakan meledeknya, Alana dengan cepat mematikan panggilannya. Lalu merebahkan dirinya ke atas kasur dengan hati panas "Pria aneh, bisa-bisanya dia seperti itu padaku. Lihat saja, jika dia masih semena-mena padaku aku
akan—"

"Akan apa ?" sontak Alana menolehkan kepalanya kembali dan langsung terperanjat begitu melihat Davin sudah ada di ambang pintu kamarnya yang belum tertutup. Pria itu kemudian masuk dan mengunci pintu "Kau akan apa ?"  langkahnya semakin maju dan reflek membuat Alana beringsut mundur di kasurnya.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang