12. Dav?

45.8K 1.8K 50
                                    

Cerita sedang dalam proses REVISI maka jika ada ketidaksinambungan antara satu part dengan yang lainnya harap dimaklumi.

Happy reading y'all 💞

*

"Davin?'

Davin yang terlihat seperti sedang dipergoki itu hanya bisa tersenyum kaku. Ia melangkahkan kakinya mendekat dengan Alana yang sudah lebih dulu berdiri dari tempatnya duduk

"Kau sedang bekerja?" tanya Davin langsung.

"Seperti yang kau lihat." jawab Alana ramah. Ia bukannya tidak ingat dengan bagaimana sikap pria itu di malam saat ia merasa kesepian, namun disini ada banyak orang yang tidak ia kenal juga paparazzi yang menumpuk di pintu masuk. Mau tidak mau ia harus menekan egonya terlebih dahulu. Jangan sampai image nya tercoreng hanya karena masalah sepele.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Dan bagaimana denganmu?"

Davin tersenyum tipis "Aku baik."

"Al, bisa kita lanjutkan dulu rekamannya?" panggil Briana memotong pembicaraan mereka.

"Ah—baiklah." ia kembali memandangi pria berkaus hitam polos di hadapannya "Maaf, aku harus kembali bekerja. Kita bisa lanjutkan setelah ini."

"Tidak apa. Jangan sampai aku menganggumu."

Davin segera menyingkir dari situ. Duduk di sebuah kursi lain dan memperhatikan seorang supermodel bekerja.

"Seringkali para wanita mengeluhkan sepatu baru yang justru menyakiti tumit saat pertama kali dipakai. Aku pun mengeluhkan hal yang sama." tutur Alana dengan wajah yang sangat natural "Tapi sekarang aku tidak perlu khawatir. B***** memberikan aku rasa yang berbeda saat memakai sepatu baru. Rasanya sangat nyaman dan lembut. Aku sangat merekomendasikannya, dan kalian harus mencobanya."

Davin terus memperhatikan wanita itu dari jauh. Kebiasannya dalam mengamati sesuatu jadi semakin larut melihat wajah natural Alana yang sangat flawless dibawah cahaya kuning yang dipantulkan dinding coklat bernuansa classic di tempat ini.

Dia sangat- sempurna. Pantas saja Jullian menyukainya. Dia juga terlihat dewasa dan sangat profesional

"Dav—"

Davin langsung tersentak mendengar panggilan yang tiba-tiba itu. Sakin larutnya dalam pemikirannya sendiri, ia sampai tidak menyadari bahwa Emily sejak tadi telah duduk di sebelahnya.

"Kau sudah selesai?"

Emily mengangguk senang "Mereka memberiku diskon yang besar. Jadi aku ambil tiga sepatu mereka dan dua tas lainnya." jawabnya lalu menunjukkan beberapa kotak yang tengah diperiksa oleh beberapa pegawai.

Davin mengangguk pelan "Apa masih ada yang ingin kau beli?" tanyanya lagi

"Entahlah. Mungkin sebuah dress untuk malam ini?"

"Baiklah. Kita akan mencarinya nanti."

Emily mengangguk senang. Ia mengarahkan pandangannya pada sesosok wanita yang tengah sibuk bekerja dengan kamera di tengah ruangan ini "Bukankah itu Alana Haynsworth?" tanyanya pada Davin.

"Iya, dia Alana."

"Kau mengenalnya?"

"Tentu."

Andai dia bagaimana cara kami bertemu hingga sekarang. Lebih baik dia tidak usah tau

"Aku sering melihatnya di Club. Bermesraan dengan banyak pria secara bergantian." cibir Emily dengan nada yang terdengar merendahkan. Davin menoleh mendengar itu "Jaga bicaramu Mill. Tidak baik berbicara seperti itu pada orang yang tidak kau kenal."

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang