Cerita ini dalam proses REVISI ! jadi kalo misal ada yang merasa kurang nyambung atau aneh tolong dimaklumi ya ^^
HAPPY READING 🌠
*
07
"Sejak itulah aku mulai menyukainya." tandas Jullian mengakhiri cerita panjang lebarnya sambil meletakkan gelas teh di tangannya ke atas meja.
Davin mengangguk-angguk pelan mendengar penjelasan Jullian yang sangat panjang itu. Ia memang tidak terlalu tekejut mendengar banyak pria yang jatuh cinta pada wanita 'tukang bunga' yang berdebat dengannya tadi. Mengingat ia punya wajah yang sangat cantik, dan bentuk tubuh yang sangat sempurna. Meski sikap wanita itu—ah, sudahlah. Davin tidak ingin mengingatnya lagi.
"Bagaimana dengan Flare?" tanya Davin langsung
"Flare?"
Davin mengangguk "Bukankah kau masih berhubungan dengannya?" Jullian tertawa pelan mendengar itu
"Sejak kapan aku memiliki hubungan semacam itu dengannya? Ayolah Dav, kami hanya bercinta dan hal itu tidak butuh adanya hubungan resmi."
"Kau benar-benar seorang player sejati Jullian. Entah sampai kapan sifat itu hilang dari dalam dirimu."
Pria berjas abu-abu tua di hadapannya kembali tergelak "Aku senang menjadi seorang player Dav. Aku bisa dapatkan wanita manapun yang aku mau, termasuk Alana." tuturnya lalu menghela napas panjang "Hanya saja—wanita itu berbeda, entah mengapa aku sangat segan padanya. Rasanya takut untuk berbuat aneh-aneh di hadapannya."
"Bukankah itu bagus? Dia bisa merubahmu menjadi lebih baik." ucap Davin sambil sesekali mencoret-coret proposal yang ada di tangannya. Pekerjaan sehari-hari yang menentukan nasib perusahaannya.
"Aku harap begitu."
Davin kembali mengangkat kepalanya memandangi Jullian lalu meletakkan pena emas di hadapannya "Entah mengapa aku tidak yakin kalian bisa menjalin hubungan bersama nanti."
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan kami?" gurau Jullian yang langsung bersambut seringai lebar, "Kalian berdua memiliki sifat player yang sangat alamiah. Dan itu sangat berbahaya dalam sebuah hubungan."
Jullian menghela napas berat lalu menyandarkan punggungnya ke kursi "Aku akan setia padanya Dav. Rasanya seperti ada perasaan lain yang belum pernah aku rasakan selama ini pada wanita lain."
Davin menaikkan sudut bibirnya sembari membayangkan perasaan semacam itu, yang pernah dirasakannya juga. Perasaan yang sepertinya memiliki arti tersendiri saat siapapun merasakan indahnya jatuh cinta.
*
"Apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat melihatnya?" tanya Davin penasaran sembari menyuapkan sepotong steak pada garpu di tangannya.
Mereka melanjutkan perbincangan santai mereka pada sebuah restaurant steak bintang lima milik Jullian yang terletak di tengah kota. Jalanan yang padat merayap, dan suara klakson kendaraan yang bersahut-sahutan sama sekali tidak menganggu mereka yang berada di balik bilik kaca berinterior classic ini.
Jullian menenggak wine di tangannya lalu meletakkannya kembali "Dia spesial. Hanya itu yang terlintas setiap kali aku melihatnya."
"Kau tidak punya alasan yang lebih spesifik?"Jullian menaikkan sebelah alisnya mendengar itu "Dia wanita yang berbeda Dav. Dia cantik dan sempurna. Memiliki karir yang bagus dan masa depan yang sempurna. Itu akan membuat pria manapun tidak merasa terbebani." jawabnya lalu menyeruput wine nya kembali.
"Bagaimana kau bisa tahu banyak tentangnya?" tanyanya curiga "Ah, aku lupa. Kau menyukainya sejak lama. Itu cukup menjadi alasan kalau kau tahu banyak tentangnya."
Jullian mengangguk mantap dengan pernyataan itu. Davin membalasnya dengan sebuah dengusan pelan "Lagipula kau hanya perlu membayar beberapa orang untuk mencari informasi tentangnya. Aku benar?"
"Ayolah, sebagai sahabat jangan membuka kartu AS ku seperti itu." gurau Jullian seraya memotong daging di hadapannya, "Tapi mungkin aku akan melakukannya jika ia terus menerus menolakku."
"Kau benar-benar terobsesi padanya Jullian. Jangan sampai kau gila dibuatnya."
"Aku hanya tidak bisa mengontrol perasaan ini. Tapi aku akan berusaha agar tidak terlihat berlebihan di hadapannya." jawab Jullian lalu tersenyum senang mendengar kata-katanya sendiri "Bukankah itu baik?" Davin hanya menangggapinya dengan gelengan kepala pasrah miliknya.
Mereka kembali larut dalam perbincangan yang belum terhenti ini. Davin yang terus menyantap makanannya, hanya sesekali menanggapi paragraf panjang yang dilontarkan oleh sahabatnya, Jullian. Persahabatan yang sudah terjalin sejak mereka masih di bangku sekolah membuat siapapun akan menyangka mereka berdua adalah saudara.
*
"Sebenarnya aku sudah menyukainya sejak lama. Dan—hubunganku dengan beberapa temannya hanya salah satu caraku untuk mengetahui informasi tentangnya. Begitulah caraku."
"Benarkah? Itu terdengar seperti bukan kau."
Jullian menyeringai masam mendengar itu "Harus berapa kali aku katakan jika ia berbeda Dav? Aku tidak mungkin melakukan cara picisan semacam itu padanya."
"Mempermainkan banyak hati wanita hanya untuk satu tujuan yang belum tentu akan kau capai. Sungguh hebat."
"Aku akan mendapatkannya. Lihat saja nanti."
Davin tersenyum menanggapinya mari kita lihat bagaimana perjuangannya ke depan. Dan reaksi si gadis 'tukang bunga' itu
TBC
SHORT CHAPTER :) jangan lupa tinggalkan jejak ya. Terima kasih banyak :)
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN | END
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Siapa yang tidak kenal dengan Alana Haynsworth? Supermodel dunia dengan kecantikan luar biasa yang selalu menjadi incaran banyak pria. Wajahnya selalu terpampang indah di setiap majalah kenamaan, brand-brand terbaik dunia...