Untuk beberapa cast udah aku publish di gambar di atas judul ya. Nah, tinggal tebak yang mana jadi siapa hehe. Cerita ini dilanjutkan dalam alur yang BARU, bukan seperti yang pernah dipublish sebelumnya. Harap kalian memahaminya ya reader :)
Happy reading y'all 💫
*
Jullian kembali menghembuskan asap rokoknya sambil terus memeriksa layar ponselnya gelisah. Ini sudah ke sekian puluh kalinya ia terus mengulangi kegiatannya. Para pelayan yang berlalu lalang serta tamu yang datang dan pergi sama sekali tidak menganggu konsentrasinya.
Sore ini ia sedang berada di restaurant bintang lima nya yang berada di tengah kota New York. Dua gelas martini telah ia habiskan untuk mengatasi kebosanannya ini. Suara helaan nafas yang berat terdengar beberapa kali keluar dari mulutnya bersamaan dengan asap putih yang berhembus.
Para pelayan yang berlalu lalang melayani tamu yang terus saja datang sama sekali tidak menganggu fokusnya. Aroma daging panggang dengan zaitun bahkan tidak membuatnya tergugah sekalipun.
Ia menggerakkan jarinya untuk mengirim pesan. Meski ia tahu, orang itu juga sangat sibuk dan belum tentu dapat membalas pesannya.
*
Davin meletakkan ponselnya di atas meja lalu menjambak rambutnya pelan.
Informasi yang baru saja didengarnya langsung membuat kepalanya sakit. Pembatalan sebuah kerjasama karena satu dan lain hal selalu berhasil membuat darahnya naik. Tidak ada hal lain yang bisa membuatnya marah selain hal ini. Ia memijat pelipisnya pelan, berusaha menetralkan kembali kemarahannya.
ddrtt... ddrtt...
Davin kembali membuka matanya dan melihat pesan yang muncul pada ponselnya. Ia langsung membukanya dan membaca pesan itu.
Hei Dav, apa aku menganggumu ?
"Sangat." Ia segera menggerakkan jarinya untuk membalas pesan itu
Tidak juga. Ada apa ?
Kau mau lihat sesuatu ?
Davin mengerutkan dahinya membaca itu "Lihat apa? Apa ada yang lebih penting dari yang aku ketahui tadi? Tentang pembatalan kerjasama itu?" ocehnya pada dirinya sendiri.
Apa ?
Alana baru saja membalas pesanku dan ia mengirimiku sebuah foto. Kau harus melihatnya
"Baiklah, dan sebenarnya aku tidak ada urusan dengannya." gerutunya kesal lalu meletakkan kembali ponsel hitam miliknya ke atas meja dan menatap layar laptopnya.
Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi lagi. Ia tetap memfokuskan pandangannya pada layar laptop di hadapannya dan berusaha menutup telinga dari suara notifikasi yang terus saja masuk. Juga melupakan gambar yang ingin ditunjukkan oleh sahabatnya, Jullian.
Suara jarum detik waktu yang terus bergerak pada jam dinding dan suara deru pelan pendingin ruangan memenuhi ruangan kerjanya saat ini. Hanya Davin yang bisa mendengar suara berisik pada kepalanya, yang terus mencoba untuk meredam amarah.
Ia memang bukan termasuk orang yang suka melampiaskan kekesalannya pada orang lain. Memendamnya dan menyelesaikannya sendiri adalah cara terbaik menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN | END
RomantikFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Siapa yang tidak kenal dengan Alana Haynsworth? Supermodel dunia dengan kecantikan luar biasa yang selalu menjadi incaran banyak pria. Wajahnya selalu terpampang indah di setiap majalah kenamaan, brand-brand terbaik dunia...