02. Boss

101K 3.2K 106
                                    

DON'T FORGET TO SHARE THIS STORY WITH YOUR FRIENDS! Big thanks teruntuk semua yang selalu menunggu cerita ini update.

HAPPY READING AND ENJOY 🌠

*

02

Seorang pria ber-jas abu-abu gelap, sedang berdiri dengan tegapnya di tepi sebuah dinding kaca. Sinar mentari yang cerah nampak menyinari rambut tebal berwarna tembaga miliknya. Mata cokelat gelapnya terus mengawasi semua orang yang sedang beraktifitas di bawah sana. Bibirnya terus terkunci sejak tadi, dan kebetulan tidak ada juga yang berani menganggunya. Sampai seseorang menyapanya ramah.

"Hai, Tuan yang sedang melamun."

Davin menoleh datar mendengar itu, "Aku tidak sedang melamun." ucapnya yang langsung dibalas kekehan, "Lalu apa yang sedang kau lakukan? Bisa beritahu aku?" tanyanya penasaran sambil menyunggingkan senyumnya pada beberapa karyawan wanita yang lewat. Melempar senyum sama saja melempar umpan menurut Jasson, walau penampilannya tak perlu diragukan lagi.

Davin kembali mengedarkan pandangannya keluar jendela, memandangi langit biru yang ada di atas sana "Aku hanya sedang berpikir." jawabnya.

"Tentang?"

"Sebuah hadiah."

Jasson mengangkat satu alisnya mendengar itu "Hadiah?" Davin mengangguk.


"Ayolah Dav, bisakah kau menjelaskannya dengan lebih jelas?" tanya Jasson kesal, walau ia tahu Davin bukan orang yang senang bicara banyak. Ya, ia tahu itu! Dan sikap itulah yang terkadang membuatnya kesal.

Davin menghela napas berat "Emily akan berulang tahun sebentar lagi, dan aku tidak tau hadiah apa yang harus aku berikan padanya." ucapnya akhirnya.

Jasson memutar bola matanya malas mendengar itu "Kau memikirkan Emily sejak tadi?" ia tertawa sinis "Untuk apa kau masih memikirkan jalang itu?"

Davin melirik tajam pada Jasson "Jangan memanggilnya dengan sebutan 'jalang'."

"Baiklah-baiklah, maafkan aku."

"Lebih baik kau membantuku memikirkan hadiah apa yang cocok untuknya."

Jasson berdecak pelan lalu mulai memutar otaknya untuk memikirkan beberapa barang yang mungkin disukai oleh wanita, Padahal apa susahnya memberikan hadiah untuk wanita gila uang sepertinya. Kalau saja Davin bukan sahabatku, mungkin aku sudah mengata-ngatai wanitanya itu. Melelahkan

"Kenapa kau tidak memberikannya bunga?" jawab Jasson akhirnya, menepis semua perkataan buruk yang ada di pikirannya. Bagaimanapun juga, Davin adalah sahabatnya, dan ia menghormati apapun pilihan pria itu.

"Bunga?" tanya Davin balik.

"Ya, sebuah karangan bunga berukuran kecil dengan secarik surat mungkin akan menjadi hadiah yang bagus untuknya."

Davin mengalihkan pandangannya dan berpikir untuk beberapa saat "Dimana aku bisa mendapatkannya?" tanyanya bingung, "Kau tahu aku tidak pernah membeli karangan bunga semacam itu kan?"

Jasson tersenyum senang "Aku tau toko bunga yang menjual karangan bunga seperti itu."

"Benarkah ?"

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang