Valerie's POV
Jam sudah menunjukkan pukul 6.45, tetapi busway yang aku naiki tak kunjung datang, membuatku menjadi gusar.
Aku terus menatap ke arah jam tangan ku, berdoa agar aku tak terlambat untuk sampai kantor. Seandainya aku bisa menghentikan waktu dan Rafael yang tak pergi ke luar negeri, pasti aku tak akan seperti ini.
Kalau naik taksi pasti aku terjebak macet, tambah telat nanti. Kalau naik ojek...
Ah iya ojek! Kenapa nggak kepikiran dari tadi, dasar bodoh!
Aku segera merogoh tas ku untuk mencari handphone yang ku taruh di dalamnya. Setelah menemukannya, aku langsung memesannya melalui aplikasi ojek online yang ada di handphone ku.
Tak butuh waktu lama, ojek pesanan ku pun datang. Aku segera menaikinya dan menyuruh si tukang ojek untuk mengebut,
Setelah sampai di kantor, aku buru-buru memberikan uang kepada si tukang ojek dan langsung berlari untuk masuk ke dalam.
"Eh, mbak mbak." panggil si tukang ojek yang membuat ku harus berhenti,
Ish! Tukang ojeknya nggak tau apa kalau aku lagi buru-buru! "Ada apa mas?" tanya ku cepat
"Itu- helm nya jangan dibawa." ucapnya sambil menunjuk helm yang aku pakai,
Astaga, aku sampai lupa balikin helmnya saking terburu-buru. "Nih mas, maaf ya. Lagi buru-buru soalnya." balas ku mengembalikan helm nya sambil menyengir kuda,
"Makanya kalau berangkat kerja itu pagi-pagi, biar nggak buru-buru." samar-samar ku dengar ucapan si tukang ojek yang ku naiki tadi. Aku tak menggubris perkataan nya, aku terus berlari agar sampai di ruangan ku.
Ah sial! Aku terus mengumpat ketika aku sudah sampai di ruangan ku dengan nafas nya tak beraturan.
Seperti biasa, William sudah memanggilku untuk masuk ke dalam ruangannya. Masih dengan nafas yang belum stabil, aku memasuki ruangannya.
"Per-misi pak- i-ini jad-wal ba-pak ha-ri i-ni." ucapku bersusah payah
"Coba kau tarik napas terlebih dahulu, baru kau berbicara padaku." suruhnya
"Seperti habis dikejar setan saja." ucap nya lirih, tetapi masih bisa ku dengar dengan jelas.
Hhh, aku sudah melakukan apa yang disuruhnya tadi dan sekarang nafas ku sudah mulai beraturan. Aku yang melihat ada air di meja William langsung meneguk nya sampai habis, tanpa permisi terlebih dahulu.
Dan aku pun langsung duduk di kursi kebesaran William tanpa permisi (lagi) karena tubuh ku yang memaksa melakukannya. Pasti habis ini aku akan di marahi oleh nya karena sudah sembarangan duduk di kursi kebesarannya.
"Hhh, ben-bentar ya pak." ucap ku yang masih bersusah payah sambil memegang dadaku dan perut ku yang terasa sakit akibat lari tadi.
Oke, sekarang nafas ku udah kembali normal lagi. Aku segera beranjak dari kursi kebesaran William dan segera meminta maaf kepadanya, karena sudah tidak sopan dan membuatnya menunggu.
"Sudah selesai?" tanya nya sambil menaikkan sebelah alisnya
"Ahh- maaf pak." ucap ku sambil membungkukkan badanku sembilan puluh derajat,
"Sudah lah, lebih baik kamu keluar saja." ucapnya malas
"Huh?" aku langsung mendongakkan kepalaku untuk melihatnya, aku tak salah dengar kan? Apakah dia baru saja memecat ku?
"Cepatlah keluar dari ruangan ku." ucapnya menjelaskan,
Fiuhh! Selamat-selamat, untung nggak jadi di pecat.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CEO
Romance[DON'T COPY MY STORY] Bercerita tentang CEO dan Sekretarisnya :v intinya cerita ini mainstream, jadi buat kalian yang suka baca cerita mainstream, cerita ini recommended :v Vote and Comment jangan lupa! Enjoy this story 💕 Cover by @CruelScarlet ...