31. Whoops!

33.1K 1.6K 144
                                    

Sebenernya ideku lagi lancar banget buat nulis, tapi rasanya agak sedikit tersendat gara-gara pengumuman usbn yang mendadak karena social distancing kali ini. Tapi yaudah lah semoga semuanya lancar ya.

Happy reading y'all !!

*

31

Anna menuangkan botol wine berwarna coklat pekat di tangannya langsung ke dalam mulut Rebecca disusul Alana. Semua tertawa bersama melihat kedua wanita itu nampak mengernyit setelah menenggak minuman mereka "Aku masih sadar, kau tidak !" ucapnya dengan mata merah lalu tertawa terbahak-bahak. Olivia juga langsung menenggak minuman miliknya dan segera bergabung bersama teman-temannya yang mulai menggerakkan tubuh mereka sesuai dentuman musik. Penari striptease yang makin menggila saat hari beranjak malam mulai menggoda para pria kaya yang sesekali memukul-mukul bokong besar mereka. Keramaian tempat ini sangatlah terasa, semua orang nampak merasuki setiap kehebohan yang terjadi di tempat ini.

Rebecca dan Stassie melangkahkan kaki mereka dengan menggoda menuju lantai dansa yang penuh dengan pria-pria kaya, Anna segera mengajak Olivia dan Alana untuk menyusul "Kau tidak mau ikut ?" tanyanya yang langsung dibalas sebuah gelengan oleh Alana "Badanku rasanya lelah sekali, aku akan menyusul nanti." Olivia dan Anna langsung pergi setelahnya.

Alana kembali duduk pada sebuah sofa panjang lalu menuangkan wine ke dalam gelas miliknya. Mini dress nya langsung tersingkap hingga menunjukkan hampir seluruh pahanya yang sangat ramping itu. Namun sekali lagi, ia tidak memperdulikannya. Kepalanya terus bergoyang mengikuti suara dentuman musik sementara tangan kanannya sibuk memegang ponsel dan tangan lainnya memegang gelas minuman. Tidak berapa lama, seorang pria datang dan langsung menyapanya "Hei." Alana mengangkat kepalanya mendengar itu, wajahnya berubah sumringah melihat siapa yang datang "Jave !" balasnya lalu meletakkan gelas minumannya dan memeluk pria itu.

"Lama tidak bertemu denganmu." Jave kini duduk di sebelah Alana dan merangkul wanita itu erat "Sudah berapa kekasih yang kau punya ?" tanyanya dengan suara rendah yang sangat menggoda. Alana sendiri dapat merasakan tengkuknya meremang karena itu, ia menatap pria di sebelahnya nakal "Menurutmu ?" tangannya yang leluasa bergerak menyentuh wajah pria itu lembut "Dan apa kau sudah menemukan penggantiku ?" Jave yang tidak dapat lagi menahan gejolak ransangan di dalam tubuhnya segera menarik tubuh wanita di hadapannya dan melumat bibir mungil itu.

Alana melingkarkan kedua tangannya pada leher Jave sambil terus membalas setiap sentuhan panas yang diberikan oleh pria yang mendekapnya. Matanya terpejam dan mereka berdua beranjak masuk dalam kehangatan asmara yang selama ini tertahan.

"Sial." seorang pria mengumpat kesal melihat pemandangan yang sangat menyakitkan hatinya itu. Tanpa pikir panjang, ia segera melangkahkan kakinya menuju sepasang pria dan wanita itu yang tengah bercumbu dengan mesranya.

Beberapa kali terlihat pria itu nampak memberikan gelas minumannya pada wanita dalam dekapannya.

"Maaf, bisa aku bicara dengannya sebentar." Jave yang mendengar itu langsung melepas pagutan bibirnya kesal karena ada yang berani menganggunya. Namun saat melihat raut wajah pria yang menyelanya sekarang cukuplah mengerikan, ia segera mempersilahkannya "Tentu." ia melangkahkan kakinya pergi setelah memberikan kecupan yang terakhir pada pipi Alana. Pria yang sudah berani menyela kegiatan panas mereka tadi itu segera duduk.

Dengan mata setengah terpejam dan kepala yang sangat berat, Alana hanya bisa melihat siluet seorang pria yang kini menatapnya lurus-lurus "Apa ?" tanyanya langsung.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang