39. A Letter

28.4K 1.4K 87
                                    

Makin banyak kasus Corona di Indonesia. Aku harap kalian tetep #dirumahaja ya untuk menjaga keamanan diri kalian sendiri. Stay safe y'all !!

Enjoy 💞

*

39

Alana melangkahkan kakinya di sepanjang pekarangan rumahnya sebelum akhirnya disambut oleh Laurent dan beberapa pelayan yang mengangguk ramah "Selamat malam Nona." sapanya "Aku sudah siapkan hidangan malam untuk anda, dan— ada yang mengirimkan surat ke sini tadi." Alana mengangguk sekilas sambil melepas sepatu yang ia gunakan dan menggantinya dengan sandal bulu berwarna biru muda dengan tulisan merk yang cukup besar pada alasnya.

"Siapa yang mengirimkannya ?" tanyanya. Laurent menggeleng "Tidak ada nama pengirimnya disana. Tapi aku sudah letakkan di meja makan, anda bisa membacanya nanti." senyum ramah Alana terkembang "Baiklah. Terima kasih banyak." setelah itu ia melangkahkan kakinya ke dalam, melewati pintu dengan beberapa jejer pelayan yang menunduk sopan saat ia melewatinya. Langkahnya terus beelanjut menuju ruang makan, dan mendapati sepucuk surat yang diletakkan di dekat guci keramik berisi teh. Seorang pelayan datang tidak berapa lama kemudian, lalu menuangkan teh yang ada di dalam guci setelah memberi anggukan sopan pada Alana. Setelah merapikan beberapa hal, pelayan itu pergi. Menyisakan Alana sendiri dengan surat beramplop hitam yang kini tengah dibukanya. Setelah mengambil selembar surat yang terlipat, ia membukanya lalu mulai membacanya.

Hai. Maaf tiba-tiba mengirimimu surat seperti ini, aku yakin kau sangat terkejut sekarang. Tapi ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan padamu.

Dahi Alana mengernyit membaca paragraf pertama tanpa basa-basi di surat itu. Matanya kembali bergulir untuk membaca paragraf berikutnya.

Aku minta maaf atas semua kesalahan yang pernah aku lakukan padamu Alana. Juga beberapa hal yang menimbulkan keributan di antara kita, termasuk mengenai hubunganmu dengan Davin.

Alana menghembuskan napasnya yang sedikit tertahan sejak tadi. Dalam sedetik pun ia tahu siapa yang menuliskan surat ini.

Hubunganku dengannya memang tidak seindah yang kau bayangkan. Kami bertemu tanpa hal yang begitu mengesankan, lalu tidak lama kami menjadi sepasang kekasih.

Hari itu benar-benar sangat indah untukku. Hidupku yang sangat sepi bisa kembali menghangat karena kehadirannya. Meski ia sering mengabaikanku karena pekerjaannya namun aku sangat menyayangi pria itu. Dengan segenap hatiku.

Raut muka Alana berubah sendu ketika membaca barisan-barisan yang juga mulai dibaca oleh perasaannya.

Aku sangat mencintainya. Lebih dari perasaan apapun yang pernah kuberikan pada pria lain. Dan saat aku melihat dia bersamamu atau ketika kalian akhirnya dijodohkan, hatiku sangat hancur. Kau pasti pernah merasakannya kan ? Davin tidak bisa mengambil keputusan ini karena ia selalu menuruti kedua orangtuanya, dan juga apa yang diperintahkan untuknya.

Kau tahu kalau dia itu tidak mau mengecewakan orang lain kan ? Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak akan pernah melupakan Davin sampai kapanpun, dan aku harap kau mengerti tentang itu.

Aku berharap kau bisa membatalkan perjodohan ini. Ijinkan aku untuk menebus banyak kesalahanku padanya, dan juga dirimu. Terima kasih.

Emily

Suara helaan napas yang panjang terdengar tak lama setelahnya. Alana termenung dengan sinar matanya yang redup, isi surat itu— terlalu menyedihkan di matanya juga menoreh sedikit rasa perih dalam hatinya yang perlahan membuncah. Ia kembali mengangkat kepalanya dan memandangi sekitarnya gamang, bagaimana mungkin ia menyakiti seseorang yang sudah meminta maaf padanya. Dan ia yakin kalau Emily memang benar sejujur itu akan perasaannya pada Davin, meskipun kenyataannya ia sering sekali menemukan wanita itu bersama pria-pria kaya yang mungkin sudah jadi bagian hidupnya. Entahlah, ia tidak tahu. Alana kembali menurunkan pandangannya dan membaca sekilas beberapa kalimat dalam surat itu sebelum akhirnya melipatnya kembali dan memasukkannya ke dalam amplop.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang