21. Run(way)

38.3K 1.6K 112
                                    

Hey guys, jangan lupa untuk baca ceritaku yang lainnya dan cuap-cuap penyemangat ya. Disana aku ngomongin atau ngejelasin soal cerita-ceritaku ini. Aku harap kalian baca supaya paham ya. Terima kasih~

Enjoy and happy reading everyone !

*

21

Brianna melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Wajah datarnya berubah bingung begitu melihat Alana tertawa sendirian sambil memandangi ponselnya "Ada apa denganmu ?" tanyanya lalu meletakkan baju-baju yang dibawanya ke atas kasur. Alana [masih dalam sisa tawanya] mengangkat kepala lalu menggeleng "Hanya membaca komentar teman-temanku soal berita pagi ini. Ibuku bahkan geleng-geleng kepala membacanya."

Brianna mendengus pelan mendengar itu "Sesekali memang baik memberi mereka pelajaran." ujarnya lalu duduk di atas kasur.

Alana meletakkan ponselnya lalu beranjak dari tempatnya duduk "Kau sudah siapkan semuanya ?" tangan kanannya bergerak untuk memasukkan barang-barang yang akan dibawa besok.

"Sudah, kopermu sudah rapi dibawah. Hanya tinggal merapikan beberapa baju ini, dan kita siap berangkat."

Alana manggut-manggut mendengarnya "Dan ngomong-ngomong 3 hari setelah kita kembali, ibuku mengajakku makan malam bersama teman-temannya." tuturnya lalu menghela napas panjang "Aku bingung memilih baju untuk malam itu, bisa kau pilihkan satu untukku ?"

Briana tertawa "Kau bisa membelinya lagi. Katakan model seperti apa yang kau mau, aku akan carikan untukmu." Alana nampak berpikir untuk beberapa saat "Sepertinya gaun hitam panjang tertutup tanpa hiasan akan bagus untukku. Aku mau modelnya benar-benar polos dan bahannya harus jatuh agar aku bebas bergerak."

Suara ketikan pada layar ponsel Brianna terdengar cepat "Itu saja ?"

Alana mengangguk mantap "Itu saja. Kau harus memilih bahan untuk kulit sensitif sepertiku. Tidak lucu jika aku gatal-gatal pada acara makan malam seformal itu." ucapnya lalu menarik resleting tas kecil miliknya dan melemparnya ke atas kasur "Rasanya aku belum terlalu puas dengan tindakanku Brinn."

Brianna yang tengah mengetik pada ponselnya langsung menoleh bingung mendengar itu "Maksudmu ?" kepulan asap nampak berarak keluar dari bibir Alana, ia tersenyum "Soal sepasang kekasih itu." jawabnya "Aku hanya merasa belum puas memainkan mereka."

Brianna tertawa "Kita tidak ada lagi waktu untuk itu Al. Besok kau harus pergi ke Colorado, lalu Los Angeles untuk runway mu sebagai ambassador. Setelahnya kau ada acara makan malam, dan kita pergi lagi ke Italy. Jadwalmu sangat padat."

Alana yang berada pada sofanya kembali menghembuskan asap batang nikotin yang dihisapnya, matanya mengawang ke langit-langit "Kau benar, aku tidak punya waktu untuk hal semacam itu. Baiklah aku akan diam saja." tangan kanannya mengantuk-antukkan puntung rokoknya pada sebuah asbak marmer berwarna pink "Ibuku tadi bilang, Nyonya Helen sampai menghubunginya untuk meminta maaf padaku."

"Benarkah ? Itu buruk sekali "

"Aku bahkan tidak memperkirakan hal itu terjadi. Tapi biarlah, semua sudah terjadi." tutur Alana santai dan kembali menghisap rokok di tangannya. Brianna selesai melipat baju yang terakhir, merapikan beberapa aksesoris dan memasukkannya ke dalam tas "Kau harus tidur sekarang, jangan sampai kita telat."

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang