01. My Life is Begin

43.7K 1.6K 410
                                    

Ini part baru dan wajib banget baca hehe (maksa) . jangan sungkan untuk kasih kritik saran ya semuaa :(

HAPPY READING AND ENJOY 🌠

*

01

       New York
   07.22 A.M

Sinar mentari menembus masuk melalui celah-celah tirai yang ada dan menyinari wajah seorang wanita berambut perak yang masih memejamkan mata indahnya. Tak berapa lama kemudian kelopak mata wanita itu nampak bergerak lalu terbuka secara perlahan. Ia membuka matanya dan melihat sekeliling. Sepi, tidak ada siapapun disini. Di kamar ini lebih tepatnya. Kemudian ia menyibak selimut yang ia gunakan dan tubuh mulus miliknya langsung terpampang dengan indahnya. Bibirnya berdecak pelan setelah itu.

Wanita ini beranjak dari tempatnya dengan perlahan. Ia meringis pelan kala kedua paha miliknya terasa sedikit ngilu akibat kerja keras yang ia lakukan semalam. Kakinya berjalan menuju cermin dan memandangi tubuhnya disana. Dahinya mengernyit melihat tubuhnya yang kini memiliki beberapa tanda merah.

"My Gosh, lihatlah semua tanda ini." gerutunya pelan sambil melihat semua tanda merah yang tersebar di seluruh tubuhnya "Aku benar-benar terlalu menikmatinya semalam, padahal aku harus melakukan beberapa photoshoot hari ini." gumamnya sambil memandangi seluruh tanda merah di tubuhnya dengan jeli "Baiklah, aku akan meminta Alexa menyamarkannya nanti." baru saja ia hendak melangkahkan kakinya, langkahnya kembali terhenti akibat beberapa lembar dollar yang dilihatnya, tergeletak di atas meja di dekat ponselnya yang ada di hadapannya.

Ia mengambil semua dollar itu lalu berdecak pelan "C'mon Jave, i'm not a poor girl. I'm Alana." gerutunya kesal sambil menghitung jumlah dollar di tangannya "But it's okay, aku bisa membeli beberapa pakaian dengan uang ini."

Alana mengambil sling bag miliknya lalu memasukkan uangnya asal. Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi asisten pribadinya.

"Halo—"

"Briana. Jemput aku sekarang."

"Tentu. Dimana?"

"Apartemen Jave. Kau tahu dimana kan?"

"Ya. Aku akan sampai 10 menit lagi, tunggullah di bawah."

"Baiklah. Terima kasih."

Alana kembali meletakkan ponselnya lalu mengambil seluruh pakaian dan juga dalamannya yang tercecer di lantai. Memandangi dirinya sekali lagi di depan cermin dan segera melangkah menuju kamar mandi.

*

Briana tersenyum melihat seorang wanita berpakaian mini dress berwarna hitam dengan clutch bag berwarna senada, tengah menyibak-nyibakkan rambutnya asal sembari berjalan ke arahnya. Tampilan yang sama memukaunya seperti tadi malam sebelum mereka berpisah dari LX-Club .

"Pagi."

Alana melepas sunglasses miliknya lalu membalas sapaan itu "Maaf sudah lama menungguku." gadis berambut pendek berwarna dark brown di hadapan Alana hanya bisa terkekeh mendengar itu "Aku tahu kau membutuhkan banyak waktu untuk membersihkan dirimu Al."

"Kau benar. Sangat benar."

"Oh ya, ini kopimu." ucap Briana lalu mengambil segelas kopi dari plastik di tangannya dan menyerahkannya pada Alana, "Terima kasih." balasnya lalu menyeruput kopi miliknya

"Kau menikmatinya semalam?" tanya Briana seraya memutar-mutar gelas kopinya.

"Lumayan." jawab Alana sembari memandangi sekelilingnya. Menebak-nebak sudah ada berapa banyak paparazzi yang sudah memotretnya sejak tadi. Untung saja ia sudah memastikan tidak ada tanda merah yang terlihat pada tubuhnya yang tidak tertutup kain. Pikirannya sejenak melayang, membayangkan bagaimana tanggapan para paparazzi itu saat melihat banyaknya kissmark yang tersebar di seluruh tubuhnya. Tentu namanya akan menjadi bulan-bulanan pada majalah gosip picisan yang sama sekali tidak disukai oleh kebanyakan orang.

"Itu bagus kalau kau kau menyukainya Al. Setidaknya pria itu bisa memuaskanmu." lanjut Brianna, menarik Alana pada pemikiran kalutnya.

"Tapi dia terlalu bersemangat Brin. Ayolah, aku benar-benar kelelahan dibuatnya."

"Benarkah?"

"Ya. Dia terus memompaku tanpa henti" Alana menghela napas lelah "Aku bisa kehilangan nafasku kalau dia melakukannya dengan cara itu." Briana tertawa sambil memandangi wanita di hadapannya "Aku sama sekali tidak bisa membayangkannya Al. "

"Jangan bayangkan, itu hanya membuatmu lelah."

"Baiklah-baiklah, kita berangkat?"

Alana mengangguk "Ayo." mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan pergi dari situ.

*

"Hei ratu busana, akhirnya kau datang." sapa Yu Tsai senang.

Alana memutar bola matanya malas mendengar itu "Jangan menyapaku dengan embel-embel semacam itu. Terdengar menjijikkan." omelnya seperti biasa. Yu Tsai tertawa mendengar omelan yang menjadi makanan sehari-harinya itu "Kau adalah seorang ratu busana Al, dan tidak ada salahnya aku memanggilmu dengan embel-embel itu."

"Terserah padamu."

"Haha, baiklah, kita bisa mulai pemotretannya sekarang."

Alana mengangguk "Alexa ada di dalam?" tanyanya sambil menyerahkan clutch miliknya pada Brianna.

"Ya, dia sudah menunggumu."

"Baiklah. Aku akan bersiap-siap dahulu." tandas Alana dan segera melangkahkan kakinya pergi dari situ menuju ruangannya.

*

Alana baru saja menggerakkan tangannya untuk membuka kenop pintu di hadapannya, sampai tiba-tiba sebuah sapaan dengan nada berat menginterupsi pergerakan tangannya. Ia menoleh. Dan memandang datar pada seorang pria dalam balutan jas navy yang kini berdiri di hadapannya.

"Ada apa?" tanyanya ketus. Ia sama sekali tidak memiliki gairah untuk bertemu dengan banyak pria saat ini, apalagi saat pria itu datang di waktunya bekerja. Kecuali jika ia menyukai pria itu dan berhasrat untuk mengajaknya bercinta.

"Aku—hanya mau menyapamu." jawabnya tenang "Oh ya," pria itu memajukan tangannya untuk berjabat dengan Alana "Jullian Ashton."

Alana membalas jabat tangan itu dengan cepat "Alana Haynsworth." ucapnya. Jullian tersenyum tipis merasakan sentuhan lembut di tangannya tadi. Ia menatap mata biru di hadapannya lekat, "Aku tentu tau namamu Nona. Seluruh bagian di kota ini selalu menampilkan sisi anggun yang ada dalam dirimu." tutur Jullian dengan suara berat miliknya.

Alana tetap memasang wajah datarnya mendengar itu. Meski sebenarnya perasaannya cukup tersanjung mendengar pujian itu. Dan, kenapa suaranya terdengar menggoda? Oh ayolah Al, dia hanya pria biasa.

"Senang bisa bertemu denganmu." ucap Jullian lagi. Ia tau wanita di hadapannya sedang tidak dalam mood untuk bertemu dengan beberapa pria, namun itu tidak masalah buatnya. Setidaknya untuk sekarang ini.

"Senang bertemu denganmu juga. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan disini?"

"Mengantar 'teman kencanku' bekerja."

Alana manggut-manggut mendengar itu. Ia yakin bukan teman kencan biasa yang diantar oleh pria di hadapannya. Hanya dengan melihat penampilan Jullian, semua orang akan tahu betapa kaya dan menggodanya pria ini.

"Baiklah, aku rasa kita harus mengakhiri perbincangan ini."

Jullian tersenyum "Bien sur." ucapnya dengan tatapan intens yang hanya dibalas datar oleh Alana, "Sampai jumpa."

TBC

[Lanjut? Jangan lupa vote dan comment nya ya kawan-kawan. Makasihh!]

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang