Gak pernah nyangka bakalan banyak yang baca cerita ini :( semoga kalian benar-benar terhibur ya. I love u guys !!
Enjoy and happy reading !
*
36
Suara dentingan sendok terdengar agak nyaring di kamar yang sepi ini bersamaan dengan suara televisi yang menyala dan pendingin ruangan yang menderu lembut, sama sekali tidak menganggu pikiran seorang wanita dengan baju tidur yang sedang termenung sejak tadi. Alana menghela napas panjangnya begitu segelas wine berhasil ditenggaknya. Ia meletakkan gelasnya kembali lalu menghisap batang tembakau miliknya.
Sejak tadi, ia berpikir tentang perasaannya. Rasanya sangat baru untuk merasakan sebuah perasaan yang belum pernah dirasakannya sebelum ini. Sebuah perasaan bersalah seperti wanita tidak bertanggung jawab yang sengaja mempermainkan hati pria yang serius padanya. Ia berusaha melupakannya namun tidak bisa, perasaan itu sesekali muncul di hatinya dan membuatnya bingung.
Davin. Ah, Alana benar-benar tidak menyangka pria itu akan datang dengan tiba-tiba dan menemuinya di akhir acara semalam. Sedangkan Jullian, pria yang sudah berjanji padanya justru pergi dan memilih untuk mengurusi hal lain yang menurutnya penting. Hal itu membuatnya terus berpikir tanpa henti sejak tadi. Ia merasa sudah bisa lebih menerima Davin di hidupnya sejak kejadian mengharukan yang terjadi malam itu di antara mereka, hanya saja— huft, Alana menghela napas. Tidak, tidak ada alasan spesifik untuk itu. Lebih tepatnya, ia tidak pernah mau membahas mengenai hal itu. Tidak lama, Brianna masuk ke kamarnya sambil membawa setumpuk file yang lalu diletakkannya di sebelah Alana yang ada di atas kasur.
"Kau hebat Alana." Brianna tertawa pelan sambil menghitung kembali banyaknya proposal yang ia terima "Kau menarik hati banyak designer ternama untuk menjadikanmu ambassador mereka. Lihat ini." Alana hanya menoleh malas mendengar itu dan memandangi kertas pundi-pundi uang di hadapannya dengan datar "Apa aku harus membacanya ?"
Brianna mengangguk "Totalnya ada lima puluh tiga proposal kontrak. Kau bisa membacanya terlebih dahulu, aku akan urus sisanya." sebelah tangannya menyerahkan semua kertas itu lalu mengeluarkan sebuah pena dan memberikannya pada Alana. Brianna merebahkan tubuhnya yang sangat lelah di atas kasur lalu menghela napas panjang "Kau sudah bertemu Davin kemarin ?" tanyanya yang langsung dibalas anggukan oleh Alana yang mulai membaca selembar kertas di hadapannya.
"Aku benar-benar terkejut melihat dia tiba-tiba datang menyapaku dan menanyakan dirimu." Alana juga mengiyakan kata-kata itu dalam hatinya "Kau benar-benar beruntung dijodohkan dengan pria yang mementingkanmu." tuturnya lagi "Tidak seperti dia yang sedang berada di Seattle." Alana tertawa santai mendengar sindiran itu "Benarkah ?" ia meletakkan kertas pertamanya dan mengambil lembaran berikutnya.
"Dia tidak bilang padamu ?" tanya Brianna yang kini mengalihkan wajahnya pada wanita di sebelahnya "Tentang ?" tanyanya balik yang langsung dibalas dengusan oleh Brianna "Seharusnya, dia sudah berangkat ke Amsterdam sore kemarin. Tapi dia memilih mengundurkan jadwalnya dan ganti menemuimu."
Alana langsung tertegun mendengar itu. Tangannya yang ia antuk-antukkan ke atas kertas langsung tertahan dan pikirannya melayang untuk mencoba kembali mengingat apakah pria itu sudah mengatakan hal itu padanya atau belum "Benarkah ?" Brianna mengangguk "Mungkin Davin tidak ingin kau merasa tidak enak padanya, makanya dia tidak mengatakannya padamu." mendengar itu, sekelebat perasaan yang tidak ingin diingat oleh Alana kembali terasa pada perasaannya. Ia mendesah kasar "Aku merasa bersalah padanya Brinn." ucapnya langsung.
![](https://img.wattpad.com/cover/118490496-288-k757289.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN | END
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Siapa yang tidak kenal dengan Alana Haynsworth? Supermodel dunia dengan kecantikan luar biasa yang selalu menjadi incaran banyak pria. Wajahnya selalu terpampang indah di setiap majalah kenamaan, brand-brand terbaik dunia...