50. Dissapointed

16.2K 1.2K 163
                                    

Kembali lagi dengan update an terbaru hehe. Sekali lagi para pembaca diharap sabar dan mohon tenang ya wkwk. Terimakasih karena terus mau meluangkan waktu untuk cerita ini. Love ya !!

Happy reading 💫

*

50

Kau bertemu dengannya lagi Alana ?

Alana meggerutu dalam hatinya sore ini. Pesan itu sudah masuk dua hari yang lalu, namun ia belum sempat membalasnya karena sibuk. Dan ia yakin, si pengirim pesan itu pasti akan marah padanya selain karena hal yang ia tanyakan tentunya. Ia mengangkat wajahnya kembali dan memandangi jendela geser di hadapannya dengan gamang.

Berita tentang pertemuan seorang supermodel bernama Alana Haynsworth dengan konglomerat kuliner bernama Jullian Ashton menjadi besar di dunia maya. Apalagi kalau bukan karena keduanya yang masih terlihat akrab, hingga akhirnya semua kembali teringat dengan status yang pernah mereka sandang dulunya. Alana sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, dan malah ia telah memperkirakannya. Yang ia permasalahkan adalah kecerobohannya tentang bagaimana jika seseorang yang sudah mengiriminya pesan ini tahu tentang hal itu. Alana berdecak pelan, harusnya ia menyadari itu sejak awal. Statusnya tidaklah lagi sama seperti sebelumnya. Harusnya ia sadar itu !

Pandangannya kembali turun pada layar ponselnya yang masih menunjukkan pesan yang belum terbalas. Sebenarnya ia juga tidak tahu harus membalas apa, tidak ada benteng yang bisa kembali membuatnya berkilah atau bersembunyi. Helaan napas panjang terdengar setelahnya, bagaimana ini—

Pikirannya terus terfokus pada layar ponselnya, hingga suara deritan pintu yang terbuka bersamaan dengan suara langkah sepatu pria yang terdengar keras tidak disadarinya "Kau belum membalas pesanku ?" sontak, Alana menoleh cepat dan matanya terbelalak lebar
"D—Davin ?!" ia ingin tidak mempercayai penglihatannya saat ini. Tapi Davin ada disana, bersandar pada dinding dengan sorot mata dingin dan wajah kaku, kedua tangannya terlipat di depan dada dengan otot di seluruh tubuhnya yang menegang tanda pria itu sedang menahan amarah.

"A—apa yang kau lakukan disini ?" tanya Alana gelagapan, padahal ia sendiri bukannya tidak tahu kalau pria itu sengaja datang jauh-jauh dari New York hanya untuk menanyakan kebenaran berita yang dibacanya. Ya, itu bukan hal yang baru baginya mengingat bagaimana posesifnya seorang Davin yang jadi menyeramkan hanya karena sebuah bunga yang ditujukan untuknya. Atau saat ia menyapa teman prianya yang lain.

Davin mengatupkan rahang kukuhnya yang bercambang tipis dengan kuat, menambah ketegangan bagi Alana yang melihatnya. Langkah kakinya membawa pria itu untuk kembali duduk bersebelahan dengan Alana setelah kurang lebih satu minggu mereka berpisah. Reflek, Alana memundurkan sedikit tubuhnya dan menambah jarak di antara mereka. Ia menundukkan wajahnya, menghindari temu tatap dengan suaminya yang tengah menghujamkan tatap amarah yang mungkin bisa saja menembus matanya. Alana sadar meski sorot mata itu terlihat dingin, tetap saja terasa letupan-letupan api kemarahan yang berkobar dengan sangat hebat disana.

"Kau bertemu dengannya lagi Alana ?" Alana sempat melirik Davin sekilas lalu mengangguk tipis. Kedua tangannya yang ia tautkan mulai diremas-remas dengan gugup "Ha—hanya dua kali."

"Hanya dua kali katamu ?" balas Davin membeliakkan matanya marah "Apa kau lupa kalau aku sudah melarangmu untuk bertemu dengannya ?! Kau lupa ?!" nada bicaranya yang cukup menggelegar pada pendengarannya membuat nyali Alana jadi ciut. Ia belum pernah bertemu dengan sisi Davin yang seperti ini, apalagi setelah pria itu kemudian berdiri membelakanginya dengan wajah frustrasi.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang