Gimana kabar kalian selama karantina ini ?? Aku harap kalian semua baik-baik aja ya. Cerita ini aku buat dengan buah pemikiranku sendiri, jika ada kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan saja ya. Terima kasih :)
Happy reading and enjoy 💞
*
37
"Kau akan ke Noorbrijk cafe ?"
Alana kembali memandangi wajahnya yang terpantul melalui bayangan cermin kecil yang dipegangnya sekarang "Iya Brinn. Jangan lupa untuk siapkan semuanya."
"Baiklah. Aku akan menjemputmu nanti jam 5 sore. Selamat bersenang-senang."
Panggilan selesai dan layar ponselnya langsung mati dengan sendirinya. Alana kembali menyisir rambut panjangnya yang kini berwarna hitam legam, Brianna sudah merubah warnanya semalam untuk sesi pemotretan yang akan dilakukannya nanti. Setelah selesai, ia kembali memandangi pemandangan di sepanjang jalan kota New York sangat ramai sore hari ini. Mobil terus melaju hingga sang supir menepikannya di tepi sebuah jalan yang tidak begitu ramai karena letak tempat yang dituju memang ada di tepi kota New York. Alana berpikir bahwa pria yang mengajaknya bertemu sudah sangat paham dengan dirinya yang selalu menjadi incaran paparazzi serta kerumunan penggemar yang bisa menghalanginya kemanapun ia pergi, itulah alasan mengapa ia memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe bernuansa kuno yang berada di tepian kota.
Alana melangkahkan kakinya begitu seorang supir membukakan pintu mobilnya. Suara bel pada pintu masuk membuat beberapa pelayan dengan tampilan jadul menoleh dan menyapanya hangat. Alana hanya membalasnya dengan senyum ramah sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya dan duduk di hadapan seorang pria yang mungkin sejak tadi sudah menunggunya "Hai." sapanya yang langsung dibalas dengan senyum hangat penuh wibawa khas pria itu. Ada yang berbeda kali ini, hanya sekilas saja ia bisa melihat mata pria di hadapannya lebih berbinar daripada biasanya "Maaf membuatmu menunggu." tuturnya dengan senyum biasa.
"Tidak masalah. Senang bisa melihatmu lagi." Alana mengangguk pelan. Beberapa detik berlalu tanpa pembicaraan di antara mereka dan ia sadar bahwa ia merindukan tatap mata teduh dari calon tunangan yang sudah dijodohkan dengannya itu. Ya, sore ini ia kembali bertemu dengan Davin sejak terakhir pertemuan mereka di Paris waktu itu. Rasanya lama sekali sejak malam itu berlalu, padahal belum genap sepuluh hari berjalan.
"Pekerjaanmu berjalan lancar ?" tanya Alana memulai pembicaraan yang langsung dibalas anggukan oleh Davin "Aku mengusahakannya. Bagaimana denganmu ? Kau akan pergi ke Southampton sore ini kan ?" seorang pelayan datang dengan senyum ramahnya lalu meletakkan dua gelas minuman di atas meja dan kembali pergi dari situ. Alana mengambil satu gelas yang ada "Iya, ada beberapa pemotretan yang harus kulakukan malam nanti." ucapnya lalu menyeruput minuman yang ada di gelasnya yang ternyata adalah susu hangat dan membuat dahinya mengernyit bingung "Kenapa kau pesankan aku susu ? Ini sore hari Dav, bukan pagi." mendengar itu, Davin justru menderai tawa ringannya "Kau harus menaikkan berat badanmu Alana. Aku tidak mau sesuatu terjadi padamu karena diet ketat yang kau lakukan."
Alana berdecak pelan meskipun ia tak memungkiri adanya perasaan hangat dalam hatinya mendengar kalimat yang sangat sederhana itu "Baiklah, terima kasih." ia kembali menyeruput susu di gelasnya sementara Davin memandanginya dalam diam. Semesta pun tahu jika di dalam lubuk hatinya ia sangat merindukan wanita yang duduk di hadapannya sekarang ini, hanya saja terkadang ia bingung bagaimana harus mengekspresikannya. Alana mengambil ponselnya dari dalam tas saat sebuah pesan masuk. Ia menggerakkan tangannya untuk membukanya lalu membacanya, dan matanya langsung membulat seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN | END
Roman d'amourFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Siapa yang tidak kenal dengan Alana Haynsworth? Supermodel dunia dengan kecantikan luar biasa yang selalu menjadi incaran banyak pria. Wajahnya selalu terpampang indah di setiap majalah kenamaan, brand-brand terbaik dunia...