28. Gotcha!

34.2K 1.6K 269
                                    

Cerita ini adalah murni buah pikiranku sendiri. Jadi jika kalian menemukan cerita lain yang sangat mirip dengan cerita ini, bisa langsung beritahukan aku di PM ya. Terima kasih :)

Happy reading y'all !!

*

28

"Ada apa sebenarnya denganmu Emily ?" Emily yang berada di hadapan Davin sekarang hanya terus menggeleng sambil menangis.

Ya, pagi ini Davin kembali menemui mantan kekasihnya untuk mempertanyakan sebuah kabar yang diberitahukan Jasson, dimana kabar itu langsung membuat darahnya naik seketika. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding lalu menghela napas kasar "Alana tidak pernah menganggumu Emily, lalu kenapa kau terus mengusik kehidupannya ?" tanyanya frustrasi.

Berita mengenai seorang wanita yang pernah masuk pada majalah gosip karena sebuah kejadian kini kembali hadir dengan latar tempat dan tindakan yang berbeda. Kali ini lebih berbahaya. Emily menyeka air matanya yang terus mengalir "Aku— aku hanya marah padanya Davin. Aku tidak menyukainya !"

"Tapi tidak seharusnya kau mencelakakan dirinya seperti itu. Bagaimana jika ia terluka karena perlakuanmu ?" Davin menggelengkan kepalanya kesal "Aku tahu keputusan ini sangat mengecewakanmu, tapi kumohon jangan bertindak seperti itu lagi."

"Kau bisa menolaknya !" Emily segera beranjak dari tempatnya duduk dan menghampiri mantan kekasihnya yang tengah bersandar di jendela "Apa kau tidak memikirkan perasaanku Davin ?" lirihnya dengan wajah yang sangat menyedihkan "Apa kau tidak pernah menganggapku ada ?!"

Davin menghela napas panjang. Ia yakin percuma saja untuk terus menarik urat pada wanita di hadapannya saat ini. Hubungan yang mereka bina selama kurang lebih dua tahun itu membuat dirinya jadi sedikit melunak, karena ia tidak mau menambah beban siapapun disini.

"Emily, dengarkan aku." kedua tangan kekarnya segera menggengam tangan wanita di hadapannya lembut, sorot matanya yang sangat teduh berhasil membuat Emily takluk "Dengarkan aku sebentar."

Emily mengangguk sedih "Katakan."

"Apa kau masih ingat saat pertama kali kita bertemu di pesta waktu itu ?" tanya Davin memulai percakapan. Ia melanjutkan kata-katanya kembali setelah Emily memberikan anggukannya "Aku masih ingat kau mengenakan gaun berwarna silver malam itu. Tidak sengaja kita bertabrakan lalu kau menyapaku ramah, dan sejak saat itulah semuanya dimulai." Davin menyunggingkan senyum sedihnya mengingat hal-hal yang telah lama terjadi dalam hidupnya, ia lalu menatap wanita di hadapannya lurus-lurus "Aku menyukai bagaimana caramu bersikap, bagaimana caramu menyemangatiku, dan caramu menghiburku. Aku menyukai semua yang ada pada dirimu Emily, meski tidak ada yang pernah menyetujui hubungan ini."

Emily memalingkan wajahnya mendengar itu semua, matanya yang terasa panas ia tahan kuat-kuat untuk tidak menangis "Apa yang sebenarnya ingin kau katakan ?"

Davin menggerakkan tangannya untuk menangkup kedua tangan Emily dan kembali menatapnya dalam-dalam "Kau wanita yang baik Emily, tapi kenapa kau jadi seperti ini ?"

"Aku tidak tahu Davin, aku tidak tahu." jawabnya langsung yang terdengar lirih "Kau tahu aku sangat mencintaimu. Aku— aku tidak mau ada siapapun yang merebutmu dariku." Emily menarik tangannya lalu menyeka air matanya, Davin segera mengambil beberapa lembar tisu lalu menyeka air mata itu "Tenanglah Emily. Aku memahami perasaanmu, hanya saja—" ia mendesah kasar "Aku tidak bisa membatalkan perjodohan ini. Kedua orangtua kami sudah sangat menyetujuinya, dan tidak ada alasan untuk menariknya kembali."

Emily langsung menggeleng cepat mendengar itu "Kau bisa Davin, kau bisa ! Alana sama sekali tidak mencintaimu."

Deg. Davin memalingkan wajahnya yang mendadak muram mendengar fakta pahit yang sebenarnya sudah ia ketahui sejak lama. Karena memang itulah kenyataan yang terlihat, dan terjadi.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang