23. Counting

37K 1.6K 199
                                    

Aku seneng banget bisa update sesering ini. Aku harap cerita ini bisa menemani kebosanan kalian yang lagi #workandlearndfromhome ya !! Kalo ada yang mau sharing juga bisa banget ^^

Stay safe, healthy, hygiene and happy reading y'all 💞

*

23

"Apa kalian yakin dengan perjodohan ini ?"

Phill mengangguk mantap "Kau tahu kan aku tidak pernah bercanda pada apa yang aku katakan." ucapnya lalu menghabiskan sisa wine di gelasnya "Aku sangat yakin pada keputusan ini nak."

Elena mengangguk "Kau pria yang baik Davin, dan— kami berdua yakin kau akan bisa menjadi pendamping yang tepat untuk Alana."

Davin menghela napas berat mendengarnya "Aku hanya—" Helen segera menangkup tangan kiri anaknya dengan hangat "Tenanglah nak, semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah."

"Lagipula—" Brook berdeham sejenak "Alana adalah anak yang baik. Aku suka dengan caranya berbicara dengan santai di atas panggung waktu itu. Dia sangat menawan." suara tawa Phill terdengar setelahnya "Putriku memang sangat pandai menarik hati orang banyak."

Davin hanya bisa menunjukkan senyum pahitnya. Mengingat bagaimana keadaan hubungan mereka sekarang saja sudah membuatnya putus asa untuk menjalankan ide gila yang sangat mendadak ini. Ia yakin, wanita itu tidak akan mau menemuinya lagi setelah malam ini berlalu.

"Aku punya kekasih, begitu juga dengannya."

Kedua pasangan yang tengah berbincang itu segera berhenti berbicara. "Aku tidak pernah menganggap Emily itu kekasihmu nak. Lihat tingkahnya yang memalukan itu." Elena mengurai tawanya mendengar sahabatnya berbicara seperti itu "Dan aku juga sering mendengar bagaimana perlakuan Jullian pada putriku. Sangat disayangkan, padahal ia tampan dan kaya."

"Kami tidak memaksa kalian untuk menikah. Hanya saja, cobalah untuk mendekatkan diri kalian dulu. Bukankah kalian sudah saling mengenal ?" Davin mengangguk lesu "Aku tidak menjanjikan apapun yang baik, tapi akan kucoba."

*flashback off

Sudah hampir dua minggu berlalu sejak acara makan malam perjodohan itu berlangsung. Dan sejak saat itu juga belum ada komunikasi lebih lanjut di antara dua belah insan yang telah dijodohkan. Mereka masih sama-sama sibuk dengan urusannya.

Dibalik suara detik jam yang terus bergerak, Davin tengah membolak-balikkan halaman demi halaman proposal di hadapannya dengan kesal. Ia mencoba untuk fokus dan memahami isi tiap lembar yang ada, namun gagal. Waktu terus saja menariknya pada malam yang telah berlalu, memaksanya untuk mengingat perjodohan sial yang telah ia lewati.

"Astaga.." Davin mengacak-acak rambutnya kesal lalu memandang kertas di hadapannya kosong. Ia sadar sekeras apapun dia mencoba, fokusnya tidak akan kembali sekarang. Pikirannya hanya mau memikirkan masalah perjodohan itu, dan Alana.

Baik Davin maupun Alana, mereka sama-sama merahasiakan kabar ini dari media dan beberapa orang. Dari kekasih mereka terutama. Namun lambat laun, kabar ini pasti akan didengar banyak orang dan mungkin akan jadi kenyataan (?) siapa yang tau.

Davin membalikkan kursinya menuju dinding kaca yang membatasi ruangannya dengan dunia luar lalu melempar pandangannya pada langit berwarna biru cerah yang ada diluar sana.

Apa yang harus aku lakukan ?

Beratus-ratus kilometer darisitu, seorang wanita berambut perak juga tengah memandangi langit biru dalam keterdiaman. Asap putih yang mengepul berhembus dari bibir mungilnya dengan berat. Ia menghela napas panjang.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang